Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
LOCKDOWN ialah kata yang mengglobal saat ini. Tidak terkecuali di negeri ini, terutama sejak covid-19 merebak dan menimbulkan korban. Untuk menghambat penularan virus itu, ada yang mengusulkan agar lockdown diterapkan, tetapi ada yang menyatakan itu tidak perlu. Kedua belah pihak yang berseberangan itu memiliki argumen masing-masing. Namun, pemerintah, setelah mempertimbangkan dari berbagai aspek, akhirnya memutuskan tidak perlu lockdown. Warga diminta menerapkan pola social distancing atau membatasi interaksi dengan orang lain. Tentang arti atau makna lockdown tentu semua telah mafhum. Secara umum, kata itu berarti warga tidak diperbolehkan masuk atau keluar dari wilayah tertentu karena keadaan darurat. Lockdown juga bisa berarti negara menutup pintu masuk dan keluar atau perbatasannya dengan negara lain.
Begawan Ciptaning
Dalam dunia wayang, sikap social distancing, dan bahkan lockdown pernah dilakukan oleh Arjuna. Itu bukan karena perintah negara atau otoritas lain, tetapi murni atas kesadarannya diri sendiri demi menjaga keselamatan serta kesucian jiwa raganya. Arjuna berinisiatif mengisolasi diri ketika dunia sedang dilanda pagebluk, yakni 'virus' nafsu pragmatisme duniawi. Seperti yang ia lihat dan rasakan sendiri, termasuk yang sedang menjangkiti keluarga sepupunya sendiri sesama trah Abiyasa, yaitu Kurawa. Kurawa secara terang-terangan merampas hak konstitusional Pandawa sebagai ahli waris kekuasaan Astina. Demi mendapat kekuasaan itu, Kurawa tiada henti berupaya membinasakan Pandawa dari muka bumi. Mulai rencana pembunuhan dalam kasus Pendadaran Siswa Sokalima, kemudian aksi 'genosida' di Bale Sigala-gala, hingga penipuan secara telanjang dalam permainan dadu. Namun, semua langkah keji yang dirancang dan dieksekusi Kurawa itu gagal. Perilaku barbar Kurawa itu menjalar ke seantero Astina. Warga gemar meniru kekejaman para elitenya ketika ingin memburu atau mendapatkan sesuatu. Maka, Astina yang semula sebagai negara serbateladan dalam berbagai bidang, berubah menjadi karut-marut, suram, dan tidak beradab. Arjuna bersama keempat saudaranya--Puntadewa, Bratasena, Nakula, dan Sadewa (Pandawa), yang tetap memegang teguh watak kesatrianya, harus menerima akibatnya, terusir dari istana Astina, tempat lahir mereka. Mereka hidup terlunta-lunta. Rumah mereka (Amarta) yang mereka bangun secara swasembada pun juga dirampas Kurawa. Setelah melihat ketidakadilan yang memandemi itu, Arjuna ingin untuk sementara waktu tidak bergaul dengan siapa pun, menghindari keramaian. Ia tidak ingin melihat apa yang terjadi di luar sana. Arjuna bertekad menjaga kewarasan dan kesehatan akal, nalar, naluri serta jiwanya. Setelah merenung dan mempertimbangkan masak-masak, Arjuna memutuskan meng-lockdown diri. Ia mengasingkan diri atau mengurung diri di belantara di punggung Pegunungan Indrakila. Saking genturnya menjalani laku isolasi diri itu, fisik Arjuna digambarkan sampai berlumut. Dalam seni pedalangan, ketika Arjuna meng-lockdown diri itu mendapatkan sebutan Begawan Ciptaning alias Mintaraga. Menurut berbagai referensi, Ciptaning dari kata 'cipta' dan 'hening' yang artinya menciptakan keheningan atau membersihkan jiwa, sedangkan Mintaraga dari kata witaraga, yang artinya menyucikan diri.
Tujuh bidadari
Selama mengisolasi diri itu Arjuna tidak hanya sekali mendapat gangguan. Dewa berulang kali mengirim misi khusus untuk mengusik Arjuna dari semedinya. Mulai serangan babi, ular, raksasa, hingga dengan rangsangan libido yang menjadi titik lemah Arjuna. Namun, semuanya itu tidak membuahkan hasil. Gangguan yang dianggap paling berat bagi Arjuna ketika Raja Kahyangan Jonggring Saloka, Bathara Guru, mengutus tujuh bidadari terelok. Para bidadari yang digilai hampir semua titah, termasuk para dewa di kahyangan. Mereka ialah Supraba, Wilutama, Warsiki, Surendra, Gagarmayang, Tunjungbiru, dan Lengleng Mulat. Namun, jangankan melirik, Arjuna bahkan mengatupkan hidungnya rapat-rapat ketika para bidadari menguarkan aroma wangi. Telinganya pun dibuatnya hampa ketika para kembang Kahyangan itu bergantian menyapa dengan senandung rayuan lembut. Arjuna benar-benar kuasa menidurkan semua inderanya sehingga godaan apa pun mental. Setelah gagal dengan cara memabukkan itu, para bathari lalu memba (mentransformasikan diri) sebagai istri-istri Arjuna, di antaranya ada yang menjadi Sembadra, Srikandi, Larasati, dan lainnya. Mereka silih berganti manja merajuki. Namun, lagi-lagi, pendar-pendar kangen `istri-istrinya' tidak mampu membangunkannya. Arjuna dinilai lulus uji setelah dengan mulus melewati segala godaan, bahkan yang paling berat sekalipun. 'Kesucian' jiwanya pun dianggap paripurna sehingga dewa memberikan segudang berkah. Bathara Guru langsung menemui Arjuna dan memberikan anugerah berupa panah sangat pasopati. Ini sebagai bagian tanda bukti bahwa Arjuna berhasil me-lockdown sehingga bersih dan selamat dari 'virus' nafsu-nafsu kotor duniawi. Guru kemudian memerintahkan Arjuna menentramkan Kahyangan yang lagi gonjang-ganjing. Ketika itu, Kahyangan dalam ancaman Prabu Newatakawaca. Raja Manimantaka itu akan meluluhlantakkan Kahyangan bila keinginannya meminang Bidadari Supraba ditolak. Singkat cerita, Arjuna mampu mengenyahkan Newatakawaca. Atas jasanya itu, Arjuna berhak menikahi Supraba dan menjadi raja di Kahyangan untuk sementara waktu dengan gelar Prabu Kiritin.
Langkah mandiri
Makna kisah itu ialah Arjuna berhasil mengatasi segala godaan. Itu merupakan gambaran bahwa ia mampu membentengi diri dari kemungkinan terpapar berbagai nafsu yang menghancurkan jiwa-raganya. Berbagai berkah yang didapat Arjuna dari meng-lockdown diri itu pada akhirnya menjadi bekal ampuh ketika menghadapi Bharatayuda. Dalam peperangan yang berlangsung di Kurusetra itu, Pandawa berhasil membasmi Kurawa yang menyimbolkan 'virus' ketidakadilan. Dalam konteks kebangsaan kini, di tengah masih merebaknya covid-19, cerita Begawan Ciptaning merupakan contoh langkah yang diambil Arjuna secara mandiri tanpa adanya kebijakan negara. Ia sadar perlu mengisolasi diri demi menyelamatkan diri dan juga keluarganya. Hikmahnya, warga perlu mandiri mengatur dirinya sendiri apa yang harus dilakukan sehingga selamat dari penularan virus corona yang mematikan. Misalnya, seperti yang dilakukan Arjuna, 'me-lockdown diri'. Inilah jalan yang bijak dan terbaik untuk kita semua. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved