Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Film Haruslah Menyampaikan Pesan

Galih Agus Saputra
10/5/2020 01:35
Film Haruslah Menyampaikan Pesan
Film dokumenter Cornelias(Dok Ucifest)

RENJANA menjadi inti dari film besutan sineas muda Stephanie Cornelia berjudul Cornelias. 

Karyanya memikat para juri yang beranggotakan Amelia Hapsari, Riri Riza, Keliek Wicaksono, dan Danu Murti di perhelatan UMN Animation & Film Festival (Ucifest) 11. Hasilnya, mahasiswa Program Studi Film, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) itu menggondol predikat pemenang dokumenter mahasiswa terbaik dalam ajang yang berlangsung pada 21 dan 22 April tersebut.

Kepada Media Indonesia, Stephanie berbincang soal karya di festival perdananya itu, juga perspektifnya terhadap perfilman, via telepon, Jumat (8/5). Berikut petikannya:

Boleh diceritakan Cornelias itu tentang apa?
Film ini tentang empat bersaudara. Semuanya perempuan dan semuanya penari balet. Terus bagaimana mereka punya cita-cita masing-masing dalam kehidupan di balet.

Kebetulan itu juga cerita saya, persona kehidupan saya. Sebenarnya berangkat dari sini, saya dan teman saya, kami berdua, ingin ngomongin, seni kok sepertinya tidak diapresiasi sebagaimana seharusnya? Padahal, seni itu tidak gampang. Yang dianggap orang sebelah mata itu perjuangannya panjang. Banyak hal yang tidak hanya ada di panggung. Banyak hal yang harus dikorbankan dan diperjuangkan.

Bagaimana proses produksinya?
Kita brainstorming sekitar dua atau mungkin tiga minggu. Setelah itu kita kembangin lagi ceritanya, mau di omongin yang mana, sudut pandangnya yang mana. Total kurang lebih ada sebulanan. Kesulitannya lebih karena ini berhubungan dengan cerita saya sendiri, jadi kadang ada kendala objektivitas. Saya di sini sebagai seorang film maker, tetapi juga ada di dalam cerita, jadi kadang bingung mau seperti apa penempatan dirinya. Akhirnya yang ditonjolkan dalam cerita ini lebih tentang apabila kita memiliki passion tertentu pada sesuatu, ya sudah kita kerjakan sepenuh hati.

Apa yang membuat kamu tertarik dengan dokumenter?
Sebenarnya film dokumenter ini saya buat waktu tugas mata kuliah saya. Film dokumenter sendiri, menurut saya, seperti rekaman peristiwa, seperti kilas kehidupan sesorang.

Lewat hal itu bisa menjadi representasi realitas kita sendiri. Dari sana kita bisa mengungkapkan sesuatu, yang mungkin tidak menjadi concern-nya orang, tetapi jadi concern kita dan bisa membuka mata atau pandangan orang lain terhadap sesuatu.

Menurut kamu, bagaimana dengan perkembangan genre dokumenter saat ini?
Mulai berkembang, ya. Orang-orang juga mulai invest ke dokumenter juga. Misalnya, kalau saya biasanya lebih suka nonton Netfl ix, terus di Netfl ix sekarang mulai banyak dokumenter yang friendly ke setiap orang, dan semua orang begitu menonton juga sangat tertarik.

Tadinya orang-orang mungkin berpikir kalau dokumenter membuat bosan, tetapi makin ke sini, semua orang tidak menyoal dokumenter, fiksi, atau apa. Sejauh bisa ngomongin sesuatu, bisa sampai ke seseorang, kayaknya semua orang bakalan tertarik untuk menonton.

Kamu sendiri ingin jadi seperti apa di dunia perfilman?
Belum tahu. Saya sedang ingin lebih fokus ke kuliah, sama dalam waktu dekat ini mau tugas akhir. Untuk proyek tugas akhir saya dan kelompok juga sedang mempersiapkan fiksi pendek. Fiksi ini bercerita tentan ibu-anak dan membicarakan soal isu parenting. Jadi bicara bagaimana hubungan keluarga bisa rusak karena dominasi dan segala macam.

Kita tidak ingin mencoba memprovokasi pihak mana yang harus dibebankan di sebuah kerusakan hubungan. Tetapi lebih ingin bicara bahwa hubungan itu sesuatu yang harus dikerjakan dan diusahakan dua arah, kolaborasi setiap orang. Pentingnya kejujuran, pentingnya keterbukaan, kurang lebih seperti itu.

Seberapa mendesak isu parenting untuk saat ini?
Menurut saya, selalu relevan karena banyak orang tak sadar kalau mereka itu sebenarnya sedang dalam sebuah hubungan yang tidak sehat. Belakangan ini juga banyak concern sama konflik pasangan atau apa, dan menurut saya fokusnya bisa tidak hanya di antara pasangan, tapi ke keluarga juga bisa.

Film-film tentang keluarga, eksplorasi tentang keluarga itu selalu dibutuhkan orang. Entah untuk refleksi dan segala macam. Jadi ya ini cukup dekat dengan kehidupan orang-orang.

Sejauh ini apa sudah ada riset dan pengembangan ceritanya?
Kebetulan lebih ke sini, karakter kami, yang kami ambil karakternya Batak. Sutradara saya kebetulan juga orang Batak, jadi dia riset ke keluarga mereka, tanya-tanya, dan baca-baca buku adat.

Produksi sebenarnya mau dalam waktu dekat ini. Hanya saja, karena sekarang sedang pandemi, kemarin kami buat timeline baru. Mungkin bisa selesai di akhir tahun, jadi belum diomongin lagi, yang jelas akan di-adjust lagi jadwalnya. Sekarang lebih ke praproduksi dulu. Bicara konsep, bagaimana ceritanya mau dikembangkan. Pengembangan cerita sebenarnya juga sudah lumayan. Maksudnya sudah mau di-lock, seperti itu. Ini lebih ke konsep sih mungkin, ke artistiknya, sama kameranya.

Secara teknis, adakah kebaruan yang ingin ditonjolkan dalam proyek ini?
Soal ini, kebetulan bukan departemen saya. Hanya saja, kalau dari artistik dan kamera, kan kita ingin membicarakan dominasi. Kalau dari artistik, mungkin dari semiotikanya, pemilihan properti, dan lain-lain. Sama mungkin dalam hal kamera, mungkin angle yang akan lebih kita eksplorasi terutama terkait dominasi.

Dalam proyek ini kamu berperan sebagai apa?
Saya produser. Lumayan menantang sebenarnya jadi produser. Produser juga sering dianggap perannya membingungkan, seperti ranahnya sejauh apa. Kalau ditanya orang, ‘produser itu ngapain?’, kadang nyangkut juga mau jawab apa. Padahal produser itu sebenarnya mengerjakan semuanya. Tanggung jawabnya besar.

Jadi kadang masih membingungkan seperti itu. Orang juga suka berpikir produser itu yang manajerial banget, seperti itu kan kerjaannya. Padahal produser seperti pengendali departemen kreatif kan sebenarnya. Kayak otaknya itu harus mikir seimbang antara manajerial dan kreativitas.

Proyek ini boleh dibilang bersifat edukatif, ya. Sebagai produser, bagaimana caramu agar karya ini juga tetap menghibur?
Saya mungkin akan lebih menunjukkan bagaimana manisnya hubungan antara Ibu dan anak. Karena, walaupun kadang ibu dan anak itu kelihatannya suka sengit begitu di ceritanya, tetapi pada akhirnya, jauh di dalam, sebenarnya ibu itu sayang sama anak.

Apakah proyekmu ini nanti juga akan memengaruhi pilihan karier sebagai seorang produser di dunia profesional?
Belum tahu sejauh ini. Tetapi mungkin iya, atau menulis barangkali, karena saya suka menulis. Ada mimpi ke arah sana,
untuk film. (M-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik