KERIAAN menyambut tahun kambing kayu juga digelar di mal dan restoran hotel premium. Ada banyak makna di balik sajian kemeriahan dan menu-menu sedap.
Yee Sang, karena hidup penuh rasa
Aneka Rupa Sajian Yee Sang. DOK HOTEL PULLMAN JAKARTA
Parutan pepaya muda yang dipulas merah, oranye, hijau, hingga merah itu ditata rapi dalam piring besar bersama irisan mentimun, buliran jeruk bali, dan potongan wonton alias kulit pangsit. Inilah sajian sekaligus ritual istimewa, yee sang, agenda paling penting dalam makan malam menjelang tahun berganti. Imlek, tahun baru dalam kultur Tiongkok selalu mengikutsertakan yee sang, ketika seisi meja berbincang lalu mengucap harapannya.
Dengan memegang sumpit masing-masing, peserta makan malam berdiri dan mengelilingi piring itu sambil mengucapkan Gong Xi Fa Cai-Selamat Tahun Baru Tiongkok, Ta Chin Ta Li-Banyak Rezeki, Nien Nien Yu Yi-Selalu ada kelebihan, Wu Fuk Li Men-Lancar Rezeki, Chan Yin Kuan Ying-Rezeki Berlimpah, dan diakhiri bersorak tinggi sambil mengucapkan Lo Hei ketika melempar Yee Sang.
Irisan panjang aneka sayuran itu dipercaya akan membawa peruntungan rezeki yang tak putus-putus, sedangkan minyak wijen yang ditambahkan sebagai bumbu membawa kelancaran dalam segala urusan. Aneka rasa yang dihadirkan dalam hidangan pembuka dimaknai sebagai penanda kehidupan yang tak lepas dari berbagai rupa peristiwa.
Yee sang dapat dinikmati di Restoran Sana Sini di Pullman Jakarta, di kawasan Thamrin. Prosperity Toss itu ditawarkan hari ini. Pramusaji akan memberikan petunjuk bagi mereka yang belum pernah melakukannya dan ingin ikut bersenang-senang dengan jamuan pembuka yang seru ini.
Lontong Cap Go Meh, tradisi peranakan Ada pula lontong Cap Go Meh, tradisi Tionghoa peranakan Indonesia. Ada lontong, sayur bersantan, opor, dan sambal goreng kentang istimewa.
Jika ingin mengeksplorasi tradisi dapur Tionghoa, jelajahi saja Chinese Food Station. Ada aneka mi, salah satunya mi tarik yang benar-benar dibuat di depan para pemesan, bebek panggang, olahan ikan, serta dimsum-dimsum yang enak dan jelita. Salah satunya yang mencuri perhatian, yakni dimsum berbentuk landak dengan isian telur asin yang meninggalkan jejak manis. Sedap!
Naga menari dan berfoto
Liong di Grand Indonesia. MI/ADAM DWI
Mal selalu paling tanggap atas perayaan. Pada Imlek 2015 yang pada sistem penanggalan kultur Tionghoa terhitung tahun baru 2566, kambing kayu menjadi penanda perdamaian, dan kemakmuran.
Di pusat Jakarta, datangnya musim semi pada kultur Tionghoa menjadi awal datangnya tahun baru dihadirkan dengan meriah di Mal Grand Indonesia. Aneka acara yang bertema <>The Lunar Blossom diselenggarakan 6 Februari hingga 1 Maret 2015.
Nuansa merah menyala dengan dekorasi warnawarni bunga Mei Hwa menjadi dekorasi utama.
Di Fountain Atrium, ada Spesial Show Liong Led, Barongsai Led, serta Taiko Percussion Led. Led yang diimbuhkan pada nama-nama pertunjukan itu bermakna lampu yang dinyalakan di panggung, alat perkusi, hingga tubuh sang liong alias naga serta barongsai.
''Umumnya kan hanya lampu di kepalanya saja, di sini kita sempurnakan lampu itu ada di badan-badannya,'' kata Arfi, sang pelatih pertunjukan. Barongsai dan liong itu ramah menyapa pengunjung, mengelilingi seluruh area mal, sukses membuat para orangtua membuntuti anak-anaknya yang tergoda melihat aksi mereka di Fountain Atrium.
Mereka lincah menari di atas tongkat besi, berinteraksi dengan pengunjung, serta tak berkeberatan diajak berfoto.
Topeng yang berganti cepat Ada pula pertunjukan Changing Mask, tari topeng asal Sichuan, Tiongkok, yang di kultur asalnya disebut Bian Lian. ''Bian Lian melambangkan kesatria-kesatria asal Tiongkok dan setiap topeng karakternya beda-beda,'' kata Fino, salah satu penari.
Setiap topeng yang ditampilkan seorang pemain Bian Lian menunjukkan perubahan mimik yang menggambarkan perasaan, gerakan tubuh, emosi, dan situasi yang dihadapi dalam lakon. Setidaknya, ada 10 topeng yang dipakai bergiliran kepada penonton dalam satu pertunjukkan.
Para pemain harus bisa menguasai teknik dan seni mengubah tampilan wajah dalam hitungan detik di depan mata para pengunjung. Mereka bisa melakukan perubahan itu berkali-kali hanya dalam satu menit.
Hanya dengan gerakan gemulai tangan atau sedikit gerakan badan dan anggukan kepala, mereka bisa berubah wajah. Itu membuat mata rasanya sayang untuk berkejap. Pertunjukan itu hanya berlangsung di akhir pekan di Main Atrium. Istimewanya, alunan musik oriental Tiongkok yang mengiringi mereka dimainkan seorang <>disc jockey yang juga bergaya dengan kostum serbamerah.
Kreasi Imlek anak-anak
Cherry Blossom at Corner. MI/ADAM DWI
Jangan lewatkan Kids Atrium, ada Cherry Blossom Art Corner yang bisa diikuti anak-anak. Mereka disediakan satu set krayon dan tas kain sebagai media lukisnya.
Peserta yang disasar, yakni anak berusia 2 hingga 14 tahun yang bisa mengikutinya tanpa membayar. Para belia itu sangat antusias melukis, bahkan seorang anak bisa menceritakan kejadian yang dilukiskannya. ''Aku memang suka melukis, ini aku lagi melukis snowman yang pakai topi,'' kata Pricilla.
Pricilla lah yang punya inisiatif memasuki area melukis ini. Ia mengajak ibunya mampir sebelum melanjutkan berbelanja.''Bahkan adiknya yang baru masuk sekolah saja jadi pengen ikutan. Kegiatannya bagus untuk anak-anak, jadi enggak bosan juga cuma keliling-keliling,'' tambah Lia, ibunda Pricilla.(Suryani/M-1)