Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SEJURUS dengan perkembangan arah fesyen global, industri fesyen Tanah Air juga semakin memperhatikan sisi keberlanjutan. Hal itu diterjemahkan lewat cara-cara produksi yang lebih ramah lingkungan, lebih adil dalam sisi ekonomi, dan juga ikut memajukan komunitas yang ada di masyarakat.
Konsep itu pula yang digaungkan di perhelatan fesyen yang menjadi bagian ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020 yang berlangsung 28–31 Oktober lalu di Jakarta. Diselenggarakan oleh Bank Indonesia, Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC), koleksi modest wear (busana santun) yang ditampilkan mengusung tema Sustainable fashion, sustainable lifestyle.
National Chairman Indonesian Fashion Chamber, Ali Charisma, dalam jumpa pers virtual, Rabu (28/10), menjelaskan jika tema itu dipilih untuk menggambarkan eratnya hubungan fesyen dan gaya hidup. Fesyen yang berkelanjutan atau juga kerap disebut sebagai fesyen etis semestinya mendukung gaya hidup yang juga berkelanjutan, begitu pula sebaliknya.
“Gaya hidup berkelanjutan mengacu pada tiga prinsip dasar sustainable, yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan. Modest fashion ISEF 2020 mengajak para partisipan, baik produsen maupun konsumen untuk semakin peduli dalam menjalani gaya hidup berkelanjutan dengan memperhatikan keberlangsungan kehidupan masyarakat, keselarasan lingkungan, dan kesejahteraan bersama,” papar Ali.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika fesyen estis dan berkelanjutan semestinya memperhatikan seluruh rantai pasokan dan siklus garmen. Dengan begitu, mulai sumber bahan baku, proses produksi, sistem kerja, kesejahteraan tenaga kerja, dan pengelolaan limbah lingkungan, harus seluruhnya dijaga agar ramah lingkungan dan adil secara ekonomi dan sosial.
Di Indonesia, menurutnya, salah satu bentuk fesyen etis sebenarnya sudah lama dipraktikkan para perajin kain Nusantara, yakni dengan penggunaan pewarna alam. Kearifan lokal ini dapat dioptimalkan untuk mengembangkan fesyen etis khas Indonesia yang potensial untuk menarik perhatian pasar global.
Syar’i hingga edgy
Pada ISEF 2020, ada 164 desainer dan jenama fesyen lokal yang ambil bagian. Mereka mengimplementasikan tema keberlanjutan dengan penggunaan bahan baku lokal dan alami.
Tidak hanya itu, koleksi yang ditampilkan juga mengaplikasikan prediksi tren 2021/2022 yang oleh ISEF 2020 ini dan IFC dikemas dengan tajuk khusus, The New Beginning. Prediksi tren yang dikeluarkan IFC ini dikatakan berdasarkan perubahan pola hidup dalam menghadapi era baru, termasuk pandemi.
Sejak hari pertama sampai hari terakhir perhelatan fesyen yang dilakukan secara virtual itu, terlihat garis dan konsep busana yang dihadirkan sangat beragam. Baik syar’i, formal, kasual, etnik kontemporer, hingga urban, dan edgy look.
Salah satu perancang yang menampilkan sentuhan lokal pada peragaan busana ISEF 2020 ialah Itang Yunasz. Desainer senior ini menghadirkan modifikasi batik khas Jambi dalam koleksi yang bertema, Melting pot tersebut.
Itang yang telah cukup lama fokus ke busana muslim menghadirkan 6 koleksi busana dengan siluet oversized. Model yang dihadirkan berupa tunik dan celana dengan detail kerut di beberapa bagian dan tangan yang melebar dan mengerut di bagian ujung lengan.
“Batik Jambi ini saya lihat mirip dengan bentuk patola dari India yang dicetak di atas kain katun, yang memiliki keragaman motif di dalamnya,” kata Itang Yunasz.
Warna merah bata dan hitam mendominasi busana yang hadir dari percampuran etnik dan bohemian tersebut. “Seperti sebuah peribahasa yang mengatakan asam di gunung garam dilaut bertemu menjadi satu dalam sebuah belanga,” tambahnya.
Perancang lain yang juga menghadirkan wastra lokal pada ISEF 2020 ialah Deden Siswanto. Deden memilih kain lagosi dari Sulawesi Selatan sebagai satu-satunya bahan bagi karya busananya di ISEF 2020. Ia tidak mengombinasikannya dengan bahan daerah lain.
Berbeda dari karya-karya sebelumnya yang didominasi warna kontras dengan dasar gelap, kali ini Deden menampilkan palet warna lembut. “Saya mengangkat warna-warna lembut, seperti soft pink atau biru langit. Ini pertama kalinya dan ini di luar kebiasaan saya,” ujarnya soal koleksi bernama Seeing the Light itu.
Dalam siluet, Deden juga memilih oversized untuk seluruh koleksinya. Busana yang ditampilkan didominasi luaran atau jaket yang dibuat menggunakan teknik quilting, yakni penggabungan kain perca. “Saya terinspirasi pakaian-pakaian outdoor. Konsepnya
adalah pandemic urban style, yang bisa dipakai untuk outdoor. Cuaca dingin juga akan nyaman dipakainya,” ujar Deden.
Deden mengaku berupaya untuk mengoptimalkan kain lagosi yang ia miliki untuk membuat keenam busananya. Ia tak ingin menghasilkan sampah kain dalam proses produksi busananya. Karena itu, ia memilih konsep quilting dan tidak mencari tambahan bahan lain selain kain lagosi. “Ini menjadi sebuah tantangan bagi saya untuk memberikan itu semua,” tukasnya.
Perancang lain yang juga turut meramaikan ISEF 2020 ialah Anggia. Lewat brand Anggia Handmade, ia menampilkan koleksi bernuansa klasik dan elegan.
Anggia menampilkan padu padan inner dan outer dress bermotif geometris. Ia menjelaskan jika motif itu menjadi penggambaran akan kehidupan yang tak mudah ditebak.
Dalam busana yang menampilkan dominasi warna pastel tersebut, Anggia memanfaatkan bahan organza, tulle, dan serat alami motif batik Cirebon. Sebelumnya, pada panggung Virtual Fashion Show untuk Mercedes Fashion Week Russia yang juga merupakan rangkaian ISEF 2020, Anggia menampilkan koleksi bertema Equilibrium dengan konsep daur ulang.
Denim garmen yang cacat, serta stok berlebih dari industri lokal dijadikan sebagai bahan utama. Ia kemudian mengombinasikannya dengan tekstil yang ramah lingkungan, seperti katun bambu dan tenun tradisional dengan detail berupa penggabungan pola simetris-asimetris, teknik efek unfinished, perca, dan pencucian ala bahan denim. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved