Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Jelajah Bali dengan VW Safari

Dzulfikri Putra Malawi
04/4/2015 00:00
Jelajah Bali dengan VW Safari
()
Tubuh kami berguncang-guncang ketika VW Safari yang kami tumpangi mencoba melewati kawasan kawah Gunung Batur, Kintamani, Bali. Mobil klasik bergaya cabriolet (mobil dengan atap yang dapat dilipat) ini akhirnya menunjukkan kegagahannya dan berhasil melewati kawasan dengan kontur bebatuan dan pasir yang sulit dilewati itu.

Setelah sempat tegang, para turis yang menumpang mobil tersebut pun memancarkan wajah ceria. "Begitu mengesankan menjelajah Pulau Bali dengan mobil klasik ini," ungkap turis asal Wien, Jerman, Birgit kepada Media Indonesia yang turut menjajal jalur ekstrem tersebut, Kamis (2/4).

Tampilnya VW Safari sebagai kendaraan wisata tidak lepas dari Eka Parama Artha, 40, yang kini mengetuai perkumpulan VW Safari Bali. Kolektor mobil dan motor antik itu sudah menggeluti dunia pariwisata dengan VW Safari sejak 1993 dengan tiga armada yang dimilikinya.

Kini sekitar 100 mobil terdata resmi dalam kelompok hobi sekaligus usaha itu dari sekitar 150 VW Safari yang beredar di Bali. Dengan adanya kelompok tersebut, para pelaku bisnis VW Safari itu bisa menjalankan usaha mereka dengan baik dan kompak.

Manfaat itu diakui Alvin, yang baru bergabung 3,5 tahun lalu dengan memanfaatkan satu mobil VW-nya. Menurut Alvin, setiap pesanan yang datang bisa dikelola dengan baik. Itu disebabkan pengoperasian mobil antik itu butuh perawatan khusus. Mobil VW hanya mampu mengangkut 20 kali perjalanan dalam sebulan. Hari lainnya digunakan untuk perawatan.

Keberadaan VW Safari juga turut menguntungkan para pelaku bisnis biro perjalanan yang menjual paket perjalanan. Hal itu pun diakui salah satu staf biro perjalanan yang biasa mendatangkan turis dari Eropa, Grace Hariono, 27.

Biro perjalanan tempat wanita yang besar di Jerman itu bekerja mematok tarif sekitar 60 euro atau setara Rp845 ribu per mobil per 10 jam untuk menikmati tur dengan menggunakan VW Safari.

Rute yang ditawarkan cukup sebanding. Perjalanan lebih dari 50 km ditempuh dalam waktu setengah hari bila memilih rute Bali Barat, Tanah Lot, dan Bedugul yang jadi tujuan utama. Sementara itu, jika memilih rute Bali Tengah, wisatawan akan dibawa ke Ubud dan Kintamani. Lalu untuk rute Bali Timur akan menuju Besakih.

Harga yang dipatok untuk wisatawan lokal sedikit lebih murah, yaitu Rp700 ribu per mobil selama 10 jam waktu penyewaan. Tahun 2012-2014 menjadi puncak kejayaan tur VW Safari. Keuntungan bersih bisa dicapai hingga Rp4 juta per bulan. Belum lagi jika ada penggunaan khusus seperti pernikahan dan FTV yang marak di tahun tersebut.

"Sebesar 35%-45% digunakan untuk beli bensin dan perawatan. Keuntungan sekitar 20% dari harga tur," ungkap Putu Eka, nama panggilan Eka Parama Artha, kepada Media Indonesia, saat ditemui di Sanur, Bali, awal April ini.

Pertahankan ikon
Namun, untuk tahun ini, keuntungan tersebut menurun drastis hingga 50%. Hal itu terkait dengan iklim pariwisata yang sangat sensitif dengan kondisi perpolitikan di Indonesia. Misalnya, travel warning yang dikeluarkan beberapa negara akibat pemberitaan eksekusi warga asing yang sempat memanas sejak awal tahun dirasakan benar dampaknya oleh para penyedia jasa tur ini.

"Bisnis rental mobil lain pun kini terjun bebas, sepi turis. Banyak turis yang memilih hanya untuk tinggal di hotel saja," kata Putu.

Pelaku bisnis pariwisata juga merasakan penurunan pendapatan yang drastis. Putu mengakui saat ini sangat sulit mencari turis, bahkan untuk lima kali dalam sebulan saja saat ini sudah bagus.

Akhirnya untuk menyiasati sepinya order, para pemilik mobil VW Safari dan sopirnya menjadi pekerja serabutan. Mereka terkadang membawa armada rental mobil modern.

Kondisi itu tidak membuat para anggota komunitas VW Safari Bali patah semangat. Mereka optimistis dapat  mempertahankan ikon wisata tur klasik Bali itu. Kultur usaha yang tanpa persaingan itu pun menjadi sisi positif dari semangat untuk menaikkan pamor.

Pelaku bisnis yang rata-rata ialah kolektor dan penghobi VW Safari itu sejak 2010 sudah mulai menerima order dari perusahaan-perusahaan, tidak lagi perorangan. "Hal ini cukup membantu kami untuk bertahan hidup. Saat ini porsinya 50%-50% dengan penyewa individual," papar Putu.

Pasar sendiri
Walaupun banyak armada transportasi yang modern saat ini dan kian bertambah, VW Safari tetap punya pangsa pasar sendiri. Alasan itu yang membuat pangsa pasar mobil klasik tidak hanya didominasi orang-orang tua yang ingin bernostalgia, tapi juga anak-anak muda yang ingin mendapatkan pengalaman baru.

"Bagi kami pemilik, kenikmatan tersendiri bisa menyetir VW, sedangkan turis akan memberikan kenangan manis. Karakter mobil ini yang terbuka tanpa jendela bersinergi dengan keindahan alam Bali dan panas matahari yang bisa dinikmati langsung bagi turis mancanegara," jelas Putu.

Turis pun sudah dipastikan tidak akan bosan sepanjang perjalanan karena jarak objek wisata satu daerah ke daerah lainnya dalam satu rute tidak memakan waktu lama. Rata-rata hanya 30-60 menit.

Tidak sedikit pula biro perjalanan yang menjual paket tur yang dikemas secara eksklusif. Hutan dan gunung pun mampu ditempuh. VW Safari menjadi tur perjalanan petualangan di Bali yang nyata. (M-5)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya