Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Magang, Kredit Mikro,dan Suku Maori

Darlena Magdalena Jurnalistik Universitas Esa Unggul
13/9/2015 00:00
Magang, Kredit Mikro,dan Suku Maori
(Dok Pribadi)
SELAMA empat pekan Edo Prayogo belajar tentang sistem kerja, harmoni antaretnik, keseriusan menata sistem pendidikan, hingga organisasi mahasiswa yang dikelola profesional. Mari mencari tahu kiat mencari peluang untuk terlibat dalam institusi global serta cara buat memaksimalkan eksplorasi. Berbagai pembelajaran dan inspirasi ia bawa serta ke Indonesia. Dari mana dapat info soal magang ini? Informasi awal saya dapatkan dari milis kampus. Ada kompetisi yang diselenggarkan Education New Zealand (ENZ) tingkat Asia Tenggara.

Setelah melalui berbagai seleksi, saya berhasil diterbangkan ke Selandia Baru. Secara keseluruhan, kami ditantang membuat strategi marketing plan dalam mempromosikan New Zealand Education dalam program tertentu, namun harus diintegrasikan dengan promosi negara tersebut secara keseluruhan. Lomba ini ditujukan bagi mahasiswa bisnis. Hadiahnya, buat juara satu dari setiap negara(karena lomba ini diadakan di berbagai negara), akan dikirim untuk satu bulan magang di sana dengan semua biaya ditanggung ENZ. Juara 2 dapat iPhone 6, juara 3 dapat iPad Air. Seleksinya apa saja? Esai dan wawancara. Untuk menyusun esai, saya melibatkan kegiatan mencari data, melakukan survei, mendesain sata.

Strategi yang kamu buat seperti apa? Mengekspos Selandia Baru sebagai destinasi yang indah dengan nilai lebihnya. Misalnya, soal kenyamanan yang akan didapatkan jika menempuh pendidikan di Selandia Baru, biayanya terjangkau, namun berkualitas tinggi. Ceritakan dong proses magang di sana? Saya mulai bekerja di Selandia Baru saat libur kuliah. Saya bekerja di divisi data, dengan tugas sehari-hari, menginput data, merapikan, membuat laporan, dan mengikuti konferensi. Nama institusinya, International Office, University of Auckland. Saya magang sejak 27 Juli hingga 21 Agustus 2015.

Saya berangkat seminggu setelah Lebaran. Meski masih rindu suasana libur Lebaran, saya tetap semangat menjalani kesemppatan emas ini. Saya magang setiap Senin hingga Jumat dengan bobot delapan jam kerja. Di akhir pekan, saya menjelajahi negara yang indah ini. Kawasan Auckland tempat saya magang, memang kota yang tidak terlalu ramai, semua  tertata rapi. Udara dan suasananya nyaman, memiliki variasi tempat makan, dan penduduknya yang multikultural. Kota ini memang pantas dinobatkan sebagai salah satu kota ideal bagi pelajar internasional. Banyak inspirasi saya dapat di sana, seperti juga program yang sempat saya susun untuk promosi negara ini. Pengalaman paling berkesan selama di sana?

Saat berdiskusi bersama Profesor Stuart McCutcheon, Vice Chancellor University of Auckland. Sikapnya supel, humble, santai. Saya menemui Profesor Stuart McCutcheon untuk bertukar pikiran bersama mengenai preferensi mahasiwa Indonesia terhadap kuliah di luar negeri. Jalan-jalan terus dong di sana? Iya, saya menikmati betul tamannya yang bersih, rapi, dan bebas pengamen dan penjual kaki lima. Keindahan alam lainnya yang saya kunjungi, Rotorua yang dipakai sebagai lokasi syuting film The Hobbit di Matamata dan Waitomo Caves. Ada pula geyser yang meluncurkan air panas tepat pada pukul 10.15 waktu setempat.

Tidak ketinggalan, gua yang tidak boleh disentuh karena tedapat cacing yang menempel di gua bernama waitomo. Uniknya, ketika menyusuri gua dengan perahu dalam kondisi gelap, dinding akan menyala seperti lampu LED layaknya bintang gemerlap. Pengelolaan tempat wisata itu memadukan kekayaan alam dengan manajemen operasional yang baik. Bagaimana dengan isu relasi dengan penduduk suku asli di sana? Justru, mereka mengemasnya menjadi industri wisata. Hebatnya lagi, semua itu dipadukan dengan wisata berupa aktraksi yang menarik. Saya berkesempatan menghadiri A Warm Welcome from The Maori.

Powhiri sebagai upacara untuk menyambut pengunjung yang dilakukan suku Maori, penduduk asli di sana. Acara ini dihadiri 20 staf baru. Powhiri berlangsung di Marae, tempat pertemuan suku Maori. Dalam upacara ini dilakukan sambutan dari perwakilan University of Auckland dengan menggunakan bahasa Maori. Dilanjutkan, menyanyi bersama lagu tradisional dan You Are My Sunshine, terakhir melakukan hongi, cara berkenalan yang dilakukan suku Maori dengan saling menyentuhkan hidung satu sama lain yang lazim dilakukan di Selandia Baru. Katanya sempat juga riset langsung soal kegiatan mahasiswa di sana untuk memvalidasi mengapa negeri itu menjadi lokasi kuliah yang ideal?

Ya, jadi ceritanya sebelum saya pulang, saya sedikit kepo sama kegiatan kemahasiswaan di University of Auckland. Setelah saya cek, ternyata banyak banget klub mahasiswa di sini. Akhirnya jatuhlah pilihan saya buat pengen tahu lebih lanjut tentang Auckland Microfinance Initiative (AMI) dari Business School. Dengan modus pengen bertanya-tanya lebih lanjut tentang operasional hariannya dan latar belakang berdirinya dahulu, akhirnya saya bisa ketemu dengan sang Club President.

Kenapa kamu begitu penasaran pada lembaga itu? Sebenarnya saya lebih ingin menjawab pertanyaan pribadi, emangnya ada ya yang butuh microfinance di Auckland? Ternyata AMI masih relatif muda dan belum bisa berdiri menjadi institusi microfinance yang mandiri, belum bisa memberikan pinjaman ke masyarakat, bahkan saya terkejut pas mereka bilang enggak punya sumber dana tetap. Ternyata cara kerja mereka ialah dengan menjalin kerja sama dengan bank-bank di negeri itu untuk mengerjakan proyek sosial bersama-sama.

Biasanya AMI membantu untuk keperluan riset dan tugas lapangan lainnya. Selain itu AMI juga sering mengadakan acara-acara penggalangan dana yang hasilnya akan disumbangkan untuk keperluan sosial. Oh ya, business school-nya kece banget, walaupun fakultas lainnya juga kece parah. Kalau kata international manager-nya, "Look, we've a stunning building as well as the quality. Easy to sell!" Pembelajaran yang kamu dapat dari pengalaman magang ini?

Yakinlah bahwa kesempatan itu ada untuk kita. Ketika kita terjaga, sesungguhnya kita sedang bermimpi. Proses pertama dari semua kegiatan yang dilakukan berawal dari mimpi. Niat dan usaha dalam meralisasikan mimpi tersebut butuh langkah strategi untuk mencapainya. Tidak usah melihat teman yang sudah menaiki tangga ke sembilan, sedangkan kita ingin melompat ke tangga tersebut. Baiknya pelajari bagaimana proses teman kita yang berada di atas agar menginspirasi kita menapaki langkah demi langkah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya