Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Bermain Bebas ala Denmark

Putri Rosmalia
21/8/2021 06:00
Bermain Bebas ala Denmark
Cover buku Play the Danish Way(Dok. MI)

BERMAIN ialah bagian sentral dalam proses tumbuh kembang setiap anak. Bermain juga salah satu bentuk hak yang harus bisa didapatkan seorang anak dalam masa pertumbuhannya.

Keleluasaan seorang anak mengekspresikan diri selama proses bermain memiliki kontribusi besar dalam perkembangan otak dan kepribadiannya di masa depan. Bermain secara bebas tanpa aturan ketat yang dibuat orang dewasa juga memiliki peran dalam mengasah kreativitas anak.

Saat ini, konsep bermain dan permainan untuk anak telah berkembang dengan sangat luas. Pilihan mainan dan permainan edukasi yang dibagi berdasakan usia anak menjadi sangat banyak bermunculan.

Meski memiliki manfaat dan bertujuan menstimulasi perkembangan motorik serta kogniftif anak, konsep bermain dengan bantuan orangtua sering kali melupakan tujuan utama bermain bagi anak: mengembangkan kreativitas dan imajinasi. Hal itu yang berupaya disampaikan Iben Sandahl dalam bukunya yang berjudul Play the Danish Way.

Dalam buku yang merupakan seri lanjutan dari buku sebelumnya, The Danish Way of Parenting, penulis menyampaikan pandangannya tentang pentingnya setiap anak memperoleh ruang untuk bermain secara bebas. Di situ, kreativitas, keberanian, imajinasi, kemampuan bersosialisasi, hingga memecahkan masalah dapat terasah secara alami.

Penulis menjabarkan permainan edukasi yang terarah seperti menyusun puzzle, balok, atau lego cenderung membatasi kemampuan eksplorasi anak. Meski praktis dan memudahkan orangtua dalam menjaga anak ketika bermain, pola permainan yang terstruktur tersebut tidak seharusnya menjadi pilihan permainan utama yang dikenalkan orangtua kepada anak-anak.

'Kegiatan anak dewasa ini banyak yang dibimbing atau difasilitasi oleh orang dewasa. Alhasil, ini bisa saja mengekang kemampuan anak-anak untuk mengekspresikan diri secara leluasa', halaman xvi.

Sesuai dengan judulnya, buku ini banyak mengungkap tradisi, metode belajar, pengasuhan, hingga sejarah masyarakat Denmark dalam membesarkan anak-anak mereka. Seperti diketahui, Denmark merupakan salah satu negara yang masyarakatnya langganan mendapat predikat sebagai yang paling bahagia di dunia.

Pada bagian awal buku, penulis menjelaskan bermain ialah bagian penting dari pembentukan identitas sebagai orang Denmark. Bermain merupakan komponen yang melekat erat pada tradisi Denmark sejak puluhan tahun lamanya. Bermain telah memiliki tempat dan posisi yang serius dalam kehidupan masyarakat Denmark dalam membesarkan anak-anak mereka.

Dalam kurikulum pendidikan, bermain juga memiliki posisi yang sama sekali tak dikesampingkan. Bahkan sejak 1871, dua orang Denmark, Niels dan Erna Juel Hansen, telah mencetuskan teori pendidikan berdasarkan konsep bermain. Teori pendidikan dengan konsep bermain ala Niels dan Hansen tersebut hingga saat ini masih dipegang masyarakat Denmark.

'Di Denmark bermain tidak dipandang sebagai kegiatan bermalas-malasan nan langka, melainkan sebagai landasan tumbuh kembang. Pada saat bermain, anak-anak bebas mengeksplorasi potensi mereka sepenuhnya dan mengembangkan bakat individuali, tanpa dikekang batasan ala orang dewasa', halaman 3.

Berbagai penjabaran yang dituangkan penulis dalam buku ini dilandaskan pada pengalamannnya sebagai warga asli Denmark yang mengalami pengasuhan dengan konsep bermain bebas dari orangtuanya ketika kecil. Ia juga mengelaborasi pengalaman bermainnya tersebut dengan sudut pandang profesionalnya sebagai orangtua, guru, dan psikoterapis.

 

Konflik diperlukan

Penulis juga menceritakan pengalamannya ketika kecil yang dibebaskan bermain bersama teman-temannya di sebuah rumah di tepi laut setiap musim panas. Pengalaman bebas bermain dengan teman sebaya tanpa arahan dan campur tangan orangtua disebutnya sebagai pengalaman penting yang sedikit banyak membentuk kepribadiannya hingga saat ini.

'Masa kanak-kanak saya sarat dengan kesempatan bermain bebas tak terstruktur pada musim panas. Kami tertawa, berdiskusi, berunding, menciptakan segalanya bersama, sampai larut malam kami ambruk ke tempat tidur dalam keadaan bahagia, puas, dan capek', halaman xii.

Dalam beberapa bagian di buku, penulis banyak menegaskan perihal bermain bebas dapat berperan sebagai guru terbaik, pemicu munculnya insting untuk berpikir kreatif, serta menghadirkan suasana tumbuh kembang yang bahagia.

Tak hanya menekankan berbagai manfaat konsep bermain bebas dan cara pengasuhan dengan bermain ala orangtua Denmark, penulis menghadirkan tip yang bisa dilakukan orangtua. Karena sadar akan perbedaan budaya yang mungkin ada di setiap negara, ia menjabarkan dengan detail hal-hal yang perlu dilakukan setiap orangtua agar konsep bermain bebas dapat bermanfaat dan tetap aman.

Mulai tip agar orangtua bisa memberikan keleluasaan dan rasa nyaman bagi anak ketika bermain, belajar memberi kepercayaan sekaligus tanggung jawab kepada anak ketika bermain, beri ruang untuk mereka menyelesaikan masalah sendiri, hingga cara agar orangtua tak selalu khawatir berlebihan ketika membiarkan anak mereka bermain dengan bebas.

Salah satu yang juga ditegaskan penulis ialah soal kemampuan orangtua untuk bersikap konsisten. Orangtua dengan pola asuh yang konsisten akan bisa lebih baik membentuk kepribadian anak yang tangguh.

Orangtua juga diajak agar bisa lebih baik dalam menerima serta menyelesaikan konflik dengan anak. Konflik dijabarkan penulis sebagai hal yang terkadang dibutuhkan demi membuat anak lebih mandiri, suportif, dan tak mudah menyerah. Ia menyayangkan sikap banyak orangtua modern yang enggan berkonflik dan menuruti kemauan anak dengan mudah.

'Sikap terlampau meladeni dan terlampau melindungi anak mungkin merupakan bentuk kasih sayang, tetapi tetap saja keliru sebab berbuat begitu takkan mengajarkan ketangguhan pada anak', halaman 52.

Pada halaman 78 hingga 107, penulis menjabarkan empat unsur yang akan terpenuhi ketika seorang anak memiliki waktu bermain dengan bebas yang cukup. Keempatnya ialah hygge (kebahagiaan), kesetaraan, hubungan, dan penopang.

Tak hanya menjelaskan maknanya, penulis memberikan rekomendasi tempat, kegiatan, hingga suasana bermain yang bisa diciptakan orangtua sebagai pemancing seorang anak mendapatkan keempat manfaat bermain bebas tersebut. Ia juga memberikan tip bagi orangtua yang ingin ikut bermain bersama ketika anak tengah bermain bebas.

Dengan begitu, kehadiran orangtua tak akan berperan sebagai pembatas, pengatur, atau pengarah, tetapi sebagai teman yang hadir untuk menambah kemeriahan dan keceriaan suasana bermain.

'Bermain dalam bentuk apa pun tidak boleh kaku dan mengekang, melainkan harus bebas dan spontan', halaman 97.

Berbagai hal lain untuk memaksimalkan sesi bermain anak juga dibagi penulis dalam buku ini. Salah satunya ialah tempat bermain.

Pada dasarnya bermain bebas akan lebih maksimal dilakukan di ruang terbuka. Namun, terkadang kondisi yang tak mendukung membuat orangtua hanya bisa mengajak anak bermain di rumah dengan area yang terbatas.

Penulis membagi tip untuk membuat suasana bermain di dalam rumah menjadi lebih menarik dan tak membosankan. Ia juga membagi tip agar orangtua bisa membuat anak nyaman bermain baik dengan ada atau tidaknya mainan sebagai pendukung aktivitas.

Pada bagian akhir buku, penulis juga membuat daftar hal yang secara umum harus dilakukan dan dihindari orangtua dalam mendukung aktivitas bermain anak. Dengan begitu setiap harinya sesi bermain akan bisa bermanfaat dengan maksimal bagi perkembangan fisik dan karakter anak.

Selain itu, untuk melengkapi rekomendasi bagi orangtua, penulis memberikan beberapa contoh permainan ala anak dan orangtua Denmark yang telah dilakukan secara turun-temurun. Baik yang biasa dilakukan siswa dan guru si sekolah, anak dan orangtua di rumah, hingga dengan sesama anak-anak di sekolah, rumah, dan permukiman warga Denmark.

Secara umum buku Play the Danish Way dapat menjadi pilihan orangtua dalam memperkaya wawasan dalam mendukung tumbuh kembang anak. Buku ini bisa menjadi bacaan ringan, tetapi tetap solid dalam menuntun orangtua membesarkan anak-anak yang berkarakter, tangguh, percaya diri, dan bertanggung jawab.

Saran, ide, dan pengalaman yang ditulis penulis berdasarkan kehidupannya dan warga Denmark secara umum dapat dengan mudah dipraktikkan dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari. (M-2)

BIO

Judul : Play the Danish Way

Penulis : Iben Dissing Sandahl

Penerbit : Penerbit Pustaka (PT Bentang Pustaka)

Cetakan Pertama (November 2020)

Cetakan kedua (Maret 2021)

ISBN : 978-602-291-757-1



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya