Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
SELAIN polusi udara, air, ataupun suara, ternyata polusi cahaya juga memiliki dampak yang signifikan bagi kelangsungan makhluk hidup dan lingkungan. Baru-baru ini penelitian menyebut bahwa spesies kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan akibat polusi cahaya buatan yang digunakan oleh manusia dalam kesehariannya.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BioScience itu menyebutkan bahwa polusi cahaya, terutama di daerah dengan intensitas penggunaan bola lampu LED yang lebih terang dapat mengganggu pertemuan kunang-kunang untuk melakukan perkawinan.
Hal tersebut dikarenakan kunang-kunang mengandalkan bioluminesensi (cahaya karena reaksi kimia yang dihasilkan makhluk hidup secara alami) untuk menemukan dan menarik pasangan mereka dalam melakukan perkawinan, namun hal tersebut menjadi terganggu oleh polusi cahaya dari rumah dan gedung-gedung maupun lampu jalan.
"Selain mengganggu bioritme alami - termasuk ritme kita sendiri (manusia) - polusi cahaya benar-benar mengacaukan ritual kawin dari kunang-kunang," terang salah satu peneliti dari Tufts University di Boston, Avalon Owens.
Selain itu, para peneliti menemukan bahwa penggunaan pestisida dari pertanian juga menambah ancaman pada populasi kunang-kunang di seluruh dunia. Adapun peneliti menyebut ancaman paling utama terhadap populasi kunang-kunang ialah hilangnya habitat kunang-kunang untuk bereproduksi yang biasanya hidup di rawa-rawa, lahan basah, hutan, padang rumput akibat alih lahan oleh manusia - seperti urbanisasi dan industrialisasi.
Meskipun saat ini perubahan iklim tidak dipandang sebagai ancaman terhadap populasi kunang-kunang, kenaikan permukaan laut dan kekeringan di masa mendatang diprediksikan dapat mempercepat laju kepunahan kunang-kunang yang saat ini memiliki lebih dari 2000 spesies berbeda di seluruh dunia.
Beberapa penelitian telah mengkuantifikasi penurunan populasi kunang-kunang, seperti spesies kunang-kunang pteroptyx di Malaysia dan spesies kunang-kunang Phausis reticulata bercahaya biru. Kedua spesies yang menjadi daya tarik wisatawan tersebut diambang kepenuhan akibat jejak ekologis manusia yang mengganggu habitat dan populasi kunang-kunang tersebut lebih jauh. (M-1)
SAINS tidak harus rumit, teknologi tidak harus mahal, dan matematika tidak harus menakutkan. Justru sebaliknya, semua itu bisa dekat, terjangkau, relevan, dan menyenangkan.
Apakah dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika semua nyamuk tiba-tiba lenyap?Seorang Medical Scientist dmemberikan penjelasan mengenai dampak hilangnya nyamuk dari muka bumi.
KEMENTERIAN Agama terus memperkuat kajian terkait integrasi Islam dan sains, terutama dalam konteks kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Pelajari induksi elektromagnetik: prinsip dasar, hukum Faraday, dan aplikasi revolusioner dalam teknologi modern.
INOVASI berbasis sains dibutuhkan untuk mencapai kemajuan di bidang pertanian dan kesehatan Tanah Air. Peningkatan pengetahuan petani akan teknologi pertanian terkini jadi salah satunya.
Jika generasi muda Indonesia tidak tertarik pada sains, tentu akan membuat semakin tertinggal dalam persaingan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved