Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Minggu ini, para pengamat bintang dapat melihat hingga 25 bintang jatuh setiap jamnya melintasi langit malam saat Hujan Meteor Orionid dimulai.
Hujan Meteor Orionid ini adalah fenomena antariksa tahunan yang dapat disaksikan setiap bulan Oktober hingga 7 November, tapi puncak dari fenomena hujan meteor ini diperkirakan terjadi pada hari Rabu (21/10) menjelang tengah malam.
Peristiwa kosmik ini terjadi ketika Bumi melewati orbit dari Komet Halley yang meninggalkan puing-puing kosmik dari ekornya, yang disebut pancuran Orionid.
Ekor Komet Halley melepaskan puing-puing es dan batu-batu kecil ke luar angkasa, saat Bumi melewati puing-puing yang berserakan tersebut, partikel-partikel itu jatuh tertarik gravitasi Bumi.
Para astronom mencatat bahwa puing-puing kosmik yang jatuh ke Bumi ini dapat bergerak dengan kecepatan 238.000 kilometer per jam di atmosfer, dan akan meninggalkan jejak gas di atas langit yang dapat bertahan selama beberapa detik.
Dilansir dari dailymail.co.uk (19/10) NASA mengungkapkan bahwa Hujan Meteor Orionid ini merupakan salah satu hujan meteor terindah di tahun ini, yang dapat disaksikan di belahan bumi Utara maupun Selatan setelah tengah malam.
Para astronom NASA merekomendasikan kepada para pengamat bintang untuk mencari area langit yang gelap dan jauh dari lampu untuk menyaksikan fenomena yang terjadi sekali setahun ini.
Ini adalah tahun yang baik untuk menyaksikan bintang jatuh, bertepatan dengan fase Bulan Sabit, yang berarti bulan akan terbenam sebelum tengah malam dan meninggalkan langit yang gelap.
Bulan ini, kita juga dapat menyaksikan fenomena 'Blue Moon' langka yang akan terlihat di semua zona waktu. Blue Moon ini akan muncul pada purnama kedua yang terjadi minggu terakhir Oktober ini (31/10) dan dapat disaksikan di seluruh belahan dunia, untuk pertama kalinya semenjak Perang Dunia II.
Yang membuat fenomena ini semakin langka adalah karena tampilan kosmik terjadi tujuh kali setiap 19 tahun, yang berarti dunia tidak akan melihat yang berikutnya pada 31 Oktober hingga 2039. (DailyMail/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved