Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Buka-Bukaan Seluk-Beluk Bisnis Festival Musik di Ideafest 2023

Fathurrozak
30/9/2023 18:10
Buka-Bukaan Seluk-Beluk Bisnis Festival Musik di Ideafest 2023
Sesi Business of Backstage: Anti F*cked-Up Formula for Music Festival Forerunners yang menjadi rangkaian Ideafest 2023.(MI/ Fathurrozak)

ANTUSIASME masyarakat untuk kembali menikmati hiburan massal selepas pandemi ikut mendorong bangkitnya festival musik. Bahkan, festival musik di Indonesia sekarang ini tampak telah melebihi sebelum masa wabah covid-19.

 

Hal itu menyiratkan menggiurkannya bisnis festival musik. Namun bagaimanakah sebenarnya seluk-beluk bisnis itu. Apakah membludaknya penonton sudah jaminan untung? Hal seputar bisnis festival musik menjadi salah satu bahasan di Ideafest 2023.

 

Commissioner Double Deer Group Kimo Rizky  menyebut secara general biasanya festival musik anyar, akan merugi pada tiga tahun pertama. Tentu hal ini tidak semudah yang dibayangkan oleh orang-orang.

 

“Tapi kalau menilai kesuksesan festival musik, di luar hitungan PnL (profit and loss), festival musik bisa disebut sukses kalau mampu mendatangkan movement, dan regenerasi festival lain,  bisa mendatangkan market yang massif,” tambah Kimo saat mengisi sesi wicara bertajuk Business of Backstage: Anti F*cked-Up Formula for Music Festival Forerunners yang menjadi rangkaian Ideafest 2023, di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu, (30/9).

 

Sebelum itu, di sesi yang sama, Direktur festival The Sound Project Gerhana Banyubiru menyebutkan jika jumlah penonton tetap menjadi indikator penting kesuksesan festival musik. Ramainya penonton akan memunculkan perbincangan di media sosial (medsos) dan memberikan kepercayaan pada sponsor untuk bisa tetap bergabung pada edisi selanjutnya.

 

Namun, bagi Ghana, ada hal lain yang juga penting. “Kami di The Sounds Project (TSP), sejak dulu selalu melibatkan anak muda. Karena dulunya festival ini adalah festival yang berbasis di kampus, jadi kami selalu libatkan mahasiswa. Di TSP tahun ini, salah satu kesuksesan kami adalah bisa undang Tulus dan Noah. Memang keduanya sudah sering manggung di berbagai festival. Tapi baru pertama kali di TSP. Ini jadi kepuasan tersendiri,” ceritanya.

 

Sementara bagi Direktur Program We The Fest (WTF) Sarah Deshita menjelaskan, salah satu parameter kesuksesan festival musik adalah pesan yang ingin disuarakan bisa sampai ke publik. “Bagi gue pesannya bisa sampai. Tentang apa festival tersebut. Memang tidak selalu sukses di edisi pertama. Sebelum kami bikin WTF kan Ismaya Live bikin festival indie, ketika bikin WTF dikiranya serupa. Pas WTF edisi ketiga dibilang kok enggak indie sih, ada nama-nama besar. Padahal pesan yang ingin disampaikan bukan itu. Tapi of all ages all genre. Baru kelihatan branding-nya pada penyelenggaraan WTF keempat,” cerita Sarah. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya