Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sisi Lain Bung Karno

Gas/M-2
26/6/2021 05:45
Sisi Lain Bung Karno
Cover Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku.(Dok. MI)

SOSOK Ir Soekarno ialah salah satu tokoh sentral dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Digadang sebagai founding father negara ini, sepak terjang dan pemikirannya banyak ditulis dan atau dipublikasikan lewat pelbagai medium. Amat banyak.

Meski begitu, cerita ‘orang dalam’, apalagi putranya sendiri, tentu punya keistimewaan.

Guntur Soekarnoputra tahu betul sisi sang ayah yang barangkali tidak banyak diketahui orang awam. Pengalamannya besar bersama Soekarno ia ungkapkan dalam buku berjudul Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku. Buku tersebut pertama kali ia terbitkan pada 1977, dan cetakan keduanya dirilis pada 2012. Bulan ini, bertepatan dengan peringatan 120 tahun Bung Karno, buku tersebut dihadirkan kembali.

Mas To, begitu Guntur akrab disapa, merilis cetakan ketiga buku tersebut secara daring, Minggu, (6/6). Ia menjelaskan bukunya ini merupakan kumpulan artikel yang pada masanya sengaja ditulis untuk terbitan mingguan bernama Simfoni.

“Harapannya agar dikenal atau dibaca oleh generasi muda Indonesia yang mungkin belum mengenal secara baik sosok dari Bung Karno, tetapi bukan hanya generasi muda, generasi tua juga bisa karena itu buku menyangkut banyak sisi humanis dari Bung Karno,” terang sulung Presiden Indonesia pertama tersebut.

Puti Guntur Soekarno, yang kala itu turut mendampingi Mas To, mengatakan Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku lahir dalam situasi politik Tanah Air yang tidak seperti sekarang. Mulai awal penulisan, percetakan, hingga pengedaran, semua dilakukan di tengah keterbatasan sehingga tidak semua kalangan bisa mendapatkan.

Baginya, buku ini dapat menjadi salah satu jembatan untuk menghapus kerinduan pada sosok Bung Karno. Puti kecil yang pada waktu itu masih berusia enam tahun i ngin mengenal sosok Eyang Karno lantas diminta sang ayah, Mas To untuk membaca buku tersebut.

“Ketika saya baca pertama kali, yang menarik, ternyata hubungan ayah dan anak sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang karakter seorang anak,” katanya.

Puti juga menjelaskan isi buku ini dapat menghapus sekat antara Bung Karno dan pembacanya. Berbeda dengan kebanyakan buku tentang Bung Karno yang banyak beredar di pasaran, buku ini kata Puti jauh lebih ringan. Oleh karena itu, ketika melahap isi buku ini pembaca tidak dituntut untuk memahami ide dan gagasan untuk mengenal Bung Karno lebih dekat.

Buku Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku, lanjut Puti, ditulis dengan cinta. Tidak hanya cinta seorang Mas To sebagai seorang anak kepada Bung Karno sebagai seorang ayah, tetapi juga bagaimana cinta kepada sesama.

“Contohnya artikel yang ditulis ayah untuk Bung Karno di hari Lebaran. Waktu itu Ayah bertanya, apa tidak capek harus bersalaman dengan banyak orang? Bung Karno menjawab, ya capek, tapi aku harus minta maaf kepada mereka lebih dahulu karena Bapak sebagai Presiden sebenarnya ialah mengabdi pada mereka,” terangnya.

Menurut Puti, kemanusian yang diajarkan Bung Karno sama persis seperti apa yang ia tuangkan ke dalam Pancasila, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Bung Karno di matanya, secara halus telah mengajari seorang anak untuk menghargai perbedaan.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP), juga mengaku memiliki kesan tersendiri dengan buku Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku. Bahkan, karya Mas To yang satu ini selalu menjadi temannya semasa ditahan di Mako Brimob.

BTP mengatakan Mas To sendiri yang memberikan buku tersebut. Ketika menjalani masa tahanan, ia menceritakan Mas To selalu mengun junginya di akhir pekan sambil membawakan bahan bacaan.

“Yang salah satu yang saya suka ya buku ini. Kalau ditanya mengapa? Tentu ceritanya menarik dan tiap cerita itu hanya dua atau tiga lembar. Jadi, kalau saya habis makan, istilahnya, dessert-nya itu, ya buku ini. Saya baca satu topik, lalu kalau saya galau, banyak baca buku, atau capek menulis surat, saya juga baca buku ini,” katanya.

Menurut BTP, setiap orang yang membaca Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku akan mengerti bagaimana cara sang Proklamator itu dalam mendidik anak. Selain itu, pembaca juga akan mengerti bagaimana kepiawaian seorang Bung Karno dalam menjalankan misi diplomatik di luar negeri.

“Suasananya seperti apa, hubung an dengan orang asing seperti apa, dan bagaimana hubungan para pemimpin negara. Saya sampaikan buku ini sangat baik. Saya kira generasi penerus kita juga harus baca buku ini,” pungkasnya. (Gas/M-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya