Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

SUSTER LAURENTINA SDP Berjuang Melawan Perdagangan Manusia

NIKE AMELIA SARI
26/12/2021 05:20
SUSTER LAURENTINA SDP Berjuang Melawan Perdagangan Manusia
(Suster Laurentina /MI/SUMARYANTO BRONTO)

DALAM momen Natal kali ini Kick Andy menghadirkan episode berjudul Jalan Sunyi Menuju Tuhan. Salah satu bintang tamu dalam episode yang tayang malam ini ialah Suster Laurentina atau kerap disebut sebagai Suster Kargo.

Panggilan itu diberikan karena dedikasinya, selama 4 tahun terakhir ini, membantu pemulangan jenazah tenaga kerja migran dari Nusa Tenggara Timur (NTT) baik dari dalam maupun luar negeri. Jenazah-jenazah yang diurus bersama rekan-rekannya tersebut dijemput di kargo Bandara El Tari Kupang, NTT, kemudian diurus bahkan diantarkan kepada keluarga korban.

Sejak 2016, setelah menjadi relawan di Selter Bambu Apus, Suster Lauren memang ditugaskan Kongregasi Suster Penyelenggaraan Ilahi (PI) sebagai koordinator antiperdagangan manusia NTT untuk mendampingi korban perdagangan manusia dan jenazah pekerja migran Indonesia asal NTT yang bermasalah secara dokumen.

"Awalnya saya memang ada tugas dari Kongregasi untuk antihuman trafficking di Kupang, kemudian ternyata ketika saya tiba di Kupang, banyak juga kasus human trafficking yang meninggal dunia. Dan di Kargo karena banyak yang identitas gak jelas, nonprocedural, ada jenazah yang tidak jelas alamatnya, kemudian beberapa kali ada yang telantar juga," katanya kepada Andy Noya.

Suster kelahiran Temanggung, 51 silam itu, memang telah lama menaruh perhatian pada isu perdagangan manusia. Ia melihat jika banyak warga mudah terjerumus menjadi korban perdagangan manusia karena tekanan ekonomi hingga memaksa untuk mencari kerja ke luar negeri.

"Yang saya sampaikan memberikan edukasi, saya mengatakan tentang bagaimana cara bermigrasi benar dan cari pekerjaan yang benar dan jangan mudah ditipu orang. Kalau ada masalah tolong menghubungi orang yang dipercaya. Ketika mereka mau bekerja paling tidak diketahui oleh kepala desa," paparnya.

Pemahamannya soal perdagangan manusia terasah dengan mengikuti pembekalan di Counter Human Trafficking Commission pada 2012 di Malino, Sulawesi Selatan. Kemudian pada 2014, dirinya kembali melanjutkan pendidikan sarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri, Jakarta Selatan, dengan mengambil jurusan kesejahteraan sosial.

 

 

Keberagaman dalam keluarga

 

Perjalanan keimanan Suster Lauren diasah sejak kecil. Ia terlahir di keluarga dengan kepercayaan berbeda-beda. Ayahnya membebaskan anak-anak untuk memilih agamanya.

"Saya dilahirkan dari orangtua yang Bhinneka Tunggal Ika, ibu saya muslim. Bapak tidak menghendaki harus agama apa, dibebaskan, asal dilaksanakan dengan baik. Kemudian di rumah ada beberapa agama. Saya delapan bersaudara agamanya ada empat, ada muslim, Buddha, Protestan, dan Katolik," kata anak ketujuh dari delapan bersaudara itu.

Lewat pengalamannya di SD Temanggung, Jawa Tengah, yang diajarkan ajaran-ajaran Katolik, sampai akhirnya saat masih duduk di bangku kelas dua SMP, dia sudah dipermandikan atau dibaptis. "Karena saya SD ikut di SD Katolik, kemudian saya tertarik untuk menjadi seorang Katolik. Akhirnya saya kelas dua SMP saya dipermandikan," kenangnya.

Setelah tamat SMP, dia kemudian bekerja di sebuah panti jompo yang bernama Panti Wreda Karitas yang berlokasi di Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cimahi Selatan, Bandung. Di tempat ini dia mengaku mendapatkan pengalaman iman.

"Ada dua (penghuni panti) yang saya sayangi, satu oma itu dari Malang, dia seorang gelandangan, tapi dicari keluarganya tapi tidak ketemu. Satu lagi, oma dia orang Cimahi. Saya sangat menyayangi, pokoknya setelah oma ini meninggal saya meninggalkan panti jompo ini," jelasnya.

Setelah meninggalnya kedua oma itu, ia pun mulai mengikuti pendidikan biarawati di Solo, Jawa Tengah. Hatinya semakin mantap menjadi biarawati saat dirinya aktif di gereja, dia berkunjung ke salah satu biara di Kota Temanggung, dia melihat para Rahib yang sepuh dan banyak yang meninggal.

"Hati saya berkata nanti siapa yang akan menggantikan mereka, itu awalnya, panggilan saya. Saya ingin seperti mereka yang hidup dengan damai dan dekat degan Tuhan," katanya.

 

Pada 2010, Suster Lauren ditempatkan di Maubesi, NTT. Di sana, untuk pertama kalinya saat dia ditugaskan di NTT, dia dikontak jejaring pekerja kemanusiaan di Jakarta untuk meminta Suster Lauren membantu memulangkan jenazah korban perdagangan manusia asal Desa Tuamau, Kecamatan Maubesi. Sejak saat itulah ia memulai pelayanan dalam upaya antiperdagangan manusia.

Perkuliahan yang dilaksanakan malam hari, membuatnya bisa mengabdi pada siang hari menjadi relawan di Organisasi Sahabat Insan dan Selter Bambu Apus. Menurut Suster Lauren, bahaya perdagangan manusia semakin menggejala hingga ke daerah-daerah termasuk Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam beberapa tahun terakhir, NTT bahkan menempati rangking teratas, didaulat sebagai daerah asal korban tindak pidana perdagangan manusia.

"Perdagangan manusia sudah lama sebetulnya memang di NTT. NTT itu mempunyai jiwa merantaunya sangat tinggi. Kemudian infrastrukturnya yang kurang juga sehingga mereka mencari pekerjaan di tempat yang lain. Itu sudah sekitar tahun 1970 atau 1980-an ada namanya migrasi kultur dari nenek moyang mereka," tuturnya.

Suster Lauren mengatakan kasus perdagangan manusia tidak hanya terjadi pada orang-orang yang berusia produktif, tetapi juga anak-anak di bawah umur. Perdagangan manusia terjadi lantaran adanya beberapa faktor.

"Mereka butuh pekerjaan. Kemudian juga mereka mau mencari pekerjaan, tapi sering kali tidak tau apakah itu resmi atau tidak. Jadi, banyak mafia perdagangan manusia mencari calon-calon pekerja ke desa-desa kemudian dari ketidaktahuan mereka dibujuk rayu," papar Suster Lauren.

Lebih lanjut, dia juga mengatakan lewat iming-iming yang dijanjikan mafia perdagangan manusia seperti akan mendapat perkerjaan dengan gaji yang bagus, membuat banyak orang terjerat.

Dalam episode spesial Natal ini, Suster Lauren berpesan bahwa Natal itu ialah kehadiran kita di keluarga dan masyarakat serta kehadiran Tuhan sendiri di dunia untuk memberikan damai dan sejahtera. Selain itu, dia juga menghendaki kehadiran pemerintah untuk memberikan perlindungan dan keamanan untuk para pekerja migran.

Selain itu, dalam episode spesial Natal ini, Kick Andy juga menampilkan Tarakanita Youth Choir and Orchestra, sebuah grup orkestra dan paduan suara Sekolah Tarakanita Tangerang. Selain Tarakanita mencetak beragam prestasi, Tarakanita juga aktif untuk melakukan kegiatan sosial baik lewat konser amal maupun yang berupa gerakan.

"Kebetulan untuk SMP Tarakanita Gading Serpong pada konser amal setiap setahun sekali menggalang dana untuk panti asuhan, teman-teman, dan tempat-tempat yang membutuhkan. Tahun ini untuk Semeru," ujar Christina Ika Maheni, pelatih Tarakanita Youth Choir and Orchestra.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya