MEMILIKI teman yang kemudian dapat menjadi sahabat tentu membahagiakan. Sayangnya, lebih sering hanya sedikit teman yang dapat menjadi sahabat.
Ada pula teman yang justru memberi pengaruh tidak baik atau membuat suasana hati lebih sering merana ketimbang senang. Lalu adakah cara untuk bisa mudah mengenali tanda-tanda pertemanan yang tidak baik alias red flag pertemanan?
Berikut ini tiga pertanyaan mudah soal pertemanan yang ditulis oleh Mark Travers, Ph.D., seorang psikolog Amerika, seperti dikutip dari situs Psychology Today, Jumat (17/2). Jawaban dari pertanyaan itu akan membantu Anda mengenali kualitas pertemanan yang patut dipertahankan atau segera ditinggalkan.
- Bagaimana reaksi teman saat Anda berbagi kabar baik?
Teman sejati tentunya akan ikut senang jika Anda merasa senang. Sebab itu pula, jika Anda merasa sedih, ia bukan semata ikut bersedih melainkan juga mencari cara agar Anda bisa segera bangkit.
Sayangnya, tidak sedikit pula teman yang tidak tulus berbahagia dengan kabar baik Anda. Misalnya, awalnya ia tampak ikut senang namun kemudian mencari-cari sisi kelemahan atau kekurangan dari kabar baik itu.
Tentu saja, bukan berarti orang yang berusaha melihat suatu hal dari dua sisi adalah orang yang buruk. Sikap ini dapat membuat Anda melihat hal dengan seimbang. Namun jika hanya kelemahan yang dibesarkan maka ini adalah tanda teman yang tidak sehat.
Jikalaupun, ia beralasan kehati-hatian maka semestinya ia memberikan pula solusi. Di samping itu ia juga tidak semestinya mengambil segala kesenangan. Sikap yang demikian adalah salah satu tanda orang yang iri dan sebaiknya Anda tinggalkan.
2. Apakah mereka bertanya tentang Anda, atau hanya asyik dengan diri sendiri?
Hubungan yang sehat perlu memberi dan menerima. Seorang teman yang selalu berbicara tentang diri mereka sendiri dan tidak pernah bertanya tentang Anda, sangat mungkin bukanlah teman sejati. Bisa jadi mereka hanya membutuhkan pendengar, baik untuk keluh kesah atau pun untuk menyombongkan diri.
Teman sejati akan ingin mengetahui tentang diri Anda karena mereka memang ingin tahu diri dan pemikiran Anda. Berbagi akan membuat mereka bahagia dan begitu pula jika Anda mau berbagi dengan mereka.
3. Apakah Anda merasa menjadi diri sendiri saat bersama mereka?
Memang, tidak jarang pertemanan akan memengaruhi penampilan, cara bersikap, hingga pola pikir Anda. Jika nilai-nilai yang dibawa adalah hal negatif, tentu kita akan mudah mengenali bahaya dan sadar untuk segera memutus pertemanan. Namun bagaimana jika nilai yang dibawa sesungguhnya positif?
Meski pertemanan itu sesungguhnya positif namun bisa saja kepura-puraan terjadi jika Anda tidak merasa tulus dan senang. Anda merasa tersiksa. Maka, ketika tidak lagi berada bersama teman itu, Anda baru merasa bebas dan senang.
Jika terjadi maka ini juga dapat menjadi red flag bagi kesehatan mental Anda. Ada baiknya Anda perlu rehat sejenak tanpa memutuskan pertemanan. Bisa saja, perubahan nilai yang terlalu drastis atau terlalu cepat membuat Anda tidak siap.
Pertemanan yang positif itu memang sayang untuk ditinggalkan. Namun, perlu juga Anda menjalaninya dengan perlahan. Tidak terburu-buru untuk segera akrab atau untuk segera menyenangkan teman-teman baru Anda.
Ada baiknya pula Anda tetap menunjukkan sisi asli sembari juga menunjukkan keinginan untuk belajar hal-hal baru yang positif. Jika, teman-teman Anda benar-benar positif maka semestinya mereka dapat mengerti dan mendukung Anda dengan sabar.
Sebab bagaimanapun, pertemanan bukanlah membuat kita menjadi orang lain. Namun, membuat diri kita menjadi versi yang lebih baik. (M-1)