Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Terang dan Berdaya dari Sungai dan Kandang

Iis Zatnika
31/8/2018 22:56
Terang dan Berdaya dari Sungai dan Kandang
Proses pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas kotoran sapi di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.(Dok Kelompok Tani Sri Lumintu)

Kali Menyep bukan cuma menghidupi kebun padi atau palawija milik warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Sungai berarus deras, jernih, karena mengalir dari empat mata air yang masih terjaga baik, dan lebarnya mencapai delapan meter itu, juga jadi sumber penerang, penunjang aktivitas pun sukses memantik semangat wirausaha warga.

PLN yang belum menjangkau dukuh-dukuh yang sebagian besar warganya bergantung dari pertanian, bertemperatur dingin dengan jalanan berkontur tajam, tak mematikan daya warga. Bantuan pembangunan turbin penghasil listrik yang disebut penggilingan, pada 2010, menghubungkan Sungai Kali Menyep yang derasnya senantiasa konsisten, bahkan di musim kemarau yang kini masih mendera, dengan kehidupan warga hingga mengungkit mereka kian berdaya.

"Kami membentuk kelompok pengelola, beranggotakan sembilan orang, Kepala Dukuh Nambangan sebagai ketuanya dan ada yang bertugas memelihara sehari-hari. Karena semua persyaratan turbin, seperti ketinggian, deras air dan pemeliharaan itu, masih terpenuhi, hingga kini belum ada kerusakan parah pada turbin itu. Kecuali, bagian lahernya yang sempat kami ganti, biaya pemeliharaan tertinggi yang pernah dikeluarkan, Rp3,5 jutaan," kata Suyanto,48, Kepala Desa Sidomulyo kepada Media Indonesia, Kamis (30/8).

Kerja keras memilihara turbin yang mengolah berkah alam dari sungai itu bahkan berbuah kas sejumlah Rp60 juta yang diproyeksikan untuk menjadi modal pendirian Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), salah satunya berwujud pengelolaan lokasi wisata air terjun Curug Jlarang, prioritas pertamanya, pembangunan jalan dan toilet. Lokasi pelesir nan sejuk itu kini terus bertumbuh, warga berdagang makanan, mengelola sistem tiket hingga memupuk semangat berwirausaha bersama.

"Setoran kas itu kami dapat dari iuran warga yang satu kepala keluarganya Rp 16ribu per bulan untuk yang menggunakannya untuk lampu, dan Rp 20 ribu bagi yang juga memiliki kulkas dan alat untuk memasak nasi. Tentu saja sangat-sangat murah, dan yang pasti, tidak mengeluarkan polusi," ujar Suyanto yang menyebutkan turbin itu bekerja sepenuhnya dari pergerakan air dan mengalirkan energi ke 100 rumah di desanya.

Ketika di awal tahun tiang-tiang PLN mulai masuk, walaupun proses mengalirkan listriknya masih butuh proses, Suyanto menyakini bahwa penggilingan tetap akan hidup. Turbin itu istimewa karena melibatkan warga dalam seluruh prosesnya, hingga mengalirkan manfaat bagi bisnis bersama warga.

Mandiri dan adil
"Terdapat korelasi antara energi mandiri, warga dan pemberdayaan,"  kata Imam Nugraha, Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) yang dioperasikan di Desa Nambangan itu, setelah melalui proses penilaian, pengukuran dan wawancara, terpilih menjadi juara 2 Lomba Desa Mandiri Jawa Tengah.

"Dari proses penilaian itu, kami juga disarankan untuk lebih mengoptimalkan pendapatan yang diperoleh agar lebih produktif, serta menggunakan KWH meter agar penggunaan di rumah warga lebih terukur. Dari sini juga kami menularkan kemampuan menajemen, termasuk pengelolaan untung yang didapat untuk modal usaha ke warga, ke desa tetangga, Parakan yang juga memenuhi persyaratan untuk minihidro," kata Suyanto.

Kandang yang mengalirkan panas, cahaya dan pupuk
Ikhtiar untuk mandiri dengan energi dari sumber terdekat, minim polusi, terjangkau dan menjadi pengungkit kegiatan wirausaha agar makin berdaya, juga dilakukan di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, yang meraih juara pertama Lomba Desa Mandiri Energi Jawa Tengah.

"Kami memulainya pada 2011 dan kini telah ada 123 instalasi pengolahan air limbah (IPAL) biogas yang membuat warga tak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli gas elpiji, mengalirkan listrik untuk menghidupkan lampu saat aliran listrik terhenti, masing-masing satu titik 20-30 watt, serta menghasilkan pupuk organik cair dan padat. Namun bagi kami, kini biogas ini memberikan banyak peluang lainnya, tim pengelola yaitu Kelompok Tani Sri Lumintu makin berkembang dan merintis pertanian terpadu yang menghubungkan kehutanan, pertanian dan peternakan," kata Sunardi, Ketua Kelompok Tani Sri Lumintu.

Selain terus menduplikasi IPAL biogas untuk memaksimalkan limbah dari 3.000 an ekor sapi di desanya, jenis Drenggolo yang diambil susunya dan pedaging yang menghasilkan 5 hingga 10 kilogram limbah per ekor perhari, Sunardi dan 15 orang anggotanya terus menyebarkan ide dan teknologinya ke banyak daerah. Kerja menyebar pemahaman dan teknis itu, yang serupa konsultan, kemudian menghidupkan usaha kelompok yang mengimplementasikan konsep wirausaha sosial.

"Hingga kami sampai pada standar, jika dilakukan individual dibutuhkan dana sampai Rp20 juta untuk satu IPAL, tapi bisa ditekan hingga Rp5 juta jika dilakukan berbarengan."

Agenda lainnya yang kini terus digeber, pertanian terpadu yang berwujud perlindungan pada mata air Tretes, Tambah, Dapati, Tampung dan Dabon untuk memastikan kebun jagung, tembakau, tetap mendapat pasokan air, pun produksi pupuk cair dan kandang dari IPAL.

"Nah, kebun-kebun itu juga didukung ternak kami, pupuknya dari sana. Jadi rangkaiannya adalah kandang, IPAL, kompor dan lampu di rumah, kebun dan hutan. Kami berwirausaha bersama, mulai dari kebun, kandang hingga kegiatan sebagai konsultan dan pelaksana teknis." (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya