Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Cerita Senja yang Tiada Habisnya

MI
06/3/2016 14:55
Cerita Senja yang Tiada Habisnya
(Dok. Galeri Indonesia Kaya)

SETELAH seperempat abad sejak pertama kali diterbitkan, Sepotong Senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma kembali diterbitkan. Di dalamnya, terdapat 16 tulisan dengan satu benang merah yang sama, yakni senja. Tak hanya Trilogi Alina, ada tulisan lain yang diterbitkan ulang, termasuk Jezebel yang pernah dimuat Media Indonesia pada 10 Oktober 1999.

Cerita pertama, Sepotong Senja untuk Pacarku (1991), berkisah tentang bagaimana seseorang bernama Sukab memotong pemandangan senja untuk dikirimkan kepada Alina yang dianggapnya sebagai kekasih. Langit pun berlubang dan kegemparan terjadi akibat hilangnya senja itu. Sukab memasukkan senja itu ke amplop dan mengirimkannya kepada Alina yang tinggal di ujung dunia.

Ternyata kiriman itu baru diterima Alina 10 tahun kemudian dengan segala dampak yang dimungkinkan ketika amplop itu terbuka, sebagaimana tertuang dalam cerita kedua berjudul Jawaban Alina (2001).

Itulah surat Alina tentang segenap peristiwa yang dialaminya kepada Sukab yang mengirimkan senja itu kepadanya. Jangan berharap surat itu dibalas dengan segenap cinta kasih yang sama.

Cerita ketiga, Tukang Pos dalam Amplop (2001), berkisah tentang tukang pos yang mengantar surat itu. Karena penasaran dengan cahaya senja dari dalam amplop, ia lantas tergoda mengintip dan membukanya. Dia terperosok ke amplop.

Buku itu menghadirkan berbagai cara memandang senja, bukan hanya soal keindahan, melainkan juga konstruksi pikiran yang menyertainya, bahkan konsepsi-konsepsi abstrak.

Jelaslah senja yang sama bisa dipandang dengan cara berbeda. Sebagian malah bisa menganggap senja tak cukup menarik untuk dinikmati.

Buku Seno Gumira itu diluncurkan dalam rangkaian agenda seni kesusastraan Indonesia di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Ja karta, Sabtu (13/2). Trilogi Alina yang dibacakan Abimana Aryasatya, Butet Kartaredjasa, dan Dian Sastrowardoyo menjadikannya hidup, memancing rasa sendu, dan gelak tawa. Penampilan mereka diselangi alunan musik yang dibawakan Boris P Simanjuntak dan Eugene Bounty.

Sudahkah Anda melihat senja hari ini? Nikmatilah senja karena kita tak pernah tahu kapan senja terakhir bagi kita akan tiba? (Hera Khaerani/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya