Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
JOHN Waromi ialah anak suku Ambai yang lahir pada 1960 di Jayapura. Ia sempat belajar hukum di Universitas Cenderawasih. John pindah ke Jakarta pada 1986 dan bergabung dengan Bengkel Teater Rendra. John berlatih spiritualitas dan kepenyairan dari Rendra selain berteater sembari melatih diri dalam bela diri Bangau Putih. Proses terus berjalan, sampai pada 2001, proses kreatifnya sempat mandek. Saat itu, John melakukan tugas peliputan investigasi terhadap peristiwa pembunuhan di tanah Papua pada 2001. Ia kena musibah. Ia sempat dihajar satu truk patroli. Akibatnya, ia mengalami hilang ingatan. Ia menghilang sekian lama. “Saya tak tahu lagi harus berbuat apa,” tegas John saat Bedah Buku Anggadi Tupa Menuai Badai. Cerita berlanjut. Beberapa tahun, John mandek dari proses kreatifnya. Sampai ada seorang teman yang menghubungi dan bertanya kabar tentang dirinya. Sitok Srengenge bertanya apakah John masih menulis. John saat itu masih punya beberapa
tulisan yang dibuatnya saat masih berproses di Bengkel Teater Rendra. Karena terdo rong oleh itu, ia pun mengirim beberapa tulisan. Ter nyata salah satu tulisan mengantarkan John mengikuti Ubud Writers Festival 2006. “Saya merasa seperti ditarik keluar dari gua batu. Semangat hidup kembali,” kenang John.
Bintang kejora tampak tak ke mana. Pada 2014, mantan Gubernur DKI Fauzi Bowo datang ke Papua untuk menemui John. Fauzi Bowo mengundang John untuk terlibat dalam Frankfurt Book Fair 2015. Saat itu 17 ribu pulau imajinasi menjadi tema besar yang bakal diangkat ke Frankfurt Book Fair. Kebetulan novel Anggadi Tupa Menuai Badai telah selesai ditulis John. Jadilah John berturut pada Frankfurt Book Fair 2015. Sebagai seorang aktor, ia tampil di seluruh Indonesia serta tur ke New York, Jepang, dan Korea. John juga pernah mengikuti undangan ke Balinale International Film Festival, di Bali, dan Wordstorm Festival, Northern Territory, Darwin, Australia (2008). Dia sekarang tinggal dan menulis di rumahnya. Salah satu sastrawan Papua itu menga takan menulis dalam sastra belum diminati anak muda Papua sekarang. Padahal, mereka harus melawan perubahan zaman ini dengan menulis. Menurutnya, tidak menulis itu sama dengan sedang mengubur sejarah dan cerita orang Papua sendiri. Buku Sulur-Sulur Sali ialah kumpulan puisinya yang merupakan hasil kontemplasi kehidupannya saat di Jayapura. Kebanyakan puisi John Waromi belum dipublikasikan. Seusai diskusi OPMI, ia membacakan puisi yang diambil dalam buku puisi nya berjudul Sulur-Sulur Sali. Kumpulan puisi yang ke mana pun ia pergi selalu dibawanya. Paparan akan ketidakadilan yang disaksikan sepanjang hidupnya di Papua memberikan kekuatan magis dalam puisi-puisinya. (Abdillah M Marzuqi/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved