Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
MINGGU lalu, dalam dua hari, pengikut akun Instagram miliknya, @agus_tempe, bertambah hingga lebih dari 600. Penambahan pengikut yang cukup signifikan itu diakui Agus karena imbas unggahan seorang dokter yang cukup populer, Zaidul Akbar. Zaidul mengunggah video kesehatan dengan makan tempe mentah. Saat itu, para pengikut akun sang dokter yang juga pernah mengikuti pelatihan membuat tempe dari Agus langsung menandai akun Instagram-nya.
Selama ini, Agus memang dikenal amat getol mengedukasi masyarakat untuk lebih memilih makan tempe mentah ketimbang tempe yang diolah. Agus yakin makan tempe mentah jauh lebih sehat karena kandungan nutrisinya masih utuh. Sementara itu, jika tempe yang direbus atau dikukus telah kehilangan 20% gizinya. Jika digoreng, kandungan gizinya berkurang 50%, bahkan bertambah lemak dan kolesterol dari minyak. Hal itu Agus ketahui dari membaca.
"Setiap kali memberikan pelatihan membuat tempe di berbagai daerah, seperti Yogyakarta, Surabaya, solo, Bali, Palembang, Bandung, Semarang, saya juga menyelipkan edukasi sehat dengan makan tempe mentah," ungkap Agus.
Menurutnya, tempe mengandung probiotik dan prebiotik sekaligus. Ini merupakan bakteri baik yang bermanfaat untuk kesehatan. Bahkan, Agus mengklaim hanya Indonesia yang memiliki dan memproduksi tempe yang mengandung vitamin B12.
Kebiasaan makan tempe mentah sudah dijalani Agus sejak masih tinggal bersama orangtuanya di Yogyakarta. Ayahnya yang seorang mantan kepala kantor penerangan dan ibunya yang seorang guru, mengajaknya untuk sadar hidup sehat dan makan makanan sehat, antara lain dengan makan tempe mentah. Hal itu menjadikannya terbiasa makan tempe mentah hingga dewasa. Kebiasaan itu berlanjut hingga dewasa.
Makan tempe mentah pertama kali dikenalkan Agus di area car free day (CFD) di Jalan Sunda tiap Minggu pagi, sekitar awal 2013. Ketika itu, selama 1 tahun, Agus aktif menjajakan dan mempraktikkan makan tempe mentah untuk dicocol dengan sambal. Ia juga memberi tahu pengunjung CFD bahwa tempe bisa diolah menjadi smoothies, sambal tumpang, sambal sate ambal, oncom, dan aneka jenis makanan lainnya selain digoreng.
"Ketika saya kenalkan makan tempe mentah pada heran, pada tidak yakin. Saya kasih tester, ternyata enak dan banyak yang suka," kenang Agus.
Bapak tiga anak itu juga berupaya memopulerkan makan tempe mentah di lingkungan tetangga dan keluarganya. Ia kerap membagikan tempe secara gratis di lingkungannya. Selain itu, memberi potongan harga khusus bagi tetangganya yang ingin membeli tempe sehat. Namun, hal itu tidak terlalu berhasil, tidak ada tetangga yang mengikutinya makan tempe mentah. Mereka juga tidak mau membeli tempe sehat karena keberatan dengan harga yang lebih mahal dari tempe biasa.
"Di keluarga juga hanya saya sendiri yang makan tempe mentah, lainnya tidak mau. Memang mengenalkan makanan sehat dan organik itu tidak mudah. Harus ada basic pengetahuan kesehatan, kalau tidak ada tentu sulit," ujarnya.
Ke depan, Agus berharap penggunaan makanan lokal lebih diperbanyak agar orang Indonesia lebih sehat. Ia juga masih memiliki mimpi mengangkat makanan tempe agar lebih memiliki kelas. Selama ini tempe kerap dipandang sebelah mata, dianggap makanan kelas bawah.
Padahal, Agus menilai, tempe justru merupakan makanan kelas menengah ke atas. Terbukti tempe sehat produksinya masuk di toko organik di lingkungan menengah ke atas. Misalnya, di Michelle Organic Corner Jalan Agus Salim 72 Menteng Jakarta Pusat, di Warung Kebunku Jalan Langsat 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Sayur Box, Alam Sutera Pasar 8, Pantai Indah Kapuk, Pasar Modern BSD, dan di beberapa penjualan online.
"Ke depan, saya juga ingin agar kedelai lokal bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri. Makanan lokal menjadi pilihan utama". (TS/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved