Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Rumah Paling Berbahaya Lautner

Fario Untung Tanu
28/2/2016 00:55
Rumah Paling Berbahaya Lautner
(AFP/DAVID MCNEW)

SEJAK pindah ke California, Amerika Seikat, pada pertengahan era 30-an, John Lautner tak pernah terkesima dengan bentuk dan desain bangunan di sana.

Meski menjadi arsitek muda di wilayah yang termasuk terkenal dengan perkembangan arsitekturnya, Lautner tetap lebih menyukai gaya perdesaan di tanah asalnya di Michigan.

Gaya natural dan humanis itulah yang terus ia angkat tiap berkarya. Dengan ilmu desain yang didapat dari arsitek legendaris Frank Llyod Wright, Lautner kemudian bisa membuat jejak yang menyaingi mentornya itu.

Hingga kini Lautner dikenal sebagai salah satu arsitek berpengaruh di AS.

Pria kelahiran 16 Juli 1911 itu mampu menciptakan tren arsitektur yang mengombinasikan kemajuan teknologi dan desain yang dramatis.

Seiring dengan kelas kliennya yang makin tinggi, Lautner dikenal dengan karya-karya berupa rumah-rumah berukuran besar, futuristis, canggih, dan menyatu dengan alam.

Kegeniusannya juga terbukti dengan keberhasilannya mewujudkan desain di berbagai lingkungan dan topografi.

Kini, untuk memperingati hari jadinya yang ke-100, salah satu karya ikonis pria yang berpulang 1994 dibuka ke publik.

Rumah yang berada di perbukitan Kota Los Angeles dan dibangun pada 1961-1963 itu disebut sebagai salah satu contoh kuat arsitektur organik Amerika.

Arsitektur organik adalah konsep yang menonjolkan harmoni hunian dengan alam.

James Goldstein, jutawan eksentrik AS, baru-baru ini mendonasikan rumah seluas 420 meter persegi untuk Los Angeles County Museum of Art.

Seorang pemandu yang mendampingi publik melihat-lihat rumah dengan struktur beton ini menyebut kediaman tersebut sebagai rumah paling 'berbahaya'.

Di berbagai sudut, kata berbahaya itu memang bisa berarti nyata.

Seperti merujuk pada selasar di dekat pancuran air yang terbuat dari kaca yang sangat licin.

Karena tidak adanya rel pegangan, sudut itu bisa membahayakan mereka yang tidak berhati-hati.

Namun, di banyak sudut lainnya, kata berbahaya lebih tepat menggambarkan apiknya paduan desain yang canggih dan natural.

Ini, misalnya, tergambar dari struktur beton tadi yang mencakup hingga ke atap.

Bentuk-bentuk geometris dominan pada bangunan ini, termasuk tulangan atap, membentuk segitiga.


Hutan tropis

Sebelum dibeli Goldstein pada 1972, rumah itu milik Paul dan Helen Sheats.

Pasangan profesor dan seniman itu meminta Lautner membuatkan hunian yang mampu memenuhi impian mereka dan ketiga anaknya.

Tidak mengherankan, tidak hanya sophisticated dan penuh seni, rumah itu juga bagai surga untuk anak-anak bermain dan bereksplorasi dengan alam.

Selain kolam renang yang seolah muncul di tengah-tengah batuan tandus, ada pula taman besar yang didesain layaknya hutan tropis.

Taman juga hadir di berbagai sudut di dalam rumah.

Salah satunya di sisi wastafel di kamar tidur tamu. Itu makin eksentrik karena wastafel berbahan marmer itu berbentuk segitiga.

Dari berbagai ruangan, penghuni juga ibarat menjadi burung yang terbang memandangi keindahan kota hingga Laut Pasifik.

Ini terjadi karena hampir seluruh dinding rumah terbuat dari kaca.

"Sebenarnya saat rumah ini pertama dibangun, tidak ada kaca sama sekali," kata Goldstein kepada situs npr.org.

Di musim dingin mesin akan dinyalakan untuk meniupkan udara hangat ke ruang-ruang tanpa dinding itu.

Namun, menurut Goldstein, kenyataannya mesin itu tidak banyak membantu.

Akhirnya pria yang hobi mengenakan topi koboi itu memasang dinding kaca yang seluruhnya dapat dibuka dengan hanya menekan tombol.

Jelas sebuah rumah yang benar-benar berbahaya. (Theguardian.com/AFP/la.curbed.com/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya