Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Membidik Sisi Lain Perempuan

Fathurrozak
30/6/2019 01:30
Membidik Sisi Lain Perempuan
Ilustrasi Pemotretan(MI/Duta)

APA rasanya berkeliling Jakarta selama 24 jam penuh? Media Indonesia mengikuti para pemotret yang tergabung dalam 24 hour project. Dari pasar tradisional, kawasan wisata, hingga tempat publik jadi tujuan mendokumentasikan para perempuan.

Pukul 22.00 WIB para peserta yang sudah siap dengan kamera mereka masing-masing berkumpul di Stasiun Kebayoran Lama. Tak jauh dari stasiun, mereka singgah di salah satu warung kopi yang ada di sudut pasar tradisional Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Tepat tengah malam, mereka menyebar ke beberapa titik di pasar. Ada yang masuk ke lorong untuk memotret pedagang yang tengah terlelap tidur, ada yang menerobos jalanan becek ke kawasan pedagang ikan, atau mereka yang membidik dari lantai dua bangunan pasar untuk memotret pedagang dengan jajaran sayurnya.

Seusai subuh, mereka bergerak menggunakan kereta listrik menuju pasar tradisional Palmerah, Jakarta Barat. Hingga kembali pukul 00.00, mereka berhenti di titik Bundaran HI, Jakarta Pusat. Dengan begitu, tuntas pula proyek memotret sepanjang 24 jam berkeliling kota.

Secara garis besar kompetisi berlangsung 24 jam, tapi tidak sepenuhnya aturan itu diberlakukan. Mengingat kompetisi dilakukan saat Ramadan dan sebagian peserta berpuasa.  Ajang 24 hour project merupakan proyek mendokumentasikan kota yang digagas Renzo Grande bersama Sam Smotherman, yang kini menjabat sebagai direktur kreatif, bersama Greta Rico sebagai koordinator logistik, dan Flor Perez sebagai koordinator komunikasi. Proyek ini menghubungkan para fotografer, pewarta foto mula, atau pencerita
di setiap kota di dunia mendokumentasikan kemanusiaan dan memberikan perbedaan dengan meningkatkan kesadaran pada isu-isu global, serta memberdayakan para lembaga swadaya nirlaba. Setiap jamnya, para peserta diminta untuk mengunggah foto mereka melalui Instagram.

Ilham, salah satu peserta yang baru berpartisipasi tahun ini berhasil dua kali foto unggahannya diunggah ulang akun utama @24hourproject. Ia memulai mengarahkan lensanya dari Stasiun Kebayoran Lama pukul 03.00. “Kebetulan saya paginya ada pekerjaan, kemudian lanjut kembali pada sore harinya di Lapangan Banteng, kemudian berhenti di Bundaran HI 1 jam sebelum selesai. Ada dua foto yang di-feature sama @24hourproject, mungkin momennya sesuai dengan tema yang kurator minta, saya memotret di antaranya sosok perempuan yang sehari-harinya bekerja (berdagang) hingga dini hari dengan kondisi tempat aktivitasnya di area terbuka (pasar),” ungkap Ilham.

Sama dengan Ilham, Awang juga baru kali ini berpartisipasi. Namun sejak tahun lalu, ia sudah memantau melalui media sosial. “Saya berusaha menampilkan foto perempuan dengan kondisi apa adanya dengan aktivitasnya, tanpa setting kondisi pastinya sehingga lebih terlihat natural. Yang menjadi tantangan karena dilakukan saat bulan puasa sebenarnya. Saya menganggap dampak yang ditimbulkan dari gerakan ini cukup relevan dan realistis karena saat ada acara ini teman-teman unggah di media sosial, banyak yang respons positif.”


Menjangkau lebih luas 

Proyek yang berlangsung pada Sabtu (25/5) itu pun menjaring 4.880 pendaftar dari 826 kota di 100 negara. Di Indonesia, tahun ini berlangsung di delapan kota, di antaranya Jakarta, Pati, Malang, Salatiga, dan Padang. Ali Zaenal, ambassador untuk Jakarta, menyebut proyek yang telah berlangsung sejak 2012 itu punya perbedaan pendekatan. Bila sebelumnya mengusung tagline street photographer terbesar di dunia, menjadi acara fotografi terbesar di dunia. Menurutnya, kini gerakan itu ingin lebih mengajak banyak orang bukan hanya dari kalangan street photographer.

“Isu mengenai perempuan ini mulai pada 2017, sebelumnya lebih ke social movement, seperti memberi kegiatan bagi anak-anak di pengungsian. Keikutsertaan Indonesia sudah dari tahun perdana. Ambassador bisa mengajukan sendiri, sedangkan Jakarta sampai detik Feburari lalu belum ada yang ngajuin.  Renzo menawari saya dan berharap saya ikutan lagi,” papar Ali di sela membidik kamera, di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (25/5).

Tahun lalu, dari target donasi US$10 ribu (sekitar Rp142.305.500), hanya terkumpul US$ 300 (setara Rp4.269.165), dari hasil penjualan buku foto yang telah dikurasi. Sementara itu, tahun ini foto-foto yang telah dikurasi akan dipamerkan dan ada pelelangan foto untuk penggalangan dana. Nantinya, ada empat lembaga nirlaba yang berfokus pada pemberdayaan dan pemenuhan hak perempuan. Keempat lembaga itu ialah She Has Hope (Uganda), Gesmujer Rosario Castellanos (Meksiko), Sacred Valley Health (Peru), dan Atena (Iran). (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya