Rabu 08 Maret 2023, 02:55 WIB

Ie Bu Peudah, Bubur Khas Aceh yang Hanya Ada Saat Ramadan

Devi Harahap | Weekend
Ie Bu Peudah, Bubur Khas Aceh yang Hanya Ada Saat Ramadan

ANTARA FOTO/Ampelsa/rwa.
Warga memasak kuliner tradisional Ie Bu Peudah

 

BEBERAPA hari lagi umat muslim akan melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Biasanya setiap masyarakat di daerah punya cara masing-masing untuk menyambutnya, seperti melaksanakan ritual adat hingga menyajikan hidangan kuliner khas yang hanya ada ketika bulan suci itu tiba.

Tak terkecuali masyarakat Aceh yang memiliki tradisi turun-temurun saat bulan suci Ramadan yaitu memasak Ie Bu Peudah (baca: i-bu-pedah), sebuah hidangan langka berupa bubur yang diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan.

Dilansir dari laman resmi Pemprov Aceh, Ie Bu Peudah biasanya dimasak dengan campuran bahan baku bumbu alami seperti lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Kemudian adonan rempah itu dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut. Rempah yang digunakan sebagai bumbu itu terasa sedikit pedas sehingga dinamakan ie bu peudah, yang berarti air nasi pedas.

Ie Bu Peudah memiliki cita rasa yang hampir sama seperti bubur kanji rumbi, atau bubur ayam dengan tekstur lembut. Akan tetapi yang menjadi rasa khas dan pembeda terletak pada rasa pedasnya. Masyarakat Aceh percaya bahwa Ie Bu Peudah ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam.

Dilansir dari laman resmi Kemendikbid, selain cita rasa pedas, Ie bu peudah diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan, di antaranya ada empat macam daun utama yaitu Daun Tahe Peuha (Leuconitis eugenifolus), Daun Nekuet (Ligustrum glomeratum), Daun Teumpheung (Antidesma ghaesaembilla) dan Daun Saga (Abrus precatorius).

Empat jenis rempah tersebut tidak dapat diperoleh dengan mudah karena keberadaan rempah ini hanya terdapat dalam hutan rimba. Maka dari itu empat jenis rempah utama ini dikatakan sangat spesial keberadaannya dalam ie bu peudah.

Untuk menghasilkan rasa yang lezat, daun yang digunakan harus yang masih muda. Setelah tersedia bumbu, rempah dan dedaunan, kemudian adonan rempah itu dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut.

Ie bu peudah yang tergolong kuliner langka ini hanya disajikan ketika Bulan Ramadan. Di samping nyaris tidak dijual di pasaran pada bulan-bulan biasa, orang-orang yang terampil mengolahnya juga sudah mulai jarang.

Hal yang menarik dari bubur ini adalah proses memasaknya harus dilakukan dengan cara bergotong royong. Setiap hari, empat pemuda dipilih oleh pemuka desa untuk memasak bubur. Mereka ditugaskan mencari kayu bakar, dedaunan, atau mengaduk bubur. (M-3)

 

Baca Juga

MI/SUMARYANTO BRONTO

Hanisah Abdullah: Membuka Lembaran Baru di Rumah Aman

👤(Nas/M-1) 🕔Minggu 26 Maret 2023, 05:50 WIB
TAHUN 2000, Hanisah mewujudkan mimpinya dengan mendirikan pesantren Dayah Diniyah Darussalam di Kabupaten Aceh Barat....
MI/SUMARYANTO BRONTO

Joan Patricia Walu Sudjiati Riwu Kaho: Korban Menjadi Penolong

👤 (Nas/M-1) 🕔Minggu 26 Maret 2023, 05:45 WIB
JOAN Patricia Walu Sudjiati Riwu Kaho atau biasa dipanggil Puput ialah penyintas kekerasan...
MI/SUMARYANTO BRONTO

Velmariri Bambari : Membela Korban Kekerasan Seksual dari Penindasan Hukum Kampung

👤Nike Amelia Sari 🕔Minggu 26 Maret 2023, 05:40 WIB
MESKI kini negara kita telah memiliki perundang-undangan mengenai korban kekerasan seksual dan mengenai perlindungan...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya