Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Cemilan Lyna Semakin Membahana

Yose Hendra
01/10/2018 19:08
Cemilan Lyna Semakin Membahana
Lyna Susanti pengusaha kacang balado(Mi/Yose Hendra )

Seringkali ditinggal suami karena proyek di luar kota, membuat Lyna Susanti, 48, berpikir untuk membuka usaha pengobat kejenuhan, dan
untung-untung memikat suami untuk terlibat membesarkan. Impian lima tahun lalu tersebut, kini terwujud. Bahu membahu dengan
suami dan anak, Lyna cukup sukses di usaha kacang balado dan beragam cemilan lainnya.

Kala menyambangi rumah sekaligus dapur usaha bermerk dagang ‘Cemilan Lyna’ ini di  Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, pertengahan September, Lyna bersama suami, Afridon, 53, dan si sulung, Suwanto, 28, sibuk di dapur, sibuk memproduksi cemilan yang hendak dijual.

Lyna bersama suami, sibuk di masing-masing tungku penggorengan, sementara Suwanto tanpa lelah mencetak cemilan sesuai dengan tekstur yang diinginkan. Kerja sama ini sudah dilakoni sejak 3 tahun terakhir. Sejak Afridon memutuskan untuk tidak lagi bekerja sebagai tim monitoring atau pengawas lapangan tambang mangan. Lalu Suwanto setamat kuliah memutuskan untuk membesarkan usaha rintisan sang ibu. Alhasil, mereka mengerjakan bertiga dari hulu hingga hilir.

“Akhir 2013, karena mikir tiap sebentar ditinggal bapak, dan kadang sampai 2 bulan. Saat itu bapak sebagai pengawas lapangan tambang mangan di Sijunjung, di situ berpikir, awak (saya) sehat tapi kok bermenung-menung. Maka terpikir, ingin berusaha membantu suami. Ingin
mencari kegiatan. Supaya berkelanjutan? Kala suami tidak ada proyek, bukan seperti habis snack, langsung habis. Maka saya survey ke kedai.Apa yang belum ada. dilihat kacang tojin ada. Nah, kacang balado belum ada,” kisah Lyna.

Bagaimana supaya enak cabainya? Lyna tanpa lelah dan patah arang, terus mencoba. Ada gagal. Tapi ini menjadi pengalaman, dan untuk terus  dibuat lagi.

“Buat sekilo kacang. Masih ada kurang. Langsung lempar ke kedai. Berhasil. Tapi masih ada rasa kurang. Berguru ke pengalaman,” ujarnya.

Survey pasar yang dia lakukan mendapati sudah ada ‘pemain’ di usaha kacang balado. Misalnya, Lyna menemukan, di beberapa warung sekitar Batu Gadang, sudah menjual kacang balado. Namun Lyna tetap nekad, kudu yakin, kalau rezeki itu telah diatur. "Rezeki orang, rezeki orang. Rezeki awak, rezeki awak,” ucapnya.

Dia pun yakin, tidak semua warung atau pun gerai bisa diisi oleh pengusaha kacang balado yang telah ada. Sehingga dia pun memberanikan
diri mengisi warung-warung yang belum ada menjual kacang balado. Lalu keluar dari Batu Gadang, menyasar warung-warung lain di area yang lebih luas. “ Tiap hari produksi ditambah, dan dicari tempat baru untuk penjualan. Saya sendiri mengantarkan pakai motor,” katanya.

Lyna memulai usahanya dengan modal awal Rp.500.000. uang tersebut dipakai untuk membeli 1 kg kacang, dan kebutuhan bahan pendukungnya.

Merajai Padang
Usaha rumah tangga ini, boleh dikatakan sudah merajai pasar di Kota Padang. Saat bersamaan, juga telah merambah beberapa daerah di Sumatra Barat. Cemilan Lyna bisa dijumpai di etalase atau rak di pusat oleh-oleh di Kota Padang seperti Mahkota Asli, Mahkota Batas Kota, Buk Kai, Bundo anduang, Citra Mandiri, Uwan, Umi Swalayan, dan Iim di Lubuk Buaya.

Sejatinya tidaklah mudah memasukkan usaha kuliner atau pun cemilan ke pusat oleh-oleh yang sudah punya nama. Sebab, mereka kadang sudah punya produsen, atau memproduksi sendiri. Lyna pun demikian, mengalami beberapa penolakan dari gerai ternama. Berkali-kali ditolak, Lyna pantang surut.

Suatu waktu, Lyna mendapat pelatihan dari Lembaga Pengkajian & Pemberdayaan Masyarakat (LP2M). Diakuinya, pelatihan kewirausahaan yang diadakan LP2M, selain menambah kapasitas sebagai pelaku usaha, tapi juga membuka jaringan pemasaran. “Pelatihan LP2M, banyak bertemu motivator atau pengusaha oleh-oleh. Pas jeda ditemui mereka. Misal pemilik Mahkota, Ummi,” ungkap Lyna.

Hal demikian menjadi salah satu faktor mengapa Lyna bisa menembus pusat penjualan yang sudah tertata dan dikenal luas. Selain mengisi gerai-gerai besar, cemilan Lyna juga beredar di lepau-lepau di kawasan Indarung.

Pelan-pelan, Lyna mulai melebarkan sayap pemasaran di luar Padang. Saat ini,  Lyna dan suami atau kadang bersama anaknya, memasarkan ke Pasaman Barat, Padangpariaman, Solok, Batu Sangkar, Muara Labuh, Alahan Panjang. Di sana, Lyna mengisi mini market atau pun pusat grosir yang ada. “Rencana ekspansi dalam waktu dekat ke Sungai Penuh, Jambi,” ujarnya.

Kuncinya Pada Rasa
Mempertahankan rasa lebih sulit dibanding menemukan rasa. Lyna menyadari kunci bisnis makanan adalah rasa. Rasa yang selalu konsisten. Konsistensi rasa menjadi kunci pasar menerima. Dengan begitu, tidak ada alasan untuk tidak masuk di etalase gerai oleh-oleh khas Padang atau Minang yang sudah dikenal luas publik.

Lyna bukanlah bermain tunggal di bisnis ini. Banyak orang yang telah berkecimpung di bisnis cemilan yang dijual Lyna. Cemilan andalannya, kacang balado, pun demikian. Namun, Lyna perlahan-lahan mampu menembus pasar yang sudah populer seperti pusat oleh-oleh Mahkota. Dalam seminggu, Lyna mengaku memasok kacang balado sebanyak  4 kali, dengan jumlah total 80 kg.

Rata-rata sebulan, Lyna menghabiskan 300 kg kacang mentah untuk diproduksi menjadi kacang balado. Keberhasilan Lyna menembus pasar, tidak terlepas dari kualitas rasanya. Kualitas ini berhulu dari cabai pilihan, lalu proses pengolahannya.

Lyna mengaku, untuk polesan lado-nya, dipilih cabai berkualitas tinggi. Kemudian dia sendiri mencuci, sebelum digiling ke pasar tempat
langganan.Konsistensi di rasa, memastikan kacang balado produksi Lyna dan keluarga diterima pasar. Alhasil, saat ini, untuk ukuran 120 gram (besar), dia meraup omset Rp.24 juta per bulan. Sementara ukuran kecil membantu pemasukan sekitar Rp.6 juta. Sehingga rata-rata, omsetnya sudah berada di angka Rp.30 juta per bulan.

Buah usaha ini, nyatanya menjadi jalan rezeki melancarkan perjalanan kuliah sang anak, Agung Riyadi, 25, di Universitas Bung Hatta. “Tahun
2015, bapak tidak lagi bekerja, sementara Agung masih kuliah. Untung usaha ini mulai lancar memberi penghasilan, sehingga bisa menamatkan kuliah Agung,” kata Lyna.

Dukungan Suami dan Anak
Pencapaian Lyna di usaha kacang balado dan juga penganan lainnya tidak terlepas dari dukungan suami, Afridon, dan sang anak, Suwanto, 28. Keduanya saat ini penopang berjalannya usaha Cemilan Lyna. Afridon sejak awal sangat mendukung ketika Lyna memutuskan untuk buka usaha, di tengah aktivitasnya berbulan-bulan di luar kota. Lyna mengaku, untuk modal awal buka usaha, dengan besaran Rp.500 ribu, merupakan belanja yang diberikan suami.

“1,5 tahun terakhir saya bahkan fokus untuk terlibat usaha ini. Tidak boleh balik sama istri. Kini, selain saya ikut proses produksi, juga
pergi ngampas ke luar,” beber Afridon.

Dia mengaku, buka usaha rumahan, lebih tenang dari sisi kehidupan, teratur secara jam kerja. Namun demikian, usaha rumah tangga ini bukan tanpa persoalan. Menurut Afridon,  sekarang banyak permintaan. Tapi persoalan modal (alat), menyebabkan produksi terbatas.

Solusinya, seperti perekrutan tenaga kerja juga terkendala modal. Maka itu, mereka bahu membahu kerja siang malam memproduksi, lalu pergi menjajakan ke luar kota, mencari pasar baru.

Pengembangan ke Depan
Meski usahanya sudah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, Lyna dan keluarga belum mau berpuas diri. Ke depan, dia ingin terus menambah produksi, meluaskan pasar.

Untuk meraihnya, dia menyadari, kapasitas wirausaha terus dikembangkan, sehingga perlahan beralih menjadi pengusaha yang terbilang sukses. Dia pun terus belajar banyak hal, termasuk aktif di kelompok dampingan LP2M yang mendorong penajaman kapasitas Ke depan, Lyna ingin membesarkan usahanya. Dia menyadari butuh banyak tantangan untuk mencapainya, dan harus lebih banyak mengakses kesempatan seperti peluang-peluang dari pemerintah.

Waktu paling dekat, Lyna berencana menjajaki peminjaman kredit usaha rakyat (KUR) kepada bank pemerintah. Jika hal itu dapat, Lyna ingin
menggunakannya untuk membeli alat pencetak kue berbasis listrik. Keinginan Lyna, bergayung sambut dengan program pemerintah.
Di samping itu, pihaknya akan merekrut pekerja untuk mendongkrak produksi, sembari mencari pasar baru.

“Kita optimis. Rencana habis tahun ini menjajakan ke luar kota. Ambil mobil box. Lalu buka gerai juga,” pungkasnya.

Optimisme Lyna sebetulnya gayung bersambut dengan program pemerintah dalam kerangka memajukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dinas Koperasi dan UKM Sumatra Barat, misalnya, membentuk Gerakan Terpadu (GARDU KUMKM) dengan melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan stakeholder lainnya.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, Zirma Yusri dalam Pembangunan Koperasi dan UKM di Provinsi Sumatra Barat tahun 2018, menyusun langkah strategis mengerek UMKM menuju kemakmuran.

Antara lain,  mengupayakan dan memantapkan kawasan atau sentra-sentra produk UMKM berdasarkan pengelompokan produk dan kedepan akan ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Sumatra Barat, melakukan bimbingan teknis kelembagaan UMKM di kawasan sentra produk untuk memperkuat UMKM menjadikan kluster sehingga bisa dibina dari hulu sampai hilir dan terbentuknya cikal bakal koperasi atau asosiasi.

Kemudian, sebut Zirma,  membentuk Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah bagi UMKM melalui SK Gubernur Sumatra Barat melibatkan Instansi terkait. Selanjutnya, membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi Penyaluran Skim Kredit KUR/PKBL Kemitraan melibatkan instansi terkait melalui keputusan gubernur.

Dia menambahkan, pihaknya juga mendorong dan bersinergias dengan perbankan atau BUMN melakukan sosialisasi KUR/PKBL kepada UMKM di 10 kabupaten dan kota se Sumatra Barat.

Dinas Koperasi dan UKM Sumbar juga memfasilitasi merek dan sertifikasi halal untuk perlindungan HKI dan meningkatkan keamanan produk makanan dan agar lebih meyakinkan konsumen produk higien dan halal dalam rangka mendong destinasi wisata halal di Sumatra Barat.

“Bimbingan teknis dan pelatihan UMKM ekspor bagi Pelaku UMKM dalam rangka memberikan wawasan sebagai eksportir,” ujarnya.

Pemerintah Sumatra Barat dan juga Pemerintah Kota Padang juga memiliki harapan, UMKM tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan berasosiasi seperti berbasis koperasi. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Sumbar, jumlah koperasi dari tahun ke tahun terus menyusut. Tahun 2016, jumlah koperasi 4.047 unit, lalu di tahun 2017 angkanya mencapai 3.569 unit.

Pada tahun 2016, dari 4.047 unit, yang aktif tercatat 2.891 unit atau 71%. Sementara di tahun 2017, tingkat keaktifan meningkat yakni 2.744
unit atau 77%.Untuk Kota Padang, hingga bulan Desember 2017, jumlah koperasi mencapai 711, dengan dengan total keanggotaan 193,334 orang. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik