Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
KERTAS berukuran A4 dengan gambar bulatan tulisan Arab yang khas itu tertempel di ujung depan gerobak milik Sutris. Jumat (4/3) itu, Sustris sedang sibuk di balik gerobaknya, memasak nasi goreng dan mi ayam.
Sudah 20 tahun Sutris melakoni profesi sebagai penjual makanan kaki lima. Namun, baru Desember lalu ia melampirkan sertifikat halal untuk dagangannya. “Dari dulu sudah tahu informasi sertifikasi halal, tetapi enggak terlalu peduli. Nah sekarang kok sepertinya tren ini meningkat dan saya ingin pembeli lebih yakin lagi kalau makanan ini halal dan sehat,” ujar Sutris yang hari itu berjualan di area jajan di acara Islamic Book Fair di Senayan, Jakarta.
Meski mengaku terpengaruh tren, Sutris menampik sertifikasi halal itu semata demi melariskan dagangan. Justru ia ingin pembelinya dapat makan dengan tenang dan yakin. Soal peningkatan omzet, menurutnya belum ada perubahan berarti.
Jika Sutris terdorong oleh sikap masyarakat yang lebih peka terhadap produk halal, pemilik produk makanan kucing Powercat terdorong kekhawatiran. Sebagai pecinta kucing, ia ingin sepenuhnya merasa nyaman jika menyimpan makanan kucing ataupun melakukan kontak dengan peliharaannya itu.
Marketing Communication PT Powerpets Food Indonesia, Tono Dzaky, menuturkan sang pemilik kemudian melakukan riset selama dua tahun untuk menemukan formula makanan kucing yang halal. Lokasi pabrik dibuat tidak jauh dari lokasi pengambilan ikan dan kemasan dibuat sesuai dengan kaidah halal. Sertifikat halal pun diambil sebelum produk mulai dipasarkan.
“Sekitar 2-3 tahun lalu, 100% produksi kami ekspor ke Malaysia dan baru satu tahun lalu jual di pasar Indonesia. Sambutannya luar biasa. Tiga bulan setelah diedarkan, stok produk selalu habis, tidak pernah tersimpan dalam hitungan bulan,” ujar Tono soal produk yang telah dijual di 400 ratus toko di pulau Jawa itu.
Beberapa waktu lalu ketika polemik produk kerudung yang mengklaim halal mencuat, Powercat ikut diterpa kritik. Banyak yang menilai sertifikat halalnya berlebihan dan hanya sebagai strategi pemasaran.
Tono mengungkapkan, pihaknya memilih mencoba memahami. Pihaknya yakin dengan posisinya dalam menghadirkan produk yang memberi rasa aman dan keyakinan kepada konsumen.
Tidak mempersempit pasar
Berkah dari label halal juga terasa di sektor jasa. Sofyan Hotel yang telah disertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengaku mendapat kenaikan permintaan.
“Data kenaikan permintaan layanan pada Hotel Sofyan hingga 20% per tahun dan kenaikan aset mencapai 50% per tahun sejak disertifikasi MUI menjadi hotel halal,” jelas Hasya Amana Riyanto, Director of Business Development Sofyan Hotel.
Inisiatif menjadikan hotel halal dikatakannya bukan untuk meraup pasar. Pertimbangan utama ialah demi menyediakan penginapan dengan harga terjangkau yang nyaman. Pada 1998, hotel itu pun mulai menutup bar penjaja alkohol.
“Bukan hanya muslim, bahkan banyak biarawati dan pelajar-pelajar dari negara lain yang menginap. Karena nyaman, enggak bising,” tukas Hasya yang mendata asetnya kini sudah mencapai 19 hotel.
Selain tidak menyediakan alkohol, hotel itu juga mengutamakan kemudahan beribadah, kemudahan bersuci, dan dapur halal serta bersih.
Dengan segala keutamaan itu, Sofyan Hotel pun mengantongi sertifikat hilal 2. Dalam kategori hotel halal, juga terdapat satu level lainnya, yakni hilal 1 jika hotel itu menerapkan standar dapur halal, kemudahan bersuci, dan beribadah, tetapi masih menjual alkohol.
Terkait dengan kebijakan pemilihan tamu, Hasya mengaku pihaknya menerapkan kebijakan hubungan keluarga bagi tamu yang berbeda gender. Pemilahan itu tidak harus didasari bukti surat menikah. Hasya menuturkan para karyawan telah terlatih untuk mengenali berdasarkan gestur atau perilaku klien.
“Kami menyebutnya tamu kasual (tamu yang bukan pasangan sah), dan dalam satu tahun kami bisa menolak hingga kisaran 360 orang. Perlu sosialisasi kembali terkait hotel halal ini karena enggak mendiskriminasi kok. Karena itu, kami lebih nyaman dengan sebutan halal daripada syariah, kesannya terlalu agamais dan ekstrem,” pungkasnya.
Pelabuhan halal
Perkembangan produk halal di sektor jasa Indonesia nyatanya sudah begitu berkembang dengan adanya rencana pendirian pelabuhan halal. Seperti dilansir di laman resmi perusahaan, PT Multi Terminal Indonesia (MTI) tengah menginisiasi pembentukan layanan itu. Kepemilikan pelabuhan halal menurut mereka didasari strategi bisnis dan dalam rangka menghadapi pasar pangan halal dengan target yang luas.
Pihak PT MTI dan Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-Obatan (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menandatangani nota kesepahaman untuk mengawal implementasi halal port di Tanjung Priok. Pada tahap awal, PT MTI menyiapkan lahan 6 hektare untuk dijadikan pelabuhan halal. PT MTI sendiri memiliki tiga unit bisnis, yaitu terminal peti kemas, terminal multipurpose, dan logistik. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved