Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Ternyata Teknologi Kecerdasan Buatan Juga Butuh Tidur

Bagus Pradana
10/6/2020 19:00
Ternyata Teknologi Kecerdasan Buatan Juga Butuh Tidur
Teknologi kecerdasan buatan produksi Laboratorium Nasional Los Alamos Amerika Serikat, bekerja lebih baik setelah diberi periode tidur.(Unsplash)

TEKNOLOGI kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI) ternyata akan bekerja dengan baik jika diberikan periode istirahat reguler meniru efek tidur pada manusia.

Itulah kesimpulan yang berhasil dihimpun oleh para peneliti di Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico, Amerika Serikat setelah mempelajari kinerja AI yang dirancang mereplikasi jaringan saraf di otak manusia.

Sebuah tim ilmuwan komputer yang dipimpin oleh Yijing Watkins, peneliti utama di Laboratorium Nasional Los Alamos berhasil merancang AI yang mampu mengklasifikasikan berbagai jenis objek secara akurat tanpa akses ke database yang telah ada sebelumnya laiknya kerja jaringan saraf pada otak manusia.

Mereka mengoptimalkan sistem 'spiking neural network', sebuah sistem yang meniru cara neuron di otak menstimulasi informasi yang mereka terima.

Sistem AI ini ideal karena menurut Watkins prinsip dari sistem ini sama dengan cara manusia belajar selama masa kanak-kanak.

"Sistem ini analog dengan cara manusia dan sistem biologis lainnya belajar dari lingkungannya selama perkembangan di masa kanak-kanak," jelas Watkins sebagaimana dilansir dailymail (10/6).

Namun, dalam pengujian pendahuluannya, tim peneliti menemukan bahwa sistem AI mereka sebenarnya tidak berjalan secara optimal, justru berkebalikan. Semakin lama dioperasikan, sistem ini menjadi tidak stabil.

Setelah bereksperimen dengan sejumlah perbaikan lain, tim kemudian memutuskan untuk memberi periode istirahat reguler pada sistem yang mereka kembangkan.

Alih-alih mencabut kabel mesin untuk mengistirahatkannya, para ilmuwan justru merancang cara untuk membuat sistem AI ini memasuki mode operasi yang mirip dengan respon di otak manusia ketika mereka tidur.

"Seolah-olah kita mengaktifkan kerja jaringan saraf yang setara dengan istirahat malam yang baik," papar Watkins menjelaskan konsep istirahat reguler dalam sistem AI yang sedang dikembangkannya. 
 
Untuk mensimulasikan tidur, tim kemudian mengekspos sistem AI ini dengan gelombang suara yang diatur ke frekuensi tertentu, yang disebut Gaussian noise, meniru sinyal yang diterima otak ketika memasuki tahap tidur 'gelombang lambat', keadaan sesaat sebelum tidur secara penuh.

Para peneliti kemudian takjub setelah menyaksikan mode istirahat reguler ini beroperasi, secara bertahap sistem AI kembali stabil dan mulai berfungsi secara normal kembali.
 
Selanjutnya untuk mengoptimalkan kinerja dari sistem AI ini, tim peneliti kemudian akan mengintegrasikan sistem 'tidur' yang berhasil mereka temukan kedalam chip komputer neuromorfik.  Salah satu produk chip yang sedang dikembangkan untuk mengadaptasi prinsip sistem ini adalah chipset Loihi eksperimental dari raksasa teknologi, Intel. (M-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya