Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
Bukan hanya muda-mudi Jakarta, para ekspatriat pun antusias mengikuti pelatihan mmebuat jamu yang digelar Suwe Ora Jamu.
MENGENAKAN celemek, sembilan orang peserta itu duduk menghadap meja yang telah tersedia beberapa bahan, termasuk jenis tanaman obat.
Di meja lainnya yang berada terpisah, terdapat botol-botol berisi cairan dengan berbagai nuansa kekuningan dan kecokelatan. Mengingatkan pada berbagai jenis jamu yang sudah terkenal lama di Tanah Air.
Nyatanya, kelas yang digelar, Sabtu (16/2), di Bar Jamu Salihara, Jakarta, itu, memang merupakan kelas membuat jamu. Di gelar Suwe Ora Jamu, kedai yang kemudian rutin menggelar pelatihan membuat jamu, kelas ini bukan hanya diikuti anak muda Jakarta, melainkan juga ekspatriat.
Sesuai dengan para peserta kelas yang tidak sedikit dari generasi milenial, jenis jamu yang diajarkan pembuatannya juga kekinian. Contohnya, beberapa jenis sajian minuman kunyit, yakni kunyit squash, kunyit shot, dan kunyit latte.
Beragam minuman itu diajarkan dengan penuturan yang jelas dan segar oleh Nova Dewi Setiabudi, pendiri Suwe Ora Jamu. Berbusana kebaya kutubaru dan kain selutut, ia menerangkan sambil berdiri di ruang kosong di tengah rangkaian meja itu.
Tidak hanya soal pembuatan, Nova melengkapi penjelasannya dengan manfaat setiap jenis jamu, termasuk manfaat kesehatan termasuk untuk detoksifikasi, manfaat kesehatan terkait dengan gender, hingga manfaat kecantikan.
Chaterina, salah seorang peserta, mengaku manfaat detoksifikasi yang membuatnya tertarik datang. "Karena keluarga saya ada yang kurang sehat, jadi sangat membantu," terang perempuan berusia 26 tahun itu.
Pelatihan kali ini merupakan pelatihan kedua baginya. Pada pelatihan pertama, ia lebih tertarik untuk mengetahui jenis jamu bagi kesehatan dan kecantikan.
Sementara itu, seorang peserta asal Jepang, Rio Ona, mengaku tertarik belajar membuat jamu karena merupakan jenis minuman yang tidak ditemui di negaranya. "Ini (jamu) sangat menarik dan mengagumkan karena di Jepang kami tidak menggunakan ini dan tidak menjumpai di supermarket. Kami tidak menggunakannya dalam keseharian," ujar Rio Ona, 26, yang mengaku sudah dua kali mengikuti pelatihan jamu.
"Suwe Ora Jamu dari 2012. Kita awalnya mengenalkan pengalaman ritual minum jamu itu ceritanya bagaimana. Ada pengalaman apa yang perlu kita angkat, kita kembalikan lagi ke masa hari ini," ucap perempuan pendiri Suwe Ora Jamu itu.
Suwe Ora Jamu didirikan pada 2012, sedangkan pelatihan jamu baru setelah setahun berdiri, pada 2013, di Jakarta, Bali, dan Surabaya. Jamu bukan sekadar minuman, melainkan juga warisan budaya yang bertujuan menyehatkan jiwa raga secara alami dengan bahan alami.
Bar jamu
Selain pelatihan, Suwe Ora Jamu yang berdiri pada 2012 juga membuat bar jamu. Nama bar yang identik dengan kehidupan modern itu menjadi cara untuk menyejajarkan jamu dengan minuman lain dan menarik perhatian generasi kekinian.
"Kita bikin konsep namanya bar jamu karena kita (ingin) menaikkan jamu Indonesia ini supaya keren, kekinian. Kita ingin jamu ini enggak ketinggalan zaman juga. Terutama untuk anak-anak muda yang kita ingin dekatkan lagi dengan heritage (warisan), dengan budaya jamu kita," tambah Nova yang mengaku menyukai jamu sejak kecil.
Nova mengenang, pada awal mengadakan kelas jamu, apresiasi dari masyarakat dalam negeri masih sangat rendah, bahkan kalah dengan apresiasi dari para ekspatriat.
Jamu telanjur dikesan sebagai minuman orangtua, ketinggalan zaman, tidak kekinian, bahkan rasanya pahit. Nova banyak melakukan terobosan untuk membuat jamu yang diterima generasi muda. Selain dengan menyajikan jamu dalam bentuk kekinian, Nova juga membuat jamu dengan rasa yang disesuaikan dengan selera muda. Ia menyajikan jamu dengan warna kekinian. Demi satu tujuan, generasi muda mau mencoba jamu.
"Kita dekat dengan anak-anak muda itu kita harus cari selanya (celah), men-develope (mengembangkan) rasa-rasa jamu yang lebih bisa diterima karena kalau enggak suka kan enggak mau coba atau enggak mau menikmati secara berkala. Jadi, kita ingin menampilkan, mengenalkan bahwa jamu itu gak semuanya pahit. Jamu itu bukan obat, jamu adalah sebuah proses," tambah Nova. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved