Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
AWAL tahun ini, film dokumenter Semesta telah resmi tayang di bioskop Indonesia meski tak serentak. Film dokumenter besutan Nicholas Saputra dan Amanda (Mandy)
Marahimin ini mengisahkan tentang tujuh sosok dari tujuh provinsi berbeda yang bergerak merawat alam dengan cara dan pemahaman masing-masing.
Selaku produser, Nicholas menjelaskan misi utama fi lm dokumenter produksinya itu ditujukan untuk mengangkat sudut pandang yang jarang mendapatkan porsi pembahasan dalam narasi besar tentang perubahan iklim yang kini sedang menjadi perhatian dunia.
"Kami ingin mengangkat beberapa sudut pandang yang menurut kami masih jarang diperlihatkan dalam fi lm dokumenter tentang lingkungan hidup, yaitu sudut pandang agama, kepercayaan, dan kebudayaan.
Beberapa hal tersebut adalah hal yang sangat dekat dengan orang Indonesia. Kalau kami bikin sesuatu yang dekat dan personal, mungkin itu bisa menggerakkan orang agar
lebih sadar lingkungan," ungkap aktor yang memiliki perhatian terhadap isu tentang lingkungan hidup ini dalam talkshow inspiratif Kick Andy, Minggu (26/7).
Untuk mengomunikasikan pesan kebaikan yang menjadi landasan fi lm Semesta dan memberikan gambaran tentang keberagaman Indonesia, Nicho dan Mandy pun sepakat menggandeng tujuh tokoh dengan latar belakang berbeda untuk membagikan pengalaman mereka bergumul dengan alam dan memperoleh manfaat darinya.
Ketujuh tokoh yang terlibat dalam penggarapan fi lm dokumenter Semesta tersebut ialah Tjokorda Raka Kerthyasa, Agustinus Pius Inam, Romo Marselus Hasan, Almina Kacili, Muhammad Yusuf, Iskandar Waworuntu, dan Soraya Cassandra.
"Kita memutuskan untuk memilih tujuh tokoh tersebut karena kita ingin memberikan gambaran tentang Indonesia yang mudah-mudahan bisa diwakilkan. Jadi, kita pilih dari paling barat Aceh, paling timur Papua, ada Kalimantan, ada Indonesia tengah, dan lain-lain. Itu pun juga merepresentasikan berbagai macam agama yang ada di Indonesia," sahut Mandy yang juga pernah bekerja sama dengan Nicho dalam fi lm Ada Apa dengan Cinta 2 (2016) ini.
Dalam acara Kick Andy itu, Soraya Cassandra, pegiat urban farming yang juga menjadi salah satu tokoh dalam fi lm Semesta, ikut hadir. Dalam film dokumenter tersebut, Sandra hadir dengan sebuah impian, yakni ingin menghadirkan alam ke kota.
"Kami merasa kehidupan di kota itu terputus dari alam, hilangnya keterhubungan itulah yang membuat kita tidak bisa berdaya untuk merawat alam secara nyata. Dengan berkebun, kami ingin menghadirkan alam dalam ranah keseharian sebagai rutinitas yang bermakna. Bagi kami, berkebun adalah pintu masuk untuk kembali berguru pada alam," ungkap Sandra, pendiri komunitas urban farming Kebun Kumara.
Belakang layar
Dalam penggarapan film dokumenter itu, Nicho yang biasa tampil di depan layar ternyata cukup piawai mengurus berbagai tetek bengek urusan di belakang layar. Ia sendiri bahkan yang meriset langsung tempat-tempat yang akan menjadi lokasi pengambilan gambar untuk fi lm garapannya itu.
"Saya ikut riset dan syuting, ada satu lokasi yang syutingnya saya enggak ikut karena ada kegiatan lain, tapi untuk risetnya, saya ikut mencari tempatnya sebelum akhirnya jadi seperti ini. Kami melakukan riset yang cukup panjang," lanjut pemeran tokoh Rangga dalam Ada Apa dengan Cinta (2001) itu.
Bagi Nicho, membuat fi lm dokumenter merupakan sebuah dunia yang baru. Meski proses pengambilan gambarnya tanpa menggunakan skrip, mereka harus benar benar lihai memanfaatkan momen tak terduga yang muncul selama proses syuting untuk mengejawantahkan pesan yang ingin disampaikan.
"Itu yang menjadikan dokumenter bisa dinamis karena enggak ada yang bisa direncanakan. Tapi kita harus punya strategi agar peristiwa yang kita temui bisa direkam sebaik mungkin," ungkap Nicho.
Baik Nicho maupun Mandy, mereka sepakat memaknai film sebagai sebuah alat untuk menyuarakan kebaikan, begitu juga dengan film Semesta yang mereka produksi. Bagi Mandy, fi lm ini tak hanya mentransfer informasi kepada pemirsanya, tetapi juga mengajak mereka menyelami emosi yang mengilhami tiap tokoh dalam film yang memberikan sumbangsihnya untuk lingkungan.
Sebelumnya, fi lm tersebut juga berhasil masuk sebagai nominasi dalam kategori film dokumenter panjang terbaik pada Festival Film Indonesia 2018 dan sempat masuk ke lis film yang terseleksi untuk diputar di perhelatan Suncine International Environmental Film Festival (SIEFF) yang berlangsung di Barcelona, Spanyol, pada 6-14 November tahun lalu. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved