Minggu 01 November 2020, 01:40 WIB

Cara Lain Menikmati Karya Affandi

Abdillah Marzuqi | Weekend
Cara Lain Menikmati Karya Affandi

MI/Abdillah Marzuqi

 

AFFANDI adalah perupa terbesar yang dimiliki bangsa ini. Karyanya mungkin telah berhenti seiring berakhirnya usia. Namun, dengan bantuan teknologi, ia tetap bisa dinikmati sepanjang masa. Bertempat di Galeri Nasional, pengunjung dapat menikmati karya sang maestro sepanjang 27 Oktober-25 November 2020. Bertajuk Pameran Imersif Affandi; Alam, Ruang, Manusia, kegiatan ini merupakan rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional 2020 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selewat dari pintu masuk, pengunjung akan disambut dengan ruang besar penuh gambar. Ada 15 proyektor yang ditempatkan di langit-langit ruang pamer. Hasilnya, seluruh ruang seolah menjadi layar yang mengunakan kesan berbeda.

Tajuk imersif mengisyaratkan adanya efek yang sengaja diciptakan untuk mengaburkan batasan antara dunia nyata dan dunia digital ataupun dunia simulasi. Terang saja, dinding dan lantai seolah digambar oleh Affandi.

Kesannya akan sangat berbeda ketika menikmati lukisannya langsung. Jika pada lukisan langsung, berawal dari mata lalu dibawa masuk ke dunia yang ada dalam lukisan. Metode imersif berkata lain, tak hanya mata, indra lain juga diseret masuk dimensi lain. Proses kognisi sangat intim akan berlanjut pada kesadaran dalam. Yang jelas, ada kesan, sensasi, dan pengalaman berbeda ketika menikmati lukisan nyata dan ruang imersif.

“Pameran ini menampilkan sepilihan karya Affandi dalam sajian proyeksi gambar bergerak (video mapping projection) dengan iringan musik dan suara yang menyuguhkan pengalaman imersif pengunjung dalam ‘memasuki’ dunia lukisan Affandi,” ungkap kurator pameran, Bayu Genia Krishbie.

Pameran ini menampilkan pilihan 98 lukisan karya Affandi. Turut pula ditampilkan 15 lukisan Affandi koleksi GNI yang merepresentasikan perjalanan artistiknya dari periode 1940-an sampai 1970-an. Selain itu, disajikan lini masa perjalanan hidup sang pelukis dari lahir hingga akhir hayatnya, terutama terkait peristiwa dan pencapaian penting yang merekam perjalanan keseniannya.

Beberapa karya lukisan yang dipamerkan antara lain Pemakaman Raja Inggris (1952), Pengemis (1974), Pohon dan Andong (1975), Perahu-Perahu (1955), Bunga Matahari I (1974), dan Bunga Matahari II (1975).

Ada yang menarik saat mengikuti perjalanan hidup Affandi yang disajikan di bagian belakang gedung pamer. Sebagai gambaran, nama kecilnya ialah Boerhanoedin Affandi Koesoema, lahir di Jatitujuh, Jawa Barat. Tanggal kelahirannya tidak diketahui, tetapi Affandi secara berseloroh memilih 1 Mei sebagai tanggal kelahirannya karena bertepatan dengan Hari Buruh.

Sejak kecil, Affandi sering diajak paman dan kakaknya untuk menonton pertunjukan wayang golek atau wayang kulit. Pada usia tujuh tahun, ia mampu menggambar 100 karakter wayang hanya dengan mengandalkan ingatannya. Affandi mengidolakan tokoh wayang Sukrasana, raksasa kerdil putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan permaisuri Dewi Darini. Menurut Affandi, Sukrasana berwajah jelek seperti dirinya, tapi hatinya baik.


Tiga tema besar

Bayu mengungkap karya-karya Pameran Imersif Affandi dirangkai dalam tiga kerangka tema besar. Kerangka tema tersebut dimaksudkan untuk menguatkan peran Affandi sebagai sosok pembaru seni lukis Indonesia yang juga turut berperan dalam dinamika kebudayaan nasional. 

“Pertama, tentang alam, menampilkan observasi Affandi pada objek-objek di alam seperti flora, fauna, dan lanskap. Kedua, tentang ruang, menyajikan karyakarya Affandi yang merekam tangkapan visual suasana di ruang publik, ruang privat, dan objek-objek arsitektural. Ketiga, tentang manusia, menyuguhkan karya-karya potret, aktivi tas manusia, dan keberpihakan Affandi pada kemanusiaan,” paparnya.

Dalam pameran itu, Affandi seolah hadir lalu memberikan sentuhannya pada bidang pamer. Tentu dengan secara tidak langsung. Cara imersif digunakan untuk menghadirkan kembali karya Affandi. Bagi pengagumnya, ini adalah cara baru menyelami kekaryaan Affandi. Penikmat seni akan bisa merasakan suasana yang mirip dengan dunia nyata. Untuk memperkuat pengalaman batin, ada sentuhan musik pengiring. Yang paling jelas dan membekas ialah lagu Badai Pasti Berlalu.

Affandi dikenal dengan teknik melukisnya yang unik, yaitu plototan atau menuangkan langsung cat minyak dari tube ke atas kanvas dan membentuknya dengan jari-jari tangan.Ia menyatukan dirinya dengan kanvas dan objek lukisan, kemudian meluapkan emosinya dalam suatu periode melukis spontan yang cepat.

Sejumlah kritikus seni rupa di Eropa memberikan komentar positif pada gaya melukis Affandi ini, bahkan menyebutnya sebagai  kspresionisme baru. Namun, jauh sebelum menemukan gaya personalnya, Affandi telah menguasai dengan baik teknik melukis naturalisrealistik dan impresionisme yang dipelajarinya secara autodidak. 

Mengenai sebutan sebagai ekspresionisme baru, ada kutipan Affandi yang ditulis besar-besar di ruang depan pameran.

“Beberapa kritikus Barat menyebut lukisan-lukisan saya sebagai suatu jalan baru dalam ekspresionisme. Tapi bagi saya, aliran saya adalah humanisme. Artinya saya melukis berdasarkan perikemanusiaan.” (M-4)

 

Baca Juga

Dok: Pribadi

Arty Group ikut Melestarikan Camilan Tradisional

👤Adiyanto 🕔Senin 02 Oktober 2023, 13:05 WIB
Tidak hanya keragaman suku dan budaya, Indonesia juga kaya akan makanan tradisional yang patut...
MI/Devi Harahap

Kolaborasi jadi Kunci Pengembangan Industri Kreatif

👤Devi Harahap 🕔Senin 02 Oktober 2023, 08:33 WIB
Kolaborasi menjadi unsur paling penting dalam memajukan sineas...
MI/Fathurrozak

Cerita Sukses Animasi Vernalta Punya Massa di Medsos

👤Ftahurrozak 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 06:01 WIB
outube menjadi medium media sosial pertama Vernando membagikan video animasi...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya