Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
JAM menunjukkan pukul 16.00 WIB, lautan anakanak muda memadati Plaza Tenggara Senayan, Jakarta. Magnetnya pesta clothing line, Jakcloth Year End Sale 2015. Aneka merek fesyen yang didesain dan diproduksi anak-anak muda secara independen itu memamerkan produkproduknya, mengalihkan perhatian dari label-label mainstream yang lazimnya telah mengglobal. Di sini, justru clothing line yang masih merintis dan belum rilis di mal yang dapat prioritas. Merek yang telah berskala besar itu, kata Perdana Kusuma, Creative Director Jakcloth, di dunia clothing line diistilahkan sudah go-public. "Kalau merek-merek yang sudah sangat besar dan sudah dijual di mal kami tolak, untuk
melindungi merek-merek yang masih kecil, terang Dana.
Dana menjelaskan, acara yang diselenggarakannya memang berusaha membangun semangat dan jiwa bisnis anak-anak muda. "Mereka-mereka ini kan membangun lapangan kerja, anggap saja satu cabang toko distro bisa mempekerjakan lima sampai delapan orang. Kami berusaha membuka peluang bagi siapa saja yang ingin menjadi entrepreneur," ujar Dana. Pebisnis-pebisnis muda ini memandang Jakcloth sebagai ajang tempat untuk berjualan sekaligus promosi. "Untuk memperkenalkan mereknya secara cepat ke banyak orang. Para pengunjung di sini pun sangat terbuka dengan merek-merek baru, tapi tetap respek dengan merekmerek lama. Kalau ada merek baru yang bagus, ya mereka juga mau membeli. Makanya merek-merek baru itu sangat senang ikut acara ini," ujar Dana.
Diselenggarakan di penutup dan pembuka tahun, 30 Desember 2015 hingga 3 Januari 2016, acara yang diselenggarakan Lian Mipro ini memasuki tahun kedelapan. Terus bertumbuh "Dulu pas 2009 itu gue tahu salah satu merek di sini cuma punya satu stan kecil. Sekarang, merek itu sudah bisa menyewa satu sampai tiga stan," ujar Antonius, salah satu pengunjung Jakcloth. Berdesain keren dan berbahan bagus, harga yang disematkan pada labellabel kaus, kemeja, celana, hingga aneka asesori itu pun terjangkau jika dibandingkan
dengan produk serupa yang dijual di mal.
"Kalau barang merek jelek terus harga mahal, ya tidak akan dilirik pengunjung. Pasti tumbang, mereka juga pasti selalu menjaga kualitas, boleh diadu dengan barang-barang yang ada di mal," tegas Dana. Hal senada diungkapkan Yulianto, 18. "Misalnya gue dapat satu baju di mal, dengan harga yang sama, gue bisa mendapatkan dua sampai tiga baju di sini," kata Yulianto. Pada ajang tahun ini, ada 400 brand yang saling berebut perhatian pengunjung. Di antaranya, Restart Development Kickdenim serta Bloods. Gugi Aryamula, pemilik Restart Development meyakini bisnis clothing bertahan di situasi krisis sekalipun. "Kebutuhan sandang ini bisa dibilang primer. Hebatnya lagi, Indonesia adalah negara dengan penduduk muda atau produktif yang banyak," ujar Gugi.
Firmansyah, pemilik Bloods juga optimistis fesyen lokal bisa bersaing dengan merek-merek luar yang juga tak kalah agresif masuk ke pasar Indonesia. “Kami mencoba membuat produk sebaik mungkin dan mengikuti pasar Indonesia yang harganya tidak terlalu tinggi. Kita lokal tapi kualitas sebaik mungkin,” terang Firmanyah.
Ekspresikan diri
Fesyen, lanjut Firmansyah, tidak ada matinya. Orang-orang, terutama anakanak muda dipastikan ingin mengekspresikan dirinya lewat fesyen. Mereka lalu mengidentikkan dirinya dengan merek fesyen tertentu, baik sebagai produsen maupun konsumen. "Tiap orang punya taste, jadi mereka bisa ekspresi sesuka hati. Misalnya mereka tidak suka dengan merek ini, mereka mau campur konsep merek A dengan merek B. Akhirnya dengan ide seperti itu, mereka membuat merek mereka sendiri," terang Firmansyah. Saat anak-anak muda itu menolak cuma jadi sasaran pasar dan menjajaki bisnis fesyen dengan membuka clothing line, makin banyaknya tempat produksi dan perajin yang bisa jadi mitra, membuat peluang terbuka lebar. "Mereka juga melihat kesempatan, tidak perlu ada fi sik bangunan untuk dagang, karena bisa berjualan lewat online," lanjut Firmansyah.
Di sisi lain, Dana menganggap kebutuhan sandang ialah salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat. "Walaupun sesusah-susahnya orang, pasti mereka mau trendi-trendi sedikit. Nabung dulu sebulan atau dua bulan sebelum perhelatan Jakcloth," ujar Dana. Harus cepat Desain yang silih berganti, merek yang terus bertumbuhan, dan mukamuka pengusaha clothing baru yang bermunculan, menurut Ivanza, Manajer Kickdenim, menuntut pebisnis di bidang ini cepat berpikir dan bergerak. Soalnya dalam hitungan hari atau bulan, keinginan konsumen itu sudah berubah-berubah. Fesyen, musik, fotografi , dan internet, bagi Gugi ialah empat faktor yang mendorong perkembangan bisnis clothing
di Indonesia. "Sekarang yang sedang berkembang itu ialah bandband lokal yang sering menjadi endorser bagi merek-merek fesyen.
Dengan banyaknya event baik itu yang on-air maupun off air, band-band lokal tersebut sangat eksis keberadaannya. Gaya berpakaian mereka itu akan diikuti juga oleh para fan mereka," terang Gugi. Senada dengan Gugi, Dana juga mengakui adanya kolaborasi antara musik dengan fesyen. "Menurut saya, itu ramuan mujarab. Kebetulan beberapa clothing kan juga akrab dengan bandband sebagai endorser. Kadang yang bikin ngetrend clothing-clothing ini ya band," jelas Dana. Dunia Fotografi , bagi Gugi, juga sangat penting bagi perkembangan bisnis di Indonesia. Menurutnya, jika endorser sesuai dengan konsep produk dibarengi dengan visualisasi yang persuasif dan menarik, niscaya konsumen terpikat. Kualitas tetap nomor satu Tentu saja faktor-faktor tersebut wajib dibarengi dengan produk-produk berkualitas agar konsumen tidak merasa ditipu lewat iklan. Gugi mengatakan merek-merek lokal saat ini sangat cerdas melakukan ikhtiar menguatkan mereknya. "Itu merupakan kreativitas dari brand-brand tersebut, bagaimana brand-brand tersebut mengikat talent-nya, bagaimana brand-brand tersebut meng-endorse artis-artis terkenalnya, ataupun memunculkan bintangbintang tamu sebagai foto modelnya.
Tak kalah pentingnya, memanfaatkan internet serta media sosial. “Internet memudahkan merek yang memiliki konsumen di luar kota atau bahkan luar negeri. Misalnya brand itu ikut Jakcloth, toko mereka di Bandung, padahal konsumennya tinggal di Jakarta. Ya jadi terhubung dengan online. Ke depan,online akan menjadi pendukung terbesar di luar penjualan langsung," kata Dana. Jadi, kapan kamu mulai berbisnis? (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved