Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Napak Tilas Asian Games '62: Lift Pertama Jakarta sampai Rawa yang Hilang

Bintang Krisanti
15/8/2018 08:10
Napak Tilas Asian Games '62: Lift Pertama Jakarta sampai Rawa yang Hilang
(MI/RAMDANI)

TINGGAL menghitung hari hingga kita sampai ke Asian Games (AG) kedua kali di Tanah Air. Dari pelaksanaan yang pertama di Indonesia, pesta olahraga terbesar di Asia itu terpaut 56 tahun.

Meski begitu jejak momen AG 1962 tersebut masih bisa dilihat di beberapa tempat di Jakarta. Menjelang pelaksanaan AG 2018, beberapa komunitas pun menggadakan acara napak tilas momen AG ke-4. Media Indonesia berkesempatan mengikuti napak tilas yang digelar komunitas Wisata Kreatif Jakarta pada Jumat (10/8/2018).

Pemandu dari Wisata Kreatif Jakarta, Ira Latief, menjelaskan jika proses persiapan menuju AG dilakukan dalam watu empat tahun. Jangka itu termasuk singkat untuk pembangunan besar-besaran yang digagas oleh Presiden pertama, Soekarno. 

Dengan pinjaman dana dan ahli konstruksi dari Rusia, Sang Bapak Proklamator dapat membangun Stadion Gelora Bung Karno. Selain itu ia juga memerintahkan pembangunan Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi bahkan membangun TVRI. Berikut beberapa kisah dari napak tilas AG '62:

1. Monumen Selamat Datang

Jika Anda penasaran mengenai arah menghadapnya monumen ini, ternyata berhubungan dengan letak Bandara Kemayoran dahulu. Monumen Selamat Datang yang diarsitekturi Henk Ngatung dan dibuat oleh maestro Edhi Sunarso ini menghadap ke bandara tersebut sebagai penyambutan para kontingen. 

Soekarno detil mengawal pembuatan monumen itu termasuk mengoreksi ukuran tubuh patung yang semula 9 meter menjadi 5 meter. Patung itu juga sarat simbol persahabatan, salah satunya melalui bunga yang berada di genggaman tangan dalam patung itu.

Dengan keberhasilannya menyelesaikan tugas, Edhi yang kala itu baru berusia 28 tahun kemudian dipercaya membuat monumen Pembebasan Irian Barat di Lapangan Bantengbdan Monumen Dirgantara di Pancoran.

2. Lift Pertama di Jakarta

Hotel Indonesia yang dibangun untuk mendukung pelaksanaan AG kala itu sukses menjadi gedung paling mewah sekaligus paling canggih. Dirancang oleh arsitek asal Amerika Serikat Abel Sorensen dan istrinya, Wendy, HI memiliki lift pertama yang ada di Jakarta. Hingga kini lift tersebut masih digunakan namun interiornya telah berganti.

Di dalam hotel yang kala itu dirancang dengan nuansa Sumatera Barat tersebut juga masih tersimpan gunting pemotongan pita dan alat makan yang digunakan Soekarno saat 5 Agustus 1962.

Di koleksi lukisan, pada hotel yang kini bernama Hotel Indonesia Kempinsky tersebut masih terdapat lukisan flora dan fauna karya Lee Man Fong. Sementara di area Plataran Ramayana juga masih ada mural perempuan berbaju adat karya Soerini tahun 1961. 

3. Kembaran Stadion Moskow

Kedekatan hubungan politik Indonesia dan Uni Soviet di era 50-an terabadikan dalam Stadion Gelora Bung Karno. Desain stadion ini buah dari kunjungan Soekarno ke Uni Soviet pada 1956.

Kala itu ia terpesona dengan Stadion Luznhiki. Namun tidak sama seluruhnya dengan Luznhiki, Stadion GBK telah memiliki atap bertipe tem gelang yakni atap yang menyatu berbentuk lingkaran.

4. Rawa di Semanggi

Proyek Mercu Suar yang dibuat Soekarno membawa konsekuensi perubahan lansekap Jakarta secara drastis. Pemukiman digusur, rawa ditimbun.

Penimbunan rawa inilah yang dilakukan untuk pembangunan jembatan Semanggi. Pemandu napak tilas Ira Latief juga menyebut bahwa di lokasi tersebut juga dahulu banyak terdapat pohon Semanggi. Latar inilah yang mungkin menjadi inspirasi penamaan jembatan selain juga soal filosofi keindahan dan bentuk jembatannya.

Konon, jembatan itu juga bagian dari antisipasi Soekarno yang telah membayangkan jika Jakarta dikemudian hari menjadi kota yang supersibuk dan padat. (*/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya