Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Bullshit Jobs: Kritik Graeber atas Pekerjaan Trendi

Bagus Pradana
19/12/2020 23:55
Bullshit Jobs: Kritik Graeber atas Pekerjaan Trendi
Diskusi buku David Graeber, Bullshit Jobs-A Theory.(RCCC UI)

September lalu, antropolog yang juga merupakan aktivis kenamaan Amerika, David Graeber, meninggal dunia pada usia 59 tahun akibat pendarahan dalam. Banyak sumbangan pengetahuan yang telah ia berikan pada pengembangan keilmuan antrologi modern, salah satunya adalah sebuah teori yang ia sebut bullshit jobs,  berisi tentang kritik atas pekerjaan-pekerjaan bergengsi yang dalam kenyataannya bahkan tidak memberikan manfaat terhadap perkembangan sosial di masyarakat.

Dalam rangka mengenang pokok-pokok pemikiran sang ilmuwan, Basic Income Lab di Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Indonesia pun menggelar diskusi daring bedah pemikiran Graeber (1961-2020) dalam buku 'Bullshit Jobs - A Theory' yang ia terbitkan pada tahun 2018.

Hadir sebagai pembahas dalam bedah buku tersebut ialah Dave Lumenta, antropolog yang juga merupakan musisi kawakan Indonesia punggawa band Cockpit. Dalam paparanya Dave menyebutkan jika pemikiran Graeber merupakan sebuah trobosan dalam keilmuan antropologi, melalui pendekatan antropologi yang cenderung interdisipliner Graeber berhasil mendekonstruksi value dari profesi (pekerjaan) modern yang kadang diidam-idamkan oleh masyarakat.

"Ketika dia menulis tentang Bullshit Jobs, dia berusaha agar apa yang ia tulis ini gampang diterima oleh orang awam yang membacanya," ujar Dave dalam diskusi bedah buku daring, Jumat sore (18/12) lalu. 

"Saya kira di Bullshit Jobs ini dia berangkat dari suatu kenyataan bahwa di dunia kontemporer hari ini orang-orang ketika kita ditanya soal pekerjaan, 'pekerjaan lu ngapain', pasti cenderung malu untuk menjawabnya. Perasaan malu ini muncul karena kita sadar bahwa apa yang kita kerjakan itu bukan pekerjaan yang punya nilai guna buat orang lain," imbuh Dave. 

Lebih lanjut Dave menjelaskan amatan Graeber terhadap pekerjaan-pekerjaan kontemporer, seperti konsultan, asesor, dan auditor, yang menurutnya adalah sebuah jenis pekerjaan yang jika ditiadakan tidak begitu berpengaruh terhadap stabilitas sosial masyarakat. Di sisi lain pekerjaan yang ia (Graeber) sebut Shit Jobs seperti tukang sampah, masinis, dan guru yang selama ini sering dikesampingkan, orang tidak sadar jika pekerjaan tersebut dihilangkan maka tatanan sosial pasti akan runtuh.

"Banyak orang yang bekerja tapi merasa bahwa apa yang ia kerjakan tidak berguna, pada titik ini Graeber melihat ada suatu krisis nilai bahwa orang tidak happy dengan pekerjaan yang dimilikinya. Ia juga melihat generasi kita hari ini sudah mulai kembali mencita-citakan pekerjaan itu yang bermanfaat bagi orang lain," papar Dave.

"Graeber juga melihat bahwa para pekerja hari ini terjebak dalam pola industrialisme, bahwa untuk menjadi manusia yang berbahagia, itu hanya bisa dicapai melalui proses konsumsi, hingga akhirnya mereka kehilangan kebahagiannya," sambungnya. 

Saat orang-orang mulai mempertanyakan value dari pekerjaan mereka, mengutip pernyataan Dave, "Saya kira merupakan saat yang tepat bagi kita untuk sebenarnya mencoba keluar dari siklus ini, untuk berani kembali untuk berpikir tentang masa depan secara radikal."

Serujuk dengan bacaan Dave Lumenta, Ekonom RCCC Universitas Indonesia, Sonny Mumbunan yang juga menjadi pemapar dalam acara bedah buku tersebut menambahkan sebuah analogi tentang teori Bullshit Jobs dari Graeber dengan kontekstualisasi pada masalah aktual yaitu Covid-19.

Menurutnya teori Graeber ini cukup relevan untuk membaca krisis sosial yang sempat terjadi di awal masa pandemi, ketika banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaannya dan tatanan sosial global mengalami perombakan besar-besaran.   

"Bila pembagian tipologi Shit Jobs dan Bullshit Jobs ini kita terima, maka ada sejumlah pekerjaan yang barangkali kalau dihilangkan tidak terlalu fundamental efeknya. Kita lihat di masa pandemi ini covid ini misalnya beberapa pekerjaan tidak bisa dilakukan dan hidup kita masih baik-baik saja. Tapi kita juga melihat pekerjaan seperti mengajar yang biasanya dilakukan oleh guru, ternyata kalau digantikan orang tua justru sulitnya minta ampun," ungkap Sonny.

"Kita melihat bagaimana nakes dan dokter yang menjadi garda terdepan selama masa pandemi ini berguguran, dan itu berdampak besar pada sistem kesehatan kita," pungkasnya. (M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya