Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PELATARAN Ruang Keramik, Museum Nasional Indonesia, Jakarta, telah dipenuhi orang. Mereka segera mencari posisi yang pas untuk menyaksikan penampilan teater, Minggu (25/9). Teater yang diadakan Dapoerdongeng ini merupakan musim ke-4 dan menjadi lakon terakhir pada 2016 yang terinspirasi oleh legenda salah satu artefak koleksi Museum Nasional. Penasaran? yuk cari tahu sejarah Nusantara dari teater ini.
Kisah empu keris
Bertajuk Menyanggul Bumi, Menggelung Samodra, kisah teater ini disutradarai Rangga Buana dan diperankan Teater Koma.
Cerita ini diawali dengan munculnya tokoh Raja Mataram yang dimainkan dengan tingkah kocak dan interaktif kepada penonton. Dongeng ini membawa kita kembali pada awal cerita Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit, serta asal-muasal masyhurnya Nusantara.
Di masa ini, terdapat kisah seorang Raja Melayu Jambi yang sangat gagah, pemberani, dan sakti bernama Rangkayo Hitam.
Rangkayo Hitam pernah menggagalkan upeti yang akan dikirimkan kakaknya kepada kerajaan Mataram dengan alasan bahwa Kerajaan Melayu Jambi ialah kerajaan yang berdaulat dan tidak akan tunduk kepada Kerajaan mana pun.
Mendengar kabar itu, Kerajaan Mataram tentu merasa tersinggung. Ia kemudian mengatur siasat penyerangan kepada Raja Melayu Jambi dengan memerintahkan seorang empu untuk membuat keris dan tombak sakti. Namun, ternyata, Rangkayo Hitam mendengar kabar tersebut dan menemui empu pembuat keris. Ia bertanya untuk siapa keris itu dibuat. Sang empu keceplosan bilang bahwa Keris dan Tombak Asanancaya tersebut dibuat atas perintah Raja Mataram untuk membunuh Rangkayo Hitam nih.
Rangkayo Hitam tidak terima dan berusaha merebut kedua senjata tersebut dari tangan sang empu. Pertempuran sengit pun terjadi hingga akhirnya sang empu tewas di tangan Rangkayo Hitam.
Rangkayo Hitam pergi dan meletakkan keris itu di sanggul rambutnya, hingga orang di sekitarnya sering menyebut dengan sebutan ginjai yang artinya tusuk konde pada orang melayu. Hingga kini keris tersebut lebih dikenal dengan sebut Keris si Ginjai.
Pemersatu Jambi
Keris ini pun menjadi senjata untuk membunuh Raja Mataram sendiri nih sobat, tapi akhirnya sang Raja menyadari pemimpin itu tak boleh memberikan upeti sembarangan apalagi upeti tersebut merupakan hasil pajak dari masyarakatnya.
Menurut publikasi Museum Nasional, Keris ini yang secara khusus dibuat dari sembilan tempat berbeda dan sembilan bahan yang berbeda pula lo, seperti emas, besi, nikel dan kayu. Keris ini pun hanya ditempa pada Jumat oleh empu khusus bekerja di lingkungan yang rahasia.
Keris si Ginjai mempunyai bilah dengan panjang sekitar 39 cm. Saat ini usia Keris si Ginjai sudah lebih dari 400 tahun dan merupakan Lambang mahkota dari Kesultanan Jambi sekaligus pemersatu masyarakat Jambi. Keberadaan Keris si Ginjai kini menjadi salah satu koleksi Museum Nasional. Kamu bisa menemuinya di lantai 4, Museum Nasional Indonesia. (Suryani Wandari/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved