Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Musodikun : Perubahan Desa Berkat Kompos dan Biourin

(Gas/M-1)
13/2/2022 05:10
Musodikun : Perubahan Desa Berkat Kompos dan Biourin
Musodikun(MI/SUMARYANTO BRONTO)

DESA Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, sudah lama menjadi sentra produksi daging sapi. Namun, kotoran ternak belum dimanfaatkan.

Perubahan baru terjadi berkat Musodikun. Pemuda kelahiran Kebumen, 6 Juni 1971, memanfaatkan berlimpahnya kotoran sapi menjadi pupuk organik.

“Saya mengembangkan limbah ternak menjadi satu produk berupa pupuk organik. Ternak besar ataupun unggas yang utamanya kotoran sapi dan ayam kemudian dikelola menjadi pupuk organik,” kata pria yang akrab disapa Sodikun ini saat hadir sebagai bintang tamu Kick Andy bertajuk Pahlawan Kemajuan Keluarga yang tayang Minggu (13/2).

Dia mengatakan sebelum adanya komoditas pupuk organik tersebut, warga yang bukan peternak mengandalkan hidup di pertanian. Namun, pertanian yang sarat pupuk kimia itu pun hanya panen satu tahun sekali. Itu membuat para kepala keluarga harus mencari tambahan pendapatan dengan merantau.

“Lambat laun alhamdulillah dengan mengadopsi penggunaan limbah menjadi pupuk organik, kemudian didorong oleh pemda setempat melalui dinas-dinas terkait sekarang sudah bagus. Bahkan sekarang tidak hanya di pertanian pangan, tapi juga tumpang sari dengan jeruk yang sudah dikirim ke Surabaya rata-rata,” lanjut Sodikun.

Dalam mengembangkan pupuk organik dari limbah kotoran ternak ini Sodikun meminta bantuan ke Dinas Peternakan setempat.

Pada awalnya Dinas Peternakan sempat kurang mendukung karena program bantuan sebelumnya tidak tampak berkembang bahkan banyak ternak yang hilang atau mati. “Pertemuan ketiga baru diiyakan dari Dinas Peternakan dengan jumlah 36 ekor dengan catatan buktikan bahwa ini harus berhasil. Satu tahun kemudian dipelihara oleh teman-teman, termasuk saya dan perkembangannya cukup bagus,” kenangnya.

Dengan bantuan sapi dari dinas dalam satu tahun warga sudah bisa mendapat anak sapi. Mereka kemudian hanya perlu menyetorkan satu sapi, sedangkan satu ekor induk sapi menjadi hak milik mereka dan sudah ada nilai tukarnya.

Kini gudang penelitiannya sudah stabil menghasilkan pupuk kompos, biogas, dan pestisida organik dari urine sapi.

Ketua gabungan kelompok ternak Wijaya Kusuma ini juga mengajak masyarakat untuk menggunakan pupuk organik untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Tak hanya itu, Sodikun juga sering mengedukasi warga terkait bercocok tanam secara efisien.

Hingga kini, di desanya bukan hanya komoditas pertanian saja, melainkan juga komoditas jeruk dan ternak. Komoditas pertanian pun ada dua, yaitu padi lokal dan padi unggul. Sodikun mengajak masyarakat untuk melakukan pertanian surjan, salah satu sistem pertanaman campuran yang dicirikan oleh perbedaan tinggi permukaan bidang ta­nam pada suatu luasan lahan. Melihat komoditas selain padi lokal yang cocok ialah nanas, rambutan, dan jeruk.

“Setelah ada komoditas jeruk dan ternak itu masyarakat secara umum terjadi perubahan. Pertama fisik bangunan yang tadinya kayu, kini secara rata-rata batu, hampir setiap KK (kepala keluarga) mempunyai kendaraan, sebagian sudah ada juga yang memiliki mobil,” ujarnya.

Kini gudang miliknya menjadi jembatan untuk transfer ilmu mahasiswa-mahasiswa dari beberapa universitas di Banjarmasin. (Gas/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik