Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
BEBERAPA waktu lalu, The Hollywood Reporter melaporkan Netflix akan memproduksi film yang diadaptasi dari novel Dial A for Aunties. Novel tersebut ditulis oleh Jesse Q. Sutanto, penulis asal Indonesia.
Suatu kabar menggembirakan tentunya, setelah sebelumnya sutradara Mouly Surya juga akan menggarap film produksi Netflix lainnya, berjudul Trigger Warning. Media Indonesia berkesempatan mewawancarai Jesse Q. Sutanto, pada Kamis (25/6), mengenai proyek ini dan perjalanannya bersama Dial A for Aunties. Film adaptasi dari karya Jesse nantinya akan digarap Nahnatchka Khan (Always Be My Maybe). Dial A for Aunties merupakan buku kesembilan Jesse, yang akan terbit pada April 2021 di Amerika Serikat. Berikut petikan wawancara lewat surel tersebut:
Bagaimana perjalanan Dial A for Aunties untuk diadaptasi menjadi film?
Prosesnya ternyata sangat cepat! Dial A for Aunties ini punya perjalanan yang bisa dibilang ajaib. Saya menulisnya selama dua bulan. Agen saya menjualnya dalam waktu kurang dari sebulan. Bulan berikutnya, kami menjual rights untuk film ke Netflix. Ini semacam perjalanan yang cuma ada di mimpi. Semuanya seperti tidak nyata.
Keterlibatan Anda dalam produksi ini?
Saya tidak terlalu yakin seperti apa keterlibatan saya nantinya, tetapi saya senang berada dalam perjalanan karya ini, menjadi apa pun itu.
Beberapa tahun terakhir ini di Hollywood muncul film-film yang berfokus pada karakter yang berlatar Asia-Amerika (The Farewell, Always Be Maybe, Crazy Rich Asians). Seperti apa cerita yang ada di Dial A for Aunties?
Dial A for Aunties adalah surat cinta untuk keluarga saya yang luar biasa. Cerita tentang keluarga ketika ada pertengkaran, dendam, tetapi ketika hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat penting, keluarga tetaplah mendukung kita. Ceritanya tentang perempuan muda yang kencan butanya berakhir dengan kematian, dan bagaimana keluarga perempuan tersebut membantunya.
Apakah ada unsur lokalitas di dalam ceritanya, seperti kultur dari tempat Anda tumbuh?
Cerita dalam novelnya berlatar di AS, tetapi settingnya pernikahan mewah orang Indonesia. Saya sangat merasa bahwa pernikahan yang mewah itu menjadi bagian yang penting dari budaya di mana saya tumbuh. Sebagian besar pernikahan yang pernah saya kunjungi, dibuat dengan luar biasa, tamunya ribuan. Pernikahan saya, ada lebih dari seribu tamu, itu masih dianggap pernikahan yang kecil. Saya sangat senang bisa menggunakannya sebagai setting untuk cerita ini.
Sebelumnya, Mouly Surya juga dikabarkan akan menjadi sutradara untuk Trigger Warning, juga untuk produksi Netflix. Dan sekarang, buku Anda yang akan diadaptasi menjadi film produksi Netflix. Apa maknanya untuk Anda?
Apa artinya ini bagi saya sebagai orang Indonesia? Oh man! Memikirkannya saja membuat saya menangis. Tumbuh dengan melihat semua yang saya tonton adalah white stories. Kemudian ada dorongan untuk keanekaragaman muncul, dan saya mulai melihat lebih banyak keanekaragaman yang tentu saja luar biasa, tetapi sebagian besar ceritanya juga berlatar Asia Timur. Sangat sedikit cerita berlatar Asia Tenggara.
Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan melihat film dengan kisah berlatar karakter dari Asia Tenggara, tetapi kemudian Crazy Rich Asians muncul, dan saya terpesona. (Film) itu memberi keberanian yang saya butuhkan untuk menulis cerita dengan karakter Asia Tenggara. Saya tidak berpikir cerita saya akan diadaptasi oleh seseorang pun, jadi ketika sekarang saya memiliki kesepakatan dengan Netflix, itu seperti, ‘wow!’
Sejak berita ini muncul, banyak orang mengirim pesan ke saya, kata mereka saya merepresentasikan Indonesia. Saya merasa sangat senang mendengarnya. Jujur, melihat betapa antusiasnya orang Indonesia dengan proyek ini, dan banyak yang mentwitnya, itu menjadi hal yang paling membahagiakan.
Di Twitter, Anda bercerita untuk sampai di titik ini, ada perjalanan yang sangat panjang. Apa yang terjadi dengan buku-buku yang lain? Bagaimana karir kepenulisan Anda?
‘Oh my goodness!’ Itu sudah berlangsung lama sekali. Saya lulus dari program magister di Universitas Oxford pada tahun 2009, sejak itulah saya mulai menulis.
Dial A for Aunties menjadi buku kesembilan saya. Butuh waktu begitu lama, dan saya mengalami banyak kegagalan sepanjang perjalanan. Sehingga orang tua saya khawatir, bahwa saya membuang-buang waktu.
Saya pun mulai dihinggapi perasaan putus asa, bahwa sepertinya karya saya tidak akan pernah diterbitkan, jadi saya mengerti perasaan yang dialami orangtua saya saat itu. Sebagai orangtua, saya juga peduli dan memperhatikan perjuangan anak saya selama bertahun-tahun.
Meskipun ada kekhawatiran, orangtua saya selalu mendukung. Tanpa bantuan mereka, tentu saya tidak akan mampu menyelesaikan pendidikan S-2 saya di bidang penulisan kreatif, jadi ini tentu saja menjadi kesuksesan mereka juga.
Semua buku Anda diterbitkan di AS?
Ya, semuanya diterbitkan di AS. Saya berharap suatu saat nanti buku-buku saya juga bisa diterbitkan di Indonesia. Dengan demikian, orangtua saya juga bisa membaca buku saya.
Bagaimana Anda bekerja sama dengan agen yang tepat sehingga juga menempatkan karir Anda pada jalur tepat saat ini?
Luck? Ha ha! Keberuntungan dan ketekunan. Di Twitter saya sedikit bercerita, bagaimana saya memiliki banyak agen yang berbeda-beda pada masa lalu. Saya bahkan pernah bersama agen yang luar biasa, yang merupakan agen top di industri, tetapi toh ternyata tidak cocok dengan saya.
Semua kerja sama pada masa lalu itu mengajari saya lebih banyak tentang apa yang saya butuhkan dari seorang agen, dan saya sangat senang akhirnya menemukan mitra yang cocok — Katelyn Detweiler dari Jill Grinberg Literary Management.
Namun, kebutuhan setiap orang tentu sangat berbeda, saya tidak tahu jalur yang tepat untuk menemukan agen yang tepat, selain dari sekadar bertanya dan mengajukan banyak pertanyaan dan berharap yang terbaik. Oh iya, minta masukan dari para klien yang ditangani dari sang agen! Itu saran terbaik yang bisa saya berikan.
Setelah ini, apa?
Saya akan sibuk menulis sekuel. Setelah itu, saya juga akan menulis sekuel buku anak-anak saya, Theo Tan dan Fox Spirit, yang akan diterbitkan pada 2022. Setelah itu akan ada buku lainnya lagi.
Satu hal yang saya pelajari selama bertahun-tahun dalam upaya mencoba menerbitkan karya adalah; ‘Teruslah menulis buku berikutnya. Jangan melihat ke belakang, jangan memikirkan kegagalan masa lalu, jangan sombong dan terus menulis.’
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved