Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
BERSEKOLAH tinggi selalu menjadi keinginan Nopriana Lakamani sejak kecil. Meski berasal dari keluarga petani pas-pasan di Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), ia bersyukur dapat terus bersekolah hingga SMA berkat pembiayaan pamannya.
Setamat SMA di Kupang, perempuan kelahiran 3 November 1984 itu pun ingin melanjutkan kuliah, tapi terbentur biaya. Tetap berkeinginan untuk terus produktif, informasi lowongan kerja sebagai asisten rumah tangga (ART) dari saudaranya di Jakarta pun langsung disambutnya.
Gaji sebagai ART memang tidak bisa cepat mengantarkannya ke kampus, tapi perempuan yang akrab disapa Novi itu tidak putus asa. Terlebih saudaranya terus mendorong agar ia bisa melanjutkan mimpinya.
"Saya mempunyai keinginan juga untuk kuliah, tapi saya tidak mempunyai biaya. Tapi karena saya kerja jadi pembantu rumah tangga, saya percaya bahwa saya bisa. Di situ saya mengumpulkan uang, di situ saya masuk ke kampus. Saya berhenti jadi pembantu rumah tangga dan kuliah," tutur Novi saat menjadi bintang tamu Kick Andy berjudul Kebahagiaan Batin yang tayang malam ini.
Selama berkuliah di Jakarta, untuk menambah penghasilan ia menjual makanan ringan setiap Sabtu dan terkadang membantu membersihkan rumah dosennya. Ia juga menjadi guru di TK Belajar Mandiri yang diperuntukan anak-anak kurang mampu. Ia mengajar di TK yang tempat belajarnya berada di samping rel kereta api, kolong jembatan, hingga rumah terpal itu selama empat tahun. Selain itu, dia pernah mengajar di Sekolah Terang Bangsa.
Mendirikan sekolah
Pertualangan Novi di Jakarta akhirnya selesai setelah ayahnya menyusul dan mengajaknya kembali ke kampung karena ingin ada yang merawat di masa tua. Sang ayah kemudian sakit keras tidak berapa lama setelah mereka kembali ke kampung. Ekonomi mereka yang sangat minim membuat sang ayah tidak bisa mendapat perawatan semestinya hingga kemudian tutup usia pada Maret 2020.
Perasaan sedih tidak membuat Novi ingin meninggalkan Alor. Sebaliknya, melihat minimnya akses pendidikan bagi anak-anak setempat mendorongnya mengabdi dengan mendirikan sekolah.
Dari situlah lahir PAUD Zaitun di Fuimelang, Kecamatan Alor Tengah Utara. “Awalnya, saya bersama rekan-rekan relawan meminjam gedung poliklinik desa untuk mengajar anak-anak. Saat itu, hanya sekitar delapan anak yang diajar dengan saya dan satu teman sebagai pengajar,” tuturnya.
Pada awal-awal masa sekolah itu, Novi dan temannya bekerja sukarela. Bahkan, Novi mencukupi kebutuhan kegiatan sekolah dengan berjualan sirih di pasar. Ia juga kerap memakai bagian belakang kertas bekas untuk buku tulis.
Kini, sekolah PAUD itu telah berkembang dan memiliki bangunan dengan satu ruang. Jumlah murid telah mencapai 38 anak dan sekolah juga sudah mendapat akreditasi pada 2020. Novi dan para pengajar juga mendapat bayaran Rp250 ribu per bulan.
Operasional sekolah juga terbantu dari Gerakan Seribu Rupiah (Geser). "Gerakan Seribu Rupiah sangat membantu kami di PAUD, biasa kalau ada kebutuhan kami di kota, seperti kertas dan kebutuhan lainnya datang dari Geser membantu," katanya.
Novi mengungkapkan memang tantangan yang dihadapinya selama mengajar di desa ialah kurangnya alat peraga dan sarana belajar lainnya. Meski di tengah keterbatasan, ia berharap anak-anak desa dapat maju dan meraih mimpi seperti anak-anak lainnya di Tanah Air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved