Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
BEBERAPA hari lagi umat muslim akan melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Biasanya setiap masyarakat di daerah punya cara masing-masing untuk menyambutnya, seperti melaksanakan ritual adat hingga menyajikan hidangan kuliner khas yang hanya ada ketika bulan suci itu tiba.
Tak terkecuali masyarakat Aceh yang memiliki tradisi turun-temurun saat bulan suci Ramadan yaitu memasak Ie Bu Peudah (baca: i-bu-pedah), sebuah hidangan langka berupa bubur yang diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan.
Dilansir dari laman resmi Pemprov Aceh, Ie Bu Peudah biasanya dimasak dengan campuran bahan baku bumbu alami seperti lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Kemudian adonan rempah itu dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut. Rempah yang digunakan sebagai bumbu itu terasa sedikit pedas sehingga dinamakan ie bu peudah, yang berarti air nasi pedas.
Ie Bu Peudah memiliki cita rasa yang hampir sama seperti bubur kanji rumbi, atau bubur ayam dengan tekstur lembut. Akan tetapi yang menjadi rasa khas dan pembeda terletak pada rasa pedasnya. Masyarakat Aceh percaya bahwa Ie Bu Peudah ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam.
Dilansir dari laman resmi Kemendikbid, selain cita rasa pedas, Ie bu peudah diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan, di antaranya ada empat macam daun utama yaitu Daun Tahe Peuha (Leuconitis eugenifolus), Daun Nekuet (Ligustrum glomeratum), Daun Teumpheung (Antidesma ghaesaembilla) dan Daun Saga (Abrus precatorius).
Empat jenis rempah tersebut tidak dapat diperoleh dengan mudah karena keberadaan rempah ini hanya terdapat dalam hutan rimba. Maka dari itu empat jenis rempah utama ini dikatakan sangat spesial keberadaannya dalam ie bu peudah.
Untuk menghasilkan rasa yang lezat, daun yang digunakan harus yang masih muda. Setelah tersedia bumbu, rempah dan dedaunan, kemudian adonan rempah itu dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut.
Ie bu peudah yang tergolong kuliner langka ini hanya disajikan ketika Bulan Ramadan. Di samping nyaris tidak dijual di pasaran pada bulan-bulan biasa, orang-orang yang terampil mengolahnya juga sudah mulai jarang.
Hal yang menarik dari bubur ini adalah proses memasaknya harus dilakukan dengan cara bergotong royong. Setiap hari, empat pemuda dipilih oleh pemuka desa untuk memasak bubur. Mereka ditugaskan mencari kayu bakar, dedaunan, atau mengaduk bubur. (M-3)
KEBAKARAN lahan melanda dua gampong (desa) di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Total lahan yang terbakar sejak sepekan terakhir seluas 12 hektare.
Dari jumlah jemaah asal Aceh kali ini (tahun 2025), 4.378 orang, sebanyak 12 di antaranya telah wafat di Arab Saudi.
Muslim, penjaga rumah Cut Meutia, mengaku telah berulang kali melaporkan kondisi kerusakan parah pada beberapa bagian bangunan Rumah Cut Meutia.
HARGA cabai merah di kawasan Provinsi Aceh, sejak sepekan terakhir turun.
Turunnya harga tersebut dapat memengaruhi semangat petani dan pekerja. Apalagi hal itu bisa berdampak beruk roda berekonomian warga sekitar.
DEMAM batu akik seolah menjadi epidemi yang melanda masyarakat Indonesia saat ini
Program ini menjadi bukti bahwa Ramadan tak hanya sebagai momen ritual ibadah semata, tetapi langkah nyata memperkuat solidaritas sosial.
Kesejahteraan masyarakat mengalami penurunan selama Ramadan hingga Idul Fitri 2025. Hal ini tercermin dari data Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) per Maret 2025.
Pembahasan tentang puasa Syawal terkait dalil hukum dan beda pendapat mazhab, nilainya seperti puasa setahun, orang yang tidak berpuasa Ramadan, dan niat puasa Syawal. Berikut penjelasannya.
Pada momen Ramadan dan Lebaran, kesehatan kulit harus dijaga agar tidak terpengaruh dengan pola makan, hidrasi, dan gaya hidup.
Melalui program Hampers Produk Mustahik ini, Baznas telah melakukan Kurasi Produk untuk mendukung UMKM binaannya dalam memproduksi kue-kue berkualitas.
Pernah membayangkan Ramadan terjadi dua kali dalam satu tahun? Jika melihat kalender, fenomena unik ini akan terjadi pada 2030 nanti.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved