Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
KESIBUKAN itu terjadi di muka Wihara Boen Tek Bio. Di tengah jajaran orang-orang yang bersembahyang, ada para petugas yang hilir mudik memindahkan lilin-lilin merah dari sebuah mobil bak terbuka. Salah satunya bertuliskan sumbangan dari keluarga Ong Tjing.
Lebih dari lima lilin dipasang di bagian depan wihara, nantinya akan terus dinyalakan menjelang Imlek, perayaan tahun baru dalam kultur Tionghoa. Semburat merah berpadu kuning emas menyala-nyala dari wihara itu, berpadu dengan rona serupa yang juga dihadirkan toko-toko di sekitarnya. Wihara di kawasan Pasar Lama Tangerang itu memang berada di kawasan pasar tradisional yang di antaranya juga menjual aneka kebutuhan sembahyang warga Tionghoa.
Pasar tradisional yang menjual ikan laut, daging ayam, hingga sayuran itu memang belum tersentuh pembenahan. Maka, kehadiran wihara itu menjadi kontras, sekaligus aksen yang kemudian membuat pasar itu istimewa.
Di akhir pekan, para pelancong sebagian besar dari Jabodetabek bertandang ke sana sebelum atau sesudah mengunjungi Benteng Heritage, museum tradisi Tionghoa yang hanya berjarak kurang dari 400 meter dari wihara.
Mereka harus siap bersiasat melewati padatnya kios dan barang dagangan di sana. Namun, perjalanan menyusuri kawasan pasar yang sibuk itu sepadan dengan pengalaman yang didapat. Bangunan wihara, Museum Benteng Heritage, serta ornamen serupa stupa Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, di sisi lain wihara.
Minggu (15/2), ketika Travelista bertandang ke pecinan itu, jajaran pedagang cendera mata Imlek mulai dari kertas ang pao aneka motif hingga lampion dari kertas berdiri di sisi kanan dan kiri jalan. Jika wihara itu menjadi kontras buat sekitarnya, suasana yang terbangun di sekitarnya sungguh berbeda.
"Assalamuaalaikum," seru seorang anak bersarung.
Salam itu dijawab lancar oleh si pedagang berkulit putih yang bercelana pendek.
"Waalaikumssalam," katanya.
Sang anak yang baru pulang dari masjid sesudah salat magrib itu ialah tetangga dekat si om, lelaki yang ia sapa, warga keturunan Tionghoa yang berdagang cendera mata Imlek. Obrolan keduanya mengalir, menjadi penanda harmoni itu terjadi di akar rumput. Ketika penjaga wihara menyapa dan kemudian mengundang untuk datang melihat pertujukan barongsai dan liong di hari Imlek nanti yang memang menjadi pusat keriaan masyarakat, keyakinan bahwa Imlek telah menjadi milik semua kian tervalidasi.
Serupa dengan Tangerang, Wihara Dhanagun yang berada di mulut Jalan Surya Kencana, Bogor, Jawa Barat, pun menjadi penanda bahwa pusat ibadah warga Tionghoa selalu bersisian dengan pusat niaga. Di sana pula berjajar bangunan-bangunan art deco yang tetap jelita, bahkan dalam kondisi tak terawat sekalipun.
Di sepanjang jalan kawasan pecinan ini diadakan parade barongsai dan liong setiap kali Imlek. Warga menyemut di sisi-sisi jalan, termasuk para pelancong dari luar kota.
Sebagian memang merayakan Imlek, tetapi mayoritas ialah yang tak merayakan Imlek secara ritual, tapi telah menganggapnya sebagai bagian dari kultur bangsa ini.
Mari menikmati nasi goreng petai di kios milik Guan Tjo yang melegenda.
Dua tahun, Guan Tjo sang pendiri sekaligus koki masih memasak sendiri nasi goreng di atas wajan lebarnya. Kini, setelah dia mangkat dua tahun lalu, rasa yang dihadirkan nasi goreng dengan taburan petai di atasnya masih enak, meneruskan identitas warung itu sebagai ikon kawasan pecinan ini.
Tak kalah istimewa, toko-toko berkonsep swalayan yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari dengan makanan-makanan bertuliskan huruf Tiongkok di atasnya. Panjangnya usia jalanan ini telah menjadi salah satu pemacu toko-toko ini tetap bertahan di tengah serbuan usaha-usaha serupa yang dimiliki korporasi.
Di sana, ada aneka kue keranjang berbahan ketan dan bercitarasa manis yang dijual dalam balutan daun pisang serta plastik. Harganya mulai Rp25 ribu per buah. Seorang ibu berkerudung membeli penganan yang lazim disebut dodol cina oleh warga Bogor itu.
''Digoreng dengan tepung terigu yang dibumbui bawang putih, garam, dan telur, enak deh!'' katanya.
Berjajar dengan toko Ngesti, supermarket dengan aneka penganan enak itu, ada penjual aneka aksesori Imlek. Salah satunya toko Nagamas yang menjual pohon mei hwa plastik, lampion, kue keranjang, hingga aneka rupa ang pao.
Di sebelahnya, ada toko obat yang pintunya sepertinya memang telah biasa terbuka setengah saja. Ada laci-laci berjajar hingga menyentuh plafon yang dibuka dengan tongkat kayu dengan pengait. Di depannya stoples-stoples dengan aneka bubuk warna-warni.
Toko obat khas Tiongkok yang namanya tak terlihat itu sibuk melayani pelanggannya. Sang pramuniaga tampak terbiasa ketika beberapa pelancong memotretnya, mengabadikan eksistensi penyedia obat-obatan Tiongkok.
Jadi, parkir saja kendaraan di Pasar Bogor yang berada tepat di samping wihara, lalu berjalan kakilah untuk menjelajah. Pilihan lainnya yang paling cermat, yakni nikmati pecinan Bogor dengan menaiki <>commuter line yang kini telah nyaman, berpendingin udara, bebas sampah, tetapi harganya tetap terjangkau. Disambung angkot yang tarifnya kurang dari Rp5 ribu, pecinan itu menyajikan banyak cerita, rasa, dan makna.(M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved