Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
DARI kegiatan Front Row Paris 2022 yang digelar oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC) pada 3-4 September 2022, National Chairman IFC Ali Charisma melihat ada kategori busana yang lebih disukai publik internasional. Menurutnya, dari kegiatan yang diantaranya mencakup presentasi koleksi di Kapal Pesiar Chansonnier (Bateux Chansonnier) dan La Galerie Bourbon, Paris, Prancis itu busana siap pakai (ready to wear) lebih disukai.
Selain itu, menurut Ali, produk fesyen Indonesia juga harus disesuaikan dengan tren global. "Maksudnya cara mereka berpakaian, itu penting. Kalau summer itu mereka pakai baju apa, kalau winter apa. Jadi, kita menyesuaikan, kita mengikuti tren mereka juga tapi dengan bahan yang kita punya," ungkap Ali, saat ditemui usai konferensi pers di Jakarta Pusat, Senin (19/9)
Lebih lanjut ia menjelaskan jika penyesuaian itu bukan berarti menggunakan material dan desain yang serupa dengan produk asal Eropa. "Karena kalau kita menggunakan bahan yang sama dengan budaya mereka, ngapain juga beli dari Indonesia. Tapi kalau kita bisa memberikan warna baru dengan produk yang fungsinya bisa diterima oleh mereka, mereka akan beli walaupun agak mahal," lanjutnya.
Terkait tren fesyen 2023/2024, ia menjelaskan terdapat dua kategori berdasarkan kecenderungan publik, yakni publik yang ingin bersuka cita usai pandemi dan yang ingin lebih sederhana.
"Kelompok pertama, tipe orang yang pengin celebration setelah pandemi, jadi siluetnya aneh-aneh, warnanya terang-terang, terus berani bereksperimen. Lalu, di lain sisi, ada orang-orang yang kebalikannya, karena ada pandemi ini orangnya semakin wise dengan menggunakan gaya-gaya yang sederhana, ada cutting yang fungsional saja dengan warnanya basic," jelasnya. Tren ini harus dipahami pengusaha fesyen agar produk mereka diterima pasar. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved