Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PLASTIK yang diklaim lebih ramah lingkungan sudah lama bermunculan. Mulai dari plastik berlabel biodegradable (mudah terurai) hingga compostable (dapat terurai ke dalam tanah). Wujudnya bisa bermacam-macam, dari peralatan makan plastik yang gampang terurai hingga plastik berbahan rumput laut yang aman dimakan seperti yang digunakan para pelari di London Marathon.
Pertanyaannya apakah plastik-plastik itu cukup efektif? Nyatanya, kantong plastik biodegradable membutuhkan waktu sekira tiga tahun untuk bisa terurai. Artinya, upaya itu tidak berdampak sifnifikan. Bisa jadi malah memperparah dibanding memperbaiki. Sebab plastik itu dapat membuat orang salah tafsir dan tetap terus menggunakan plastik dalam jumlah banyak.
"Yang membuat saya khawatir adalah ini bukan solusi, itu hanya menukar satu polimer dengan polimer lainnya," kata Profesor Mark Miodownik dari University College London.
"Jika platik itu berakhir di lingkungan, maka benar-benar tergantung pada kondisi di mana mereka berada. Apakah mereka terurai dalam waktu yang wajar. Meletakkan popok dan tisu di komposter rumahan, tidak akan efektif," tambahnya seperti dilansir theguardian.com (9/7).
Plastik yang berlabel -compostable- ternyata hanya berlaku jika ditempatkan pada pengolahan kompos skala industri yang mempertahankan suhu tinggi selama berminggu-minggu.
Memang ada label plastik yang bisa diolah kompos dalam skala rumahan, tapi hal itu juga mensyaratkan beberapa kondisi, salah satunya seberapa banyak timbunan kompos.
Sedangkan plastik berlabel -biodegradable- biasanya tidak dapat dikomposkan, tetapi dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa kantong pembawa yang dapat terbiodegradasi masih dapat menyimpan barang setelah dikubur di tanah atau ditinggalkan di laut selama tiga tahun. Meskipun metode dan skala waktu yang tepat untuk proses ini bervariasi.
Plastik -biodegradable- awalnya dibuat dari bahan bakar fosil. Belakangan, plastik -biodegradable-, dibuat dari tanaman atau sumber daya terbarukan. Produk itu lalu jamak disebut bioplastik.Masalahnya tidak semua bioplastik dapat terbiodegradasi. Sebagai contoh plastik PlantBottle. Meskipun 30% berbahan nabati tanaman, plastik itu ternyata layaknya botol PET (polyethylene terephthalate atau plastik biasa).
Harus diakui plastik berbahan material terbarukan merupakan langkah benar, meski cara itu tidak akan menghentikan plastik yang terlanjur menumpuk di lokasi TPA dan di lautan.
Menurut Miodownik, tidak ada materi yang berkelanjutan, hanya sistem yang berkelanjutan. Artinya dibutuhkan sistem berkelanjutan untuk mengatasi masalah plastik yang terus muncul. Resolusi bisa muncul dari masing-masing orang yakni dengan membawa peralatan makan dan kantong barang secara mandiri. Dianjurkan untuk memilih plastik bermasa pakai panjang.
"Banyak orang memilih plastik dengan masa pakai panjang. Itulah yang bisa dilakukan. Plastik itu lalu dikumpulkan dan didaur ulang," kata Miodownik. Resolusi lebih radikal adalah dengan mewajibkan perusahaan untuk bertanggungjawab terhadap plastik produksi mereka, serta membuat pengolahan kompos secara menyeluruh. Sebelum itu bisa dilakukan, cara terbaik adalah dengan mengurangi dan menggunakan kembali plastik bagi tiap individu. "Setiap kali konsumen memilih untuk tidak membeli sesuatu karena benda yang pembungkusnya tidak dapat didaur ulang, ia telah membuat perbedaan," pungkas Miodownik. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved