Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Hikayat Alis, Disulam Laksana Helaian Asli

Iis Zatnika
01/10/2018 19:00
Hikayat Alis, Disulam Laksana Helaian Asli
(Dok Browlab )

Alis selalu menjadi topik seru buat perempuan pehobi dandan. Meme-meme jenaka yang menggambarkan kehebohan perempuan yang mesti ekstra fokus dan berlama-lama di depan cermin buat mengukir alisnya, memvalidasi pentingnya pembingkai wajah itu. Generasi 90-an pasti akrab dengan aris Krisdayanti yang teramat fenomenal saat itu. Melengkung tegas dan sekali pandang, penganut gaya ini bisa langsung dikenali.

Kini, para milenial yang dibombardir para influencer yang hilir mudik di Intagram-nya, menganut gaya ali dengan ketebalan yang tegas, dengan lengkungan yang tak terlampau aktraktif dan berefek natural. Namun, sekali pandang, tetap saja, penganutnya juga dapat langsung dikenali.

Namun, istimewanya, gaya alis yang tebal, bervolume dan berukuran tegas itu, ternyata bisa dibilang, identik dengan Indonesia. Masing-masing negara, termasuk Asia, punya kisah dan gaya beragam tentang alisnya.

Perempuan-perempuan Korea Selatan, yang kini jadi salah satu acuan di negeri ini, ternyata identik dengan alis yang cenderung lurus tanpa lekuk. "Supaya kesannya kami terlihat muda. Alis yang lurus akan membuatmu selalu terlihat sebagai remaja," ujar So Hyun, jurnalis Korea Selatan bersama Media Indonesia mengunjungi Australia awal tahun lalu.

Ragam cerita tentang alis, tak kalah seru dikisahkan Clara Jessyln, pemilik Browlab Studio dalam peluncuran salon alis, kuku hingga bulu mata palsu semi permanen, yang terletak di Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (26/9).

"Kalau orang Korea senang dengan bentuk yang lurus speerti itu memang masuk akal karena bentuk wajahnya yang mayoritas lebih lonjong dari kita dan bentuk mata mereka. Untuk wajah Indonesia, tidak bisa serta merta diterapkan," ujar Clara yang mengelola salonnya bersama sang kawan, Leny Apritasari, keduanya bersama tim melayani sulam alis pada perempuan dan laki-laki.

Perempuan Eropa atau kaukasia, kata Clara, lebih menyukai efek goresan pinsil alis. Sementara, perempuan Asia, walaupun menjalani prosedur sulam yang menjadikan alisnya artifisial, menginginkan, sulaman yang dilakukan digoreskan menyerupai bulu-bulu asli.

"Begitu pun warna, menyesuaikan dengan rambutnya, perempuan kaukasia berambut pirang cenderung menyukai warna alis cokelat. Sebaliknya, orang Asia lebih memilih hitam atau cokelat kehitaman," ujar Clara yang menggunakan jarum dan pewarna untuk menyulam alis juga bibir, dengan saya tahan hingga 2 atau 3 tahun saja.

"Karena yang kami lukis hanya di bagian atas kulit, tidak sampai ke bagian dalam kulit sehingga tidak akan menghasilkan efek biru atau hijau ketika tintanya habis," ujar Clara yeng melakukan prosedur itu selama 30 hingga 45 menit setelah sebelumnya memberikan simulasi dan berbagai opsi pada kliennya.       

Dengan jarum dan tinta yang menghasilkan efek semi permanen, dua atau tiga tahun berikutnya, ketika tren alis kembali berubah, maka bingkai itu kembali bisa diubah, sesuai lengkung, efek dan ketebalan yang tengah mengemuka.  



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya