Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Seni di Gelas Latte

Abdillah Marzuqi
18/11/2018 02:20
Seni di Gelas Latte
(MI/ADAM DWI)

MIRIP seperti lukisan, bedanya bukan di atas kanvas, melainkan di atas kopi atau latte. Begitulah latte art yang merupakan seni untuk memperindah tampilan minuman.

Tangan para seniman latte art dituntut sigap dalam menghasilkan motif yang indah. Tangan kiri memegang cangkir yang sudah berisi kopi dari mesin espreso, sedangkan tangan kanan mereka menuang susu yang sudah diproses uap (steaming) ke dalamnya. Motif-motif indah dihasilkan dengan cara menuang yang bervariasi atau ditambahkan goresan tertentu setelah penuangan.

Objek yang dibuat sebisa mungkin meniru bentuk nyata, mulai daun hingga motif hewan berupa gajah, kalajengking, ataupun angsa.

Di acara Rembug Kopi yang berlangsung pada Sabtu (27/10) di Gedung Smesco, Jakarta, latte art salah satu yang dibicarakan. Meski sudah cukup banyak dikenal, nyatanya masih ada kekeliruan dasar pemahaman.

"Latte art itu banyak yang berpikir bahwa itu adalah kesenian kopi. Sebenarnya bukan, cuma itu memang cikal bakal. Kalau dari segi bahasa, latte art itu kesenian yang berbahan dasar susu. Latte itu bahasa latin dari susu. Sedangkan art itu seni. Jadi, seni susu," terang Ardian Maulana.

Adrian memang fasih berbicara latte art karena ia salah satu pendiri Indonesia Latte Art Artist (ILAA). Komunitas itu berdiri sejak 2014, tapi pencanangan komunitas itu sejak 2013. Ardian menuturkan, jika komunitasnya berawal dari keinginan memopulerkan profesi barista.

"Kalau 2014 dulu, itu cuma barista saja. Malah orang mau masuk, kita seleksi dulu. Bener gak bisa bikin latte art. Itu tahun pertama. Sekarang meluas," terang Ardian kepada Media Indonesia, Sabtu (27/10) di sela-sela acara Rembug Kopi di gedung Smesco, Jakarta.

Seiring waktu dengan antusias masyarakat umum bergabung, ILAA melonggarkan latar belakang keanggotaan. Hampir mencapai usia lima tahun, ILAA saat ini mempunyai kagiatan bermacam-macam yang terbagi menjadi tiga kategori, yakni community partner, coffee profesional, dan event organizer. Dalam pelaksanaannya, ketiga kategori kegiatan program bersifat internal, seperti gathering dan sesi berbagi dengan sesama anggota komunitas. Sementara itu, sifat eksternal ketika mereka membuat kegiatan dengan melibatkan pihak luar yang bukan berasal dari anggota ILAA. Lalu kegiatan sosial, ketika ILAA berbagi inspirasi dan kisah tentang sosok-sosok yang sukses melalui kopi.

"Kita melibatkan member maupun nonmember untuk beramal, misalkan, ke anak-anak jalanan. Kita berbagi motivasi, berbagi mimpi tentang kita bisa kok sukses lewat kopi," lanjut Andrian.

Lintas generasi
Anggota ILAA saat ini lintas generasi dan lintas profesi. Tidak hanya barista, tetapi juga petani boleh bergabung menjadi anggota ILAA.

"Jadi, lintas generasi, beragam latar belakang, dari yang cuma penikmat kopi hingga pemilik kafe, barista petani, bahkan sampai yang suka servis mesin. Dari yang paling tua itu petani kopi, sama yang paling muda 13 tahun. Itu barista yang bapaknya senang banget kopi," sambungnya.

Hingga saat ini, tercatat 800 anggota ILAA. Dari jumlah tersebut anggota aktif sekitar 250 orang.

Dengan ragam anggota itulah ILAA menjadi wadah untuk berbagi ilmu dan meluaskan jaringan. Salah satu anggota ILAA, Azi kardian Wicaksono (25) mengaku mendapat banyak manfaat dari ILAA.

"Pertama, pasti tambah relasi, tambah teman. Kedua, dapat ilmu dari prefesional kopi. Gak cuma dari Jakarta, tapi dari Sabang sampai Merauke. Itu ada semua. Jadi, kita bertukar informasi tentang perkembangan kopi saat ini ataupun apa pun itu yang berhubungan dengan kopi. Itu sih yang jadi seru," tegas Azi yang menjadi member ILAA sejak 2015.

Senada dengan Azi, Vrama Erby Gardhika (23) juga mengaku hal yang sama. Setelah bergabung dengan ILAA, pria yang kerap disapa Botel itu mengaku banyak mendapat ilmu, meskipun ia mengaku, awalnya masuk menjadi anggota karena tertarik kemeja ILAA.

"Lama kelamaan jadi tahu, dimasukin ke grup, banyak manfaatnya dari sharing tentang kopi, latte art, terus manual brew, dari hulu ke hilir semua dapat manfaatnya di situ," terang Botel yang menjadi anggota ILAA sejak 2015.

Selain berbincang tentang kopi dengan segala seluk beluknya, Ardian juga mengaku sering berbagi tentang nilai kopi. Bagi Ardian, kopi tidak ubahnya seperti hidup yang dinamis. "Kopi itu hidup," ujar Andrian.

Pandangan itu pula yang membuat Andrian sering menolak pandangan bahwa barista hanya berurusan dengan kopi. Sebaliknya, barista harus juga berfikir tentang pelayanan konsumen, dan bersosialisasi dengan mereka.

"Kita itu bukan hidup buat kopi, bukan. Kopi itu hanya media kita untuk berkomunikasi, untuk bersosialisasi, untuk berbagi kesukaan, kenikmatan, hobi," sambungnya.

Rupanya Botel juga mempunyai pandangan yang sama. "Kopi itu hidup. Kalau kita memperlakukan kopi dengan kasih sayang, pasti rasa dihasilkan enak. Kalau kita memperlakukan kopi biasa saja, flavour-nya kurang," terang pria yang menyabet juara pada ajang Barista Masa Kini (Bamski) 2018. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya