Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Iggy Pop, Rock Star Gaek yang Kembal ke Akar

Adiyanto
05/1/2023 12:38
Iggy Pop, Rock Star Gaek yang Kembal ke Akar
Iggy Pop( FRANCOIS NASCIMBENI/AFP)

Usia boleh tua 75 tahun, namun penampilan di atas panggung dan produktivitas tidak kalah dengan anak muda. Begitulah gambaran sosok Iggy Pop. Tahun ini, album solo ke-19 milik mantan personel The Stooges itu bakal dirilis, tepatnya pada 6 Januari.

Di album yang bertajuk Every Loser ini, Iggy yang bernama asli James Newell Osterberg, bekerja sama dengan sejumlah musisi era 80 dan 90-an, seperti Duff McKagan dari Guns N' Roses, Stone Gossard (Pearl Jam), Dave Navarro ( Jane's Addiction), Chad Smith (Red Hot Chili Peppers), serta Taylor Hawkins, drummer Foo Fighters yang  wafat pada Maret lalu.

Daya ledak album baru ini terbukti dari lagu pertama, "Frenzy" yang seolah kembali ke akar hard rock. Siapa pun yang melihat rocker gaek itu saat tampil di tur dunianya baru-baru ini, tentu tahu tidak ada tanda-tanda dia melambat. Dia tidak pernah mau menyerah.

"Dia benar-benar The Last Mohicans sejak meninggalnya David Bowie dan Lou Reed," kata Gilles Scheps, salah satu penulis buku "Iggy Pop and The Stooges" dan pendiri Stooges Fans Club di Prancis.

Meski tidak bergabung dalam satu band, Iggy, Bowie, dan Lou Reed berkawan akrab selama tahun 1970-an dan terlibat dalam berbagai proyek musik. Mereka saling membantu membangun rock alternatif modern dan menjadi ikon musik era itu, dari dandanan hingga gaya bermusik. Saking kuat pengaruhnya, sebuah film tentang ketiga sosok ini pernah dirilis pada 2010 dengan judul The Sacred Triangle.

Tetapi, Iggy membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai tingkat popularitas yang sama dengan kedua sahabatnya itu (Bowie dan Reed)

"Iggy Pop tidak dikenal di negaranya sendiri. Penonton Amerika melewatinya," kata Jean-Charles Desgroux, penulis "Iggy Pop: Shake Appeal".

Tapi, sejak itu, dia telah menjadi ikon band aslinya, The Stooges, dan banyak dari rekaman solonya telah menjadi inspirasi bagi generasi musisi berikutnya dari lintas genre, termasuk punk.

"Saya bisa melihat ujung jalan," katanya tentang keputusannya untuk mulai hidup ‘bersih’ sejak dekade 1990-an. Bersih yang dimaksud adalah bebas dari pesta liar. "Gigi saya pernah rontok, pergelangan kaki saya bengkak, musik saya semakin bernada sumpah serapah," imbuhnya.

Namun, biar bagaimanapun, dia tetap senang berpetualang, termasuk di albumnya "Free" yang dirilis pada 2019, yang cenderung bercorak ke jazz.

"Dia membawa penggemar ke arah yang tidak terduga dengan 'Free', dan kini ketika kita tidak lagi mengharapkan dia untuk bergoyang, dia kembali dengan irama yang cepat," kata Scheps. (AFP/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya