Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Roslinda Tamo Ina: Suara yang Memengaruhi Kebijakan

(*/M-1)
20/3/2022 05:20
Roslinda Tamo Ina: Suara yang Memengaruhi Kebijakan
Roslinda Tamo Ina(MI/SUMARYANTO BRONTO)

NUSA Tenggara Timur (NTT) juga memiliki seorang aktivis muda yang sangat gigih menyuarakan hak-hak anak. Roslinda Tamo Ina atau akrab disapa Oslin ialah anggota dari forum anak.

Oslin mengungkapkan salah satu isu hak anak yang belum terpenuhi di desanya ialah terkait dengan identitas diri. Dia mengatakan jika dulunya anak-anak masih banyak yang belum memiliki akta lahir.

“Banyak anak yang tidak punya akta lahir. Akibatnya tidak bisa bersekolah dengan baik, ada teman saya yang mau ikut lomba, lombanya dari pemerintah. Tapi tidak bisa karena dia tidak punya identitas sehingga potensi dan bakatnya tidak tersalurkan karena tidak punya identitas,” ujarnya dalam acara Kick Andy yang tayang Minggu (20/3).

Berbagai faktor pun Oslin sebutkan yang membuat banyaknya anak-anak tidak memiliki akta lahir di desanya di antaranya faktor jarak, biaya, dan kurangnya kesadaran para orangtua akan pentingnya akta lahir. Lewat forum anak, Oslin bersama rekan-rekannya mulai mendorong para orangtua untuk menyelesaikan permasalahan akta lahir anak. Tidak hanya itu, mereka pun melakukan pendekatan ke pemerintah desa dan mengajukan pembuatan akta kelahiran anak massal.

“Pemerintah desa buat gugus tugas untuk fokus urus akta lahir anak, mendata anak-anak yang belum punya akta lahir terus diurus secara massal di kota. Akhirnya 99% anak-anak di  Desa Kombapari sudah punya akta lahir,” paparnya.

Pengetahuan soal hak-hak anak didapatkannya dari pembimbingan oleh kakak-kakak dari Wahana Visi Indonesia--organisasi kemanusiaan Kristen di bidang pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Selain permasalahan akta lahir, kasus kekerasan anak di desanya juga kerap terjadi. “Kadang anak dipukul, ada juga anak-anak yang dikasih cacian maki. Itu sangat berpengaruh di mental anak. Anak itu tidak pantas mendapatkan hal seperti itu. Ini yang saya perjuangkan sama teman-teman, supaya para orangtua sadar bagaimana mengasuh anak itu bisa mengasuh anak dengan cinta,” katanya.

Oslin bersama forum anak melakukan edukasi dengan menarik, salah satunya lewat pementasan drama. “Di forum anak itu, waktu Natalan, kita buat acara terus kita undang, orangtua, guru, elemen masyarakat, dan pemerintah, di situ kita tampilkan drama singkat tentang anak yang mendapatkan kekerasan dan dampaknya,” ucapnya.

Berkat Oslin dan rekan-rekannya, suara anak mulai dilihat sama pentingnya dengan suara masyarakat dewasa dan memiliki andil dalam pemerintahan desa. “Perubahannya terasa, lebih banyak anak-anak yang mau sama-sama berjuang untuk haknya dipenuhi, terus pemerintah juga sudah mau melibatkan kami dalam pengambilan keputusan dan sidang DPRD, dan sudah mau mendengarkan suara kami. Sudah buat peraturan desa tentang perlindungan anak,” papar mantan Ketua Forum Anak Desa Kombapari itu.

Oslin kemudian didapuk menjadi perwakilan kabupaten untuk menyebarkan ilmu ke puluhan desa di Kabupaten Sumba Timur soal pemenuhan hak anak. Pada 2019, ia juga ditunjuk menjadi perwakilan Indonesia untuk menjadi pembicara di forum PBB di New York. Oslin kembali menyampaikan suara anak Indonesia secara online ke perwakilan negara anggota PBB di New York, Amerika Serikat, pada Oktober 2020. (*/M-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik