Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
MASA liburan tidak selama menyenangkan. Ada banyak faktor yang justru bisa membuat masa liburan atau masa setelah kembali dari liburan menimbulkan kecemasa, stress, kesedihan, bahkan depresi.
Perasaan sendu terkait liburan itu disebut sebagai holiday blues. Pemicunya bisa beragam, termasuk liburan yang justru jadi tidak nyaman, kelelahan, atau stress dengan kondisi paskaliburan.
Di tahun pandemi ini holiday blues harus lebih diwaspadai. Sebabnya tentu saja karena situasi saat ini telah menimbulkan beban ekonomi dan sosial baru.
Kepala kesehatan Singapore Counseling Centre (SCC) John Lim, menyebabkan jika isolasi yang disebabkan oleh pandemi, telah menambah ketegangan pada kesehatan mental individu. “Ada juga volatilitas situasi yang mencegah orang membuat rencana dan berharap, karena takut akan kekecewaan. Implikasi pandemi terhadap perekonomian juga belum sepenuhnya terjadi, dan ini semakin meningkatkan tingkat kecemasan karena orang tidak dapat menantikan hal-hal yang akan kembali ke fungsi pra-pandemi dalam waktu dekat,” kata Lim dikutip dari Channel News Asia, Jumat, (18/12).
Dengan kehidupan kenormalan baru itu maka liburan yang sudah dirancang jauh hari mungkin tidak bisa terlaksana, atau tidak terlaksana sesuai rencana. Padahal, liburan sebenarnya semakin dibutuhkan di masa-masa sulit ini. Dari situ pula, masa liburan di akhir tahun ini justru bisa membuat anda makin tertekan karena segala yang direncanakan susah terwujud.
Untuk menghindari holiday blues, peneliti utama Singapore Institute for Clinical Sciences Dr Bobby Cheon, menyarankan untuk lebih melihat sisi positif. Anda perlu mempraktikkan lebih banyak rasa syukur atas apa yang miliki daripada hal yang terlewatkan.
“Orang mungkin tidak dapat pergi berlibur, berkumpul bersama keluarga besar, atau memiliki banyak hal menyenangkan seperti liburan sebelumnya. Tapi salah satu cara untuk menghadapi holiday blues yang mereka timbulkan adalah dengan lebih memperhatikan kebutuhan penting dalam hidup kita yang masih terpenuhi,” katanya.
Berikut beberapa tip menggabungkan rasa syukur di masa libur akhir tahun ini.
1. Tidak Perlu Tukar Kado Berlebihan
Tukar kado merupakan tradisi yang lekat dengan Natal. Namun jika kondisi keuangan sedang berat, anda harus berani untuk menurunkan budget. Tidak perlu merasa malu atau terkucil jika memang anda harus melewatkan acara tukar kado.
Sebaliknya, mungkin ada kasus ketika Anda tidak dapat menghindari pemberian hadiah. Dalam situasi seperti itu, menunjukkan rasa terima kasih tidak harus dilakukan melalui barang mewah atau makan mahal seperti tahun-tahun sebelumnya, kata Lim. Ini bisa berupa camilan buatan sendiri seperti brownies atau kue, atau bahkan kartu ucapan terima kasih buatan sendiri.
2. Sedih Itu Tidak Apa-Apa
Tidak apa-apa untuk tidak merasa merayakan libur panjang tahun ini. Mengakui kekecewaan Anda dan memberi diri Anda waktu dan ruang untuk berduka karena kehilangan pekerjaan, adalah langkah penting untuk melangkah maju, kata Lim.
“Luangkan waktu untuk menerima perasaan Anda terhadap apa yang terjadi, baik itu kemarahan, kekecewaan, atau frustrasi. Terlepas dari keputusasaan dan kenegatifan yang Anda rasakan, jangan mengisolasi diri Anda sendiri. Sebaliknya, carilah orang-orang tepercaya dalam hidup Anda dan lakukan percakapan yang menyentuh hati tentang apa yang Anda alami. Dukungan dan kenyamanan sosial dapat melakukan keajaiban dalam mengangkat semangat Anda, dan membantu Anda merasa lebih berharap tentang masa depan.”
3. Realistis Saja
Menurut direktur UCLA Longevity Center dan spesialis psikiatri geriatri Dr Gary Small, menjaga ekspektasi yang realistis dapat membantu mencegah kesedihan tahun ini.
“Ini bukan tentang makan malam Natal yang sempurna. Ini tentang berhubungan dengan orang yang Anda sayangi, dan Anda dapat melakukannya dengan konferensi video atau pertemuan kecil di luar ruangan.”
Meski konferensi video dengan kerabat tidak sama rasanya saat berkumpul secara langsung dengan keluarga besar, menghabiskan waktu bersama - bahkan secara virtual - penting untuk menghindari atau mengurangi masalah yang menyedihkan, kata Dr Small.
4. Beradaptasi dengan Rencana yang Urung
Anda mungkin punya rencana besar untuk tahun 2020. Menikah, kelahiran buah hati, pindah rumah, berganti pekerjaan, atau mendapatkan gelar Master. Tapi pandemi terjadi dan rencana Anda harus ditangguhkan atau dikompromikan. Sekarang Anda merasa seperti belum mencapai apa pun.
“Kita secara alami diprogram untuk terpaku pada hal-hal negatif yang terjadi karena banyak dari tujuan ini secara pribadi penting bagi kita,” kata Lim.
Namun, dia mengingatkan itu tidak membantu kesehatan mental kita. “Itu membuat kita tidak puas dengan hal-hal di luar kendali kita, menyebabkan kita merasa kurang kendali atas hidup dan situasi kita.”
Untuk mengelola perasaan Anda dan tetap positif, Lim merekomendasikan untuk mengubah pemikiran. Pikirkan tentang bagaimana Anda beradaptasi dengan situasi tersebut. Atau pertimbangkan opsi untuk terus mencapai tujuan tersebut di tahun mendatang.
5. Berbagi Cerita dengan Orang Tepercaya
Lim mengatakan, Anda dapat mengelola ketidakpastian ke depan dengan mengantisipasi perubahan dan membuat rencana darurat. Memiliki rencana di tempat, bahkan jika itu hanya persiapan mental, sangat membantu dalam membiarkan Anda menyesuaikan diri dengan keadaan normal yang baru, katanya.
Membangun jaringan dukungan sosial yang kuat juga membantu mengurangi rasa takut Anda terhadap ketidakpastian.
“Berbagi dengan teman atau anggota keluarga tepercaya sangat membantu dalam membuat kita merasa didukung dan tidak sendirian dalam apa yang kita alami,” kata Lim. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved