Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Diretas, 11 Institusi Kebudayaan Dalam Negeri

Abdullah Marzuqi
09/11/2020 22:41
Diretas, 11 Institusi Kebudayaan Dalam Negeri
Grup performans Edjaan Peralihan turut berpartisipasi dalam Festival Retas Budaya.(Goethe Institut )

Beragam koleksi data kultural terbuka milik 11 institusi GLAM (galeri, perpustakaan, arsip, museum) di Indonesia diretas.  Namun, tenang,  peretasnya adalah publik yang berpartisipasi dalam rangkaian program Retas Budaya. Data-data kultural tersebut kemudian diubah wujudnya secara kreatif menjadi gim, komposisi audio, desain katalog, serta cerita pendek.

Program Retas Budaya sebenarnya diawali tahun lalu dengan lokakarya, dan bertujuan utama membayangkan peran baru institusi GLAM di era digital. Di 2020, rangkaian Retas Budaya dimulai sejak Juni dan ditutup pada 6-8 November 2020 dengan penyelenggaraan Festival Retas Budaya.

Retas Budaya diluncurkan dengan kesadaran budaya sebagai milik bersama, bukan hanya milik para peneliti, akademisi, atau instansi pemerintah. Oleh karena itu, artefak kultural harus dapat dinikmati oleh publik tanpa kendala berarti dari segi finansial atau teknis.

“Festival Retas Budaya diselenggarakan sebagai langkah menuju GLAM Terbuka, agar warisan budaya dapat diakses secara daring. GLAM Terbuka merupakan gerakan global baru yang mempromosikan akses bebas dan terbuka kepada artefak kultural yang disimpan di institusi memori di seluruh dunia, termasuk untuk pemanfaatan ulang,"jelas Stefan Dreyer sebagai Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru dalam siaran pers tertulis (9/11).

Menurutnya, meskipun institusi GLAM sejak dahulu memainkan peran fundamental dalam memberi akses kepada pengetahuan dan budaya, GLAM Terbuka bermaksud untuk semakin memajukan akses tersebut dengan membuat koleksi masing-masing menjadi lebih mudah ditemukan dan terkoneksi dengan lebih baik melalui bantuan internet.

"Gerakan GLAM Terbuka mendorong institusi kultural untuk mempublikasikan koleksi mereka secara daring dan memberi izin kepada pengguna untuk berkontribusi, berpartisipasi, dan berbagi,”  kata dia. 

Retas Budaya merupakan sebuah program kolaboratif antara Goethe-Institut Indonesien, Direktorat Jenderal Kebudayaan RI, Wikimedia Indonesia, Asosiasi Game Indonesia (AGI), PT Elex Media Komputindo, dan LIPI yang menghubungkan institusi GLAM dengan pelaku industri kreatif dan pegiat teknologi. Program itu bertujuan membantu institusi kultural di Indonesia mencapai misi menuju GLAM Terbuka, yaitu membuat data kultural menjadi dapat diakses dengan bebas oleh siapapun untuk digunakan, dibagikan, dan dimodifikasi.

Pada program tersebut, lebih dari 2.500 artefak kultural telah dibuka 11 mitra institusi GLAM, yakni oleh Museum Uang Sumatera, Majalah Horison, Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Dirgantara Mandala, Perpustakaan Ajip Rosidi, Museum Bank Indonesia, Museum Pasifika, Indonesian Islamic Art Museum, Indonesian Heritage Museum, History of Java Museum, dan Indonesian Visual Art Archive.

Publik kemudian ditantang menambahkan interpretasi masing-masing mengenai artefak kultural bersangkutan dan melahirkan cara-cara baru penuh inspirasi untuk menikmati sebuah koleksi dan melekatkan makna baru. Partisipasi dibagi ke dalam 4 kategori kompetisi yang diselenggarakan sejak Oktober, yakni: Cerita dari Data, Gim dari Data, Kompilasi Desain Terbuka serta Sains Warga & Data Terbuka.

Seluruh pemenang dari setiap kategori kompetisi telah diumumkan pada Festival Retas Budaya yang berlangsung secara daring di YouTube Goethe-Institut Indonesien pada 6-8 November 2020.

Dalam Cerita dari Data, para peserta ditantang menulis cerita pendek yang diilhami oleh koleksi kultural terbuka. Adapun dalam rangka Gim dari Data diadakan Open Data Game Jam yang menantang para peserta membuat sebuah gim selama 3 hari 2 malam dengan data terbuka yang disajikan.

 Untuk Kompilasi Desain Terbuka, para desainer grafis diminta membuat sebuah katalog menggunakan koleksi gambar dan arsip yang telah dibuka. Dan terakhir, publik diundang membantu riset ilmiah dengan menyumbangkan dokumentasi data kultural mereka lewat kompetisi Sains Warga & Data Terbuka.

Di kategori Cerita dari Data, sekitar 111 cerpen telah lahir dengan memanfaatkan data kultural terbuka. Cerpen berjudul Pelontak oleh Sholihati Lathifa Sakina dinobatkan sebagai juara pertama. Pelontak diangkat berdasarkan penggalan sajak Penantian karya Subagio Sastrowardoyo di Majalah Horison tahun 1989. Pelontak kemudian ditransformasi sebagai sastra suara agar bisa dinikmati difabel netra.

Pada Gim dari Data, sebanyak 25 gim dari kategori mahasiswa dan umum telah dikembangkan berangkat dari data kultural terbuka. Di kategori umum, misalnya, “Good Artist Copy, Great Artist Steal“ karya tim SandBox yang terpilih sebagai juara umum, memanfaatkan koleksi data budaya dari Museum Pasifika. Gim itu menyajikan karakter seorang calon seniman yang datang ke Bali untuk belajar melukis. Pemain harus menduplikasi sejumlah koleksi lukisan di museum tersebut secara sempurna.

Grup performans Edjaan Peralihan turut berpartisipasi dalam Festival Retas Budaya dengan mengolah arsip Majalah Horison dari dekade 1960 sampai 1990-an dan mentransformasikannya menjadi pertunjukan musik. Permainan musik mereka terdiri dari beberapa komposisi yang dibentuk melalui kutipan-kutipan sajak, cerpen, dan catatan kebudayaan. (RO/M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik