Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Perayaan Natal ala Winnie the Pooh

Fetry Wuryasti
25/12/2019 16:00
Perayaan Natal ala Winnie the Pooh
Winnie The Pooh(Egmont Publishing)

MENGHABISKAN waktu bersama keluarga saat natal menjadi hal penting bagi warga Inggris. Tak terlepas bagi beruang madu yang paling terkenal Winnie The Pooh.

Gambar ilustrasi Pooh yang makan chestnut hingga membuat rantai kertas warna-warni guna menghias rumah dirilis bersamaan dengan survei yang dilakukan penerbit anak-anak Egmont Publishing. Sebanyak 7 gambar itu diluncurkan guna memperingati natal.

Gambar yang dilukis Mark Burgess itu menggunakan gaya asli E H Shepard saat mengilustrasikan cerita AA Milne. Semua gambar menunjukan Pooh dan Christopher Robin, Tigger, Piglet, Rabbit dan Eeyore mengambil bagian dalam kegiatan Natal.

Gambar itu pun terinsipirasi survei yang dilakukan Egmont Publishing pada 2ribu orang dewasa Inggris terkait nama tradisi yang perlu diselamatkan generasi mendatang. Berdasarkan survei itu, bermain gymnasium dengan keluarga menempati urutan teratas dengan 33%.

Menyanyikan lagu-lagu natal (carol) berada di peringkat 2 dengan 31%, disusul membuat rantai kertas untuk menghias rumah, sedangkan 28% mengungkapkan tentang menempatkan satsumat, dan menaruh kacang-kacangan di kaos kaki sebesar 25%.

Dr Martin Johnes, dari Departemen Sejarah & Klasik di Universitas Swansea, menjelaskan tradisi mengenakan pakaian terbaik, memberi buah dan kacang berasal dari sebelum Perang Dunia Kedua.

"Meskipun satsumas masih diberikan karena menghubungkan orang tua dengan masa kecil mereka sendiri, tradisi pra-perang menempatkan gumpalan batu bara beruntung di stoking anak-anak telah hilang," ujar Johnes dikutip dari Independent.co.uk, Rabu (25/12).

Lebih lanjut, Johnes mengungkapkan banyak tradisi Natal berasal dari Amerika Serikat. Namun kartu Natal merupakan tradisi Inggris.

Kartu Natal pertama secara luas diklaim berasal dari tahun 1843. Tahun yang sama A Christmas Carol diterbitkan Dickens, tetapi mereka sebenarnya dijual pada akhir 1820-an. Orang-orang Victoria menganggap kartu sebagai barang mewah dan membeli desain individual untuk setiap teman dan kerabat.

"Tak pelak lagi, dunia yang berubah berarti tradisi berfluktuasi. Misalnya, tradisi nyanyian carol memiliki bobot yang lebih sedikit daripada yang pernah terjadi sebelumnya - dengan lingkungan musik Natal sekarang dipenuhi dengan lagu-lagu pop chart," tukas Johnes. (M-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya