Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
Rak besi itu menampung aneka tas, mulai ransel buat sekolah dengan warna serba merah muda yang imut, tas tangan perempuan nan anggun hingga tas pinggang kekinian yang gaya terbarunya adalah disilangkan di bahu dan dipamerkan di dada saat mejeng di Instagram.
Ada pula tumpukan paket siap kirim yang telah dilapisi plastik, lengkap dengan label alamat. Didalamnya, ada dompet yang akan dikirim ke Ciomas Bogor, Jawa barat, hingga ransel dari kulit sintetis yang dilengkapi dompet dan tas bahu mungil yang siap diantar ke Sawahan, Surabaya, Jawa Timur.
"Sebagian tas dan dompet yang dijual lewat Instagram, tasgeulisbandung.co.id dan toko-toko daring lain itu kami produksi sendiri, walaupun ada juga sebagian yang kami ambil sudah jadi dari konveksi-konveksi lainnya," ujar Asep Saripudin, pendiri Tas Geulis Bandung, ketika dijumpai di rumah sekaligus lokasi usahanya di Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (13/6).
Bermodal jejak panjang aneka konveksi di Bandung yang piawai menghasilkan tas, dompet, pakaian hingga sepatu, mulai yang murah meriah hingga premium, Asep berfokus pada tas-tas yang harganya mayoritas dibawah Rp100 ribu, dengan desain yang senantiasa diperbaharui nyaris setiap bulan, yang dipasarkan daring. Alasannya, berjualan dengan medium internet menghemat bahkan memangkas aneka ongkos sekaligus memperluas jangkauan pasar.
Cepat dan tepat
Kuncinya, kata Asep, pebisnis yang berfokus pada pasar di media sosial dan toko daring, harus mampu memenuhi hasrat belanja konsumennya yang selain menuntut barang sesuai gambar, juga menginginkan produknya sampai secepat ia mengklik.
Maka, pilihan pada perusahaan jasa pengiriman atau logistik menjadi penentu utama. "Harus cepat dan pelayanannya bagus, dipastikan sampai ke pemesan. Ini penting, jangan sampai kita sudah layani sebaik mungkin, dengan menjaga komunikasi pada pelanggan, siap chat, aktif di WhatsApp, perbaharui barang di toko online, tapi sesudah ada yang pesan dan bayar, ternyata terlambat sampai atau bahkan nyasar," ujar Asep yang tergabung sebagai Jawara untuk regional Bandung dan sekitarnya, di sebuah jejaring toko daring bersama para pengusaha-pengusaha muda lainnya.
Selain jualannya jago, Jawara juga dipilih karena aktifitasnya buat berbagi kiat di berbagai forum pemberdayaan sesama pengusaha daring. "Kami punya komunitas untuk saling belajar, ada yang sudah sangat jago, dengan yang masih belajar, di sana saling berbagi semangat dan kiat praktis," kata Asep yang bersama para Jawara baru saja berjumpa dengan anggota komunitas lainnya pada diskusi bertema Jualan Jalan Terus pada September lalu.
Kolaborasi di Toko ErJu
Sama-sama Jawara, pun juga aktif berbagi di forum yang saling menguatkan mereka yang total di daring, pun berkolaborasi dengan banyak pihak, mulai pemasok hingga jasa logistik, ada pula kisah Ernest Yosua, sang juragan Toko ErJu, juragan di kios digital di tiga toko daring.
Ditemui di hari yang sama, di bangunan yang awalnya ditinggali keluarganya, dan kini difungsikan sebagai lokasi usaha, Ernest yang merintis bisnis berjualan camilan daringnya sejak 2015 itu mengoperasikan bisnisnya dari tiga ruangan yang masing-masing punya fungsi berbeda.
Di ruang tamu ada tim administrasi yang bertugas mengelola pesanan dan pengiriman, termasuk melayani pertanyaan dari pembeli. "Buat produk makanan seperti ini memang harus ekstra hati-hati mengemas dan memilih perusahaan kurir, ada lapisan plastik bubble, karton bekas, plastik untuk memastikan makanan itu sampai di tangan konsumen dengan baik, tidak hancur dan tentunya tepat waktu karena kan terkait kadaluarsa,"ujar Enest yang tengah bersiap mengirim pesanan-pesanan itu ke lokasi JNE, perusahaan eskpedisi yang menjadi langganan utamanya.
Empat karyawan ErJu hilir mudik menerima dan sesekali menjemput stok, mengemas pesanan hingga mengantarnya ke lokasi ekspedisi. Roda ekonomi pun berputar, rangkaiannya dimulai dari kebun-kebun petani yang sebagian besar tersebar di Tatar Sunda, menuju ke dapur-dapur, lokasi produksi aneka penganan yang memadukan harmoni antara rasa dengan kreatifitas. Menggunakan medium digital sebagai penghubung, sang produsen itu lalu terhubung dengan pemilik toko di dunia maya.
Medium teknologi
Pun, teknologi pula yang kemudian mengantarkan pesanan berupa aneka camilan berbasis aneka bahan lokal, mulai singkong, pisang sale hingga talas itu ke tangan perusahaan jasa antar, dan dengan bantuan armada, mengirimnya hingga ke pemesan dari seantero nusantara.
Berikutnya, ada ruangan yang difungsikan sebagai gudang. Di rak-rak besi itu berjajar aneka camilan yang bukan cuma nama dan kemasannya yang istimewa, namun rasa dan bahan baku yang digunakan juga tak kalah kreatif. Ada Pikyem alias keripik peuyeum yang berbahan tapai singkong, Sangar Cimol yang terinspirasi jajanan cimol yang biasanya digoreng mendadak, dikemas dengan gambar efek bola api, mencerminkan rasanya yang pedas.
Ada pula Cokelat Mantan yang sejatinya cokelat dengan susu dengan potret perempuan galau didepannya, Ginding Cuankie Express yang dikemas dalam mangkuk seperti lazimnya mi instan dalam gelas siap saji, langsung dapat disiram air panas dan beberapa menit berikutnya sudah menghidangkan tahu dan siomay kering berkuah.
Favorit pembeli lainnya, Mommy Seblak Basah Instan yang memberi kesempatan bagi penduduk Papua atau penjuru Indonesia lainnya, pun mereka yang tinggal di luar negeri yang penasaran atau rindu dengan sosok jajanan berbahan kerupuk bertekstur kenyal itu. Total, sedikitnya ada 300 jenis camilan yang dijual Ernest yang semuanya telah divalidasi, minimal nomor registrasi PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan setempat.
Sementara, di ruangan paling belakang, Ernest sehari-hari ngantor buat mengembangkan bisnisnya pun menjalankan perannya sebagai aktivis komunitas pebisnis daring. "Saya termasuk beruntung karena sebetulnya sudah menjajaki bisnis sejak 2010, tapi ada banyak teman lain yang mulai dari nol. Berbagi itu seru, nambah teman dan ilmu juga karena dalam forum kopi darat itu juga datang yang omsetnya jauh lebih besar. Persaingan ada, tapi karena market online ini sangat besar, maka peluangnya masih cukup besar dan rezeki akan datang sesuai upaya kita," ujar Ernest yang juga rutin menggagas dan mengikuti aneka forum pembelajaran sesama pedagang daring.
Ernest mengakui, bisnis digital bukan cuma istimewa karena mudah dimasuki siapapun yang ingin belajar, bahkan bisa dirintis dengan modal sangat terbatas, seperti yang terjadi pada sesama pegiat forum yang tinggal di Kabupaten Bandung yang bahkan belum paham tentang surat elektronik dan harus turun dari desanya yang berada di dataran tinggi untuk mencari sinyal. Namun, seperti bisnis lainnya, komitmen dan persistensi menjadi kuncinya.
"Awalnya saya bermodal keliling dari satu toko makanan ke toko lainnya, sekarang kan produsen yang datang dan minta barangnya dijual. Tapi, toko kami juga tak akan bisa seperti ini tanpa kreatifitas mereka," kata Ernest yang memilih membeli kardus bekas suntuk kemasan dari pemulung kampung sekitar dan membelinya per satuan, kendati lebih mahal.
Pun, ia memilih berbelanja grosiran di toko tradisional, khusus untuk produk berskala pabrikan, bukan di jaringan modern, sebagai kontribusi menjaga hidup para perintis dunia perniagaan.
Kolaborasi itu terus berjalan, divalidasi transaksi yang jumlahnya hingga 2.000-an, yang dibukukan Erju per bulan, juga kian kencangnya pertukaran semangat dan kiat dalam forum-forum pembelajaran wirausaha. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved