Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
DI balik citra rocker yang sangar, Erick Christianto atau terkenal sebagai Erix Soekamti nyatanya adalah sosok yang punya beragam gerakan sosial dan kemasyarakatan. Setelah mendirikan sekolah gratis Does University pada 2016, vokalis dan pemain bas band rock Endank Soekamti itu menginisiasi gerakan kawasan wisata Magelang, Kulon Progo, dan Purworejo atau disingkat Gelangprojo.
Gelangprojo melibatkan komunitas masyarakat dan pemuda setempat sehingga dapat mengembangkan wisata sesuai potensi daerah masing-masing. Gerakan yang ia mulai di masa pandemi ini telah cukup berhasil. Bahkan, tempat yang dinamakan Tumpeng Menoreh viral beberapa waktu lalu.
Berlokasi di Desa Ngargoretno, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tumpeng Menoreh merupakan gardu pandang yang dibangun bertingkat sehingga terlihat mirip tumpeng. Dari gardu pandang di ketinggan 1.000 meter di atas permukaan laut ini wisatawan bisa melihat keindahan pemandangan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Candi Borobudur.
“Tumpeng itu juga harapan, semua orang Jawa kalau doa pasti pakai media tumpeng. Kalau menoreh karena di wilayah tempat kita menoreh,” jelas Erix soal makna lain Tumpeng Menoreh saat hadir sebagai bintang tamu Kick Andy episode Mendulang Emas di Kampung Sendiri, yang tayang malam ini di Metro TV.
Erix mengungkapkan bahwa ide gerakan wisata muncul seiring hobi bertualang yang ia lakoni selama pandemi. “Semuanya hikmah pandemi. Jadi, saat pandemi kegiatan musikku berkurang, hobi lain jalan, sehingga akhirnya camping, bertemu tempat itu, bertemu dengan teman-teman di sana. Jadi ngerti dan jatuh cinta langsung karena aku ditunjukkan keindahan alam yang luar biasa yang dimiliki Gelangprojo,” jelas pria berusia 41 tahun itu.
Erix menjelaskan gerakan kawasan wisata ini juga merupakan hasil dari interaksinya dengan pemuda di Kulon Progo sejak dua tahun lalu. Erix mengungkapkan, kala datang ke Dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo, Kabupaten Kulon Progo, ia begitu kesengsem dengan keindahan wilayah tersebut hingga memutuskan tinggal 6 bulan di sana.
Selama itu pula ia banyak berbincang dengan pemuda asli dusun atau akamsi (anak kampung sini) sehingga memahami berbagai permasalahan sosial di sana. Di dusun yang pekerjaan utama masyarakatnya ialah bertani dan beternak itu, sekitar 50% warga prianya pernah berurusan dengan penjara. “Lima puluh persennya lagi belum ketangkep, untungnya udah insaf duluan. Kebanyakan kasusnya judi,” ujar pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini.
Erix sesungguhnya memiliki keinginan memindahkan kampus Does University dari Sleman ke dusun itu untuk sekaligus membantu mengembangkan keahlian pemuda setempat. “Awalnya saya tinggal di sana selama 6 bulan untuk sosialisasi. Gunanya adalah mapping studi potensi, alam, dan manusia. Banyak teman yang punya daya, tapi belum diberdayakan. Ada yang ahli di perbengkelan, mechanical, offroad, pertukangan, bangunan, aktivis lingkungan,” tuturnya.
Erix bahkan sudah menjual pesawat yang dimilikinya untuk pembangunan kampus baru. Sayangnya, pandemi membuat pria yang hobi menerbangkan pesawat ini mengalihkan rencananya ke pembangunan kawasan wisata.
Agar cita-cita membangun wisata lokal itu berhasil dan masyarakat mau terlibat, ia pun merangkul para pemuda, bahkan yang dianggap sebagai preman kampung. “Ketiga kabupaten ini premannya dikumpulin dulu, istilahnya penggerak-penggerak lokalnya duduk bareng untuk membuat sebuah kesepakatan namanya Akamsi (Anak Kampung Sini) Gelangprojo, komunitas dari ketiga kabupaten ini, yang harapannya bisa menyejahterakan masyarakatnya,” jelas dia.
Tanpa merusak alam
Erix mengatakan tantangan membangun tempat wisata ini ialah mewujudkan pembangunan tanpa merusak alam. Hal itu ia jalankan dengan studi potensi desa. Hasilnya ialah pembangunan zonasi yang berbeda-beda, seperti zona penginapan, zona perkemahan (camping side), zona kuliner, zona tani, dan sebagainya sesuai dengan potensi dan kemampuan warga di zona tersebut. Dengan sistem zonasi ini pula maka sinergi di antara Gelangprojo itu dapat tercapai.
Selain berbasis wisata alam dan juga memanfaatkan keunikan budaya dan kuliner setempat, wisata Gelangprojo juga menjadi motor ekonomi dengan mendorong lahirnya berbagai UMKM lokal. Saat ini terdapat berbagai produk lokal seperti madu, teh, kopi, susu, hingga gula aren.
Terkait kuliner, dia mengatakan bahwa di lokasi wisata Tumpeng Menoreh tidak tersedia dapur untuk memasak. Dengan begitu, ibu-ibu desa dapat mengambil potensi ekonomi wisata kuliner dengan menyuplai masakan ke kawasan tersebut. Untuk menjamin kualitas, makanan akan dikurasi dulu sebelum bisa masuk ke katalog menu.
Untuk melatih warga dalam memberikan pelayanan yang baik kepada para pengunjung, Erix mendatangkan chef dan para profesional bidang perhotelan untuk melatih warga. Ia berharap konsep desa wisata ini dapat mengembangkan seluruh potensi desa tanpa merusak alam. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved