Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
MEMASAK dan autisme kini menjadi dunia Nanda Hamdala, 25. Muda pertama kali bertemu dengannya ketika memotivasi anak-anak SMPN 32 Jakarta di acara yang digelar Gerakan Nasional Orang Tua Asuh, Sabtu (2/4).
Muda menjumpai kembali Chef Nanda di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (7/4), untuk mencari tahu korelasi tentang masakan dan autisme serta menyerap semangatnya. Simak, ya!
Gimana ceritanya bisa jadi koki?
Dulu suka bantu ibu di dapur, beliau di keluarga terkenal suka masak. Awalnya dianggap mengganggu beliau, dari situ timbul keinginan belajar masak serius, ingin membuktikan saya serius bantu.
Yah, awalnya memang mau ambil teknik sipil, tapi gagal, jadi saya mengikuti passion saya ke masak dan kuliah di Jurusan Tata Boga Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Waktu kuliah sudah merintis jalan jadi koki?
Pada 2008, saat masih kuliah saya jadi pekerja paruh waktu di Hotel Shangri-La Jakarta sebagai main kitchen crew. Jadi kerjaan saya, mengupas bawang, kentang, intinya menyiapkan bahan untuk chef. Saya dapat banyak pelajaran, dari seorang chef yang sangat disiplin, ia berasal dari Prancis.
Awalnya dia tidak suka sama saya, sampai memberi julukan little monkey karena kerja saya berantakan. Seiring berjalannya waktu, chef ini mulai suka dengan pekerjaan saya. Ia juga suka berbicara sama saya karena bahasa Inggris saya fasih. Setelah tiga tahun bekerja paruh waktu, saya menjadi daily worker di pastry. Kemudian, saya pindah ke Ritz-Carlton Jakarta, waktu itu hal yang bisa saya jual ialah pengalaman di Shangri-La, kerja di sana kurang lebih satu tahun. Di Ritz, lebih banyak lagi ilmu yang saya dapat di pastry departement.
Sekarang ini lebih fokus jadi pendemo masak ya?
Akhirnya memang saya mulai merasa kerja sebagai chef itu menghabiskan waktu, pulang ke rumah dini hari. Saya berpikir, kalau saya lulus itu kan, sebagai sarjana tata boga UNJ, tugasnya membagikan ilmu.
Dosen pengampu saya tertarik karena ternyata dia itu pendemo masak. Akhirnya saya diajak ke acara-acara dia. Karena sudah mendapatkan pengalaman dari beliau, saya memberanikan diri mendaftar menjadi asisten koki celebrity chef Farah Quinn. Saya diterima tapi setelah beberapa hari saya keluar. Saya tidak bisa mengikuti padatnya jadwal beliau karena sedang sibuk menggarap skripsi.
Ceritakan dong soal temuan tepung bebas gluten khusus anak-anak?
Pada 2012, saya mulai membuat skripsi tentang tepung bebas gluten bagi anak penyandang autisme. Sejak 2010 saya sudah tertarik pada mereka setelah lihat videoklip Malaikat juga Tahu.
Dari situ saya berpikir, kenapa orang-orang tata boga membuat makanan-makanan hanya bagi orang normal?
Saya mau anak penyandang autisme itu bisa makan yang enak dan manis. Saya simpati melihat mereka makan gula sedikit saja bisa cekikikan tertawa tidak habis-habis sampai tidur. Istilahnya kayak orang kena narkoba. Makan satu buah bakwan saja, mereka harus menghilangkan efek glutennya itu perlu enam bulan.
Sejak kerja di Ritz saya sudah coba memadukan tepung tapioka, beras, dan maizena. Setelah skripsi saya masuk bab tiga, yang artinya formulanya sudah final dan tinggal tahap uji coba, saya bawa ke Rumah Autis Bekasi untuk uji coba.
Saya sering main ke Rumah Autis itu dari Senin sampai Rabu. Pendekatan dengan mereka menang agak susah, saya pernah dipukul, dicubit, dicakar. Namun, dari proses itu saya menemukan formula tepung bebas gluten. Nah sejak itu, saya mulai sering dicari media.
Bukankah tepung bebas gluten itu memang sudah dijual umum?
Kalau tepung terigu bebas gluten yang di pasaran itu selain mahal, kebanyakan khusus untuk pembuatan roti atau pancake, juga tidak tertera good for autism.
Solusi saya ciptakan tepung yang bisa beli digunakan ibu-ibu untuk anak autis dengan harga terjangkau dan mereka bisa membuat tepung itu sendiri. Memang tujuan saya itu bukan untuk menjual sebuah produk, melainkan saya mengajarkan formula.
Nantinya tepung ini bisa digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai macam makanan yang aman untuk anak autis, mulai roti, scone, hamburger, pancake, baru yang terakhir itu dorayaki. Nah saya terinspirasi untuk membuat dorayaki karena di Rumah Autis ada anak yang suka Doraemon. Dia bernyanyi lagu Doraemon dengan bahasa Jepang. Nah dari situ saya kepikiran untuk membuat dorayaki kacang merah dan ubi ungu.
Respons anak-anak penyandang autisme itu?
Mereka senang karena bisa memasakkan makanan manis bagi anak mereka. Bahkan sampai menangis, mereka mendoakan saya.
Katanya kamu sampai dapat penghargaan Pemuda Pelopor Bidang Pangan Kota Bekasi 2014, ya?
Saya mencoba mengikuti Pemuda Pelopor dengan modal skripsi saya. Mereka tahu saya tidak mematenkan formula ini. Media sosial saya gunakan untuk membagikan resep. Saya bahkan sering merayakan ulang tahun di Rumah Autis.
Setelah lulus, saya diajak untuk membina ekstrakurikuler Cooking Class di Rumah Autis Bekasi. Kurang lebih enam bulan mengajar, mulai memotong, menyerut, mengupas, menggoreng bikin adonan, dan biasanya hasil masakan dijual. Dari 12 anak yang saya ajar, empat benar-benar suka memasak. Cooking class ini juga melatih sensor motorik, selama 6 bulan tidak ada kecelakaan sama sekali baik itu teriris maupun atau apa pun itu. Intinya saya yakin pada mereka.
Kenapa kamu bisa dekat dengan mereka?
Saya juga menjadi sangat sayang sama mereka. Ketika melihat anak autis, saya juga sering flashback ke diri saya lagi bahwa saya harus sering tertawa, tersenyum, dan bersyukur untuk menghadapi dunia.
Di sini ada Akmal yang jago masak, pada umur 7 tahun pernah juara lomba masak yang jurinya adalah Sisca Soewitomo. Lucunya dia hanya bisa mengenali kalau rambut saya tidak di-mohawk! (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved