Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Dari Serpong, Cita-Cita Kota Hidrogen dan E-Pemerintahan Dirintis

Iis Zatnika
10/8/2018 18:15
Dari Serpong, Cita-Cita Kota Hidrogen dan E-Pemerintahan Dirintis
Tiga unit sepeda motor dan satu mobil berenergi surya dan fuel cell dipamerkan di lobi gedung Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.(Iis Zatnika)

Tiga unit sepeda motor dan satu mobil dengan tempat duduk tunggal itu menempati lobi gedung Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Moda-moda transportasi hasil penelitian para periset energi baru dan hijau itu nihil emisi gas buang. Tiga diantaranya beroperasi dengan tenaga listrik, namun satu sepeda motor dengan spion putih dan bertuliskan Teknologi Energi di bagian stangnya, terbilang istimewa.

Kendaraan ini menjadi penanda agenda jangka panjang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam meriset energi masa depan, ketika sumber fosil makin menipis dan polusi harus benar-benar diminimalisir karena tingginya kesadaran hijau dan dampak perubahan iklim kian nyata.

Sumber energi sepeda motor itu fuel cell, bersumber dari hidrogen yang disuplai dari sejenis tabung logam sebesar botol minuman satu liter yang kemudian mengoperasikan metal hidrida dalam sebuah kotak transparan. "Didalamnya, diantaranya ada elektroda, katoda dan alat transfer listrik karena pada akhirnya fuel cell itu menggerakkan sepeda motor itu dengan tenaga listrik. Cara kerja fuel cell ini, sederhananya, reaksi kimia akan memecah hidrogen dan oksigen hingga melepaskan elektron. Sebagian energi itu kemudian bisa disimpan dalam baterai," ujar Hamid Budiman, Perekayasa Madya Bidang Fuel Cell tentang peranti yang dirintis pembuatannya sejak 2005 itu, kepada Media Indonesia, Jumat (10/8).

Kolaborasi industri dan institusi pemerintah
Keberadaan sepeda motor itu, kata Eniya Listiani Dewi, peraih Bacharuddin Jusuf Habibie Award 2018 yang juga Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi, Informasi, Energi dan Material atas prestasinya mengembangkan teknologi sel bahan bakar, menjadi penanda Indonesia berada dalam medan riset yang juga tengah digeluti negara-negara maju.

"Fuel cell ini bisa digunakan untuk mobil, bus, bahkan bus atau pesawat," ujar Eniya ketika ditemui Rabu (11/8) dan memaparkan cita-citanya, kota yang dihidupi hidrogen.

Diyakini sebagai sumber energi masa depan, sebagian bus-bus umum, di Jerman, Amerika Serikat hingga Kanada, telah menggunakan fuel cell. Salah satu kelebihan yang juga identik dengan sumber energi ini, kerjanya yang cepat, otomatis menghidupkan mesin, tanpa jeda waktu untuk memanaskan.   

"Dari aspek lingkungan, sangat ideal, namun persoalan utamanya, belum ekonomis karena salah satu material penting, fuel cell, adalah platina. Sehingga, di negara-negara maju, umumnya bus-bus itu operasionalnya masih disubsidi. Jadi agenda risetnya adalah mencari material dengan fungsi seperti platina namun dengan harga yang lebih ekonomis," ujar Hamid.

Ikhtiar membuat teknologi ini ekonomis pun, papar Eniya, telah dirintis dengan risetnya yang menggunakan bahan baku lokal untuk produksi gas hidrogen, dari limbah biomassa industri kepala sawit.

Namun, khusus untuk platina yang dibutuhkan untuk dioleskan dalam membran, salah satu peranti penting dalam kerja fuel cell, masih terus diriset. "Untuk satu wadah ini saja, serbuk platina harganya bisa mencapai mulai Rp 100 juta, yang penggunaanya mulai 0,05 gram per cm persegi membran. Jumlah penggunaan platina itu tentunya akan menentukan besaran energi yang dihasilkan," kata Hamid sambil memperlihatkan tabung yang ukurannya bisa digenggam tangan itu.    

Proses meriset fuel cell di Puspitek, kawasan terpadu sejumlah pusat penelitian milik BPPT, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu, kata Eniya, juga memacu kolaborasi antar lembaga di sana. Itu divalidasi dengan pengukuhan dirinya sebagai profesor riset di bidang Teknologi Proses Elektrokimia, pada Juli 2016 dengan tajuk orasi ilmiah, Aplikasi Material Maju untuk Fuel Cell sebagai Energi Baru Terbarukan.

Kerja meriset yang juga menjadi bagian dari rangkaian Indonesia melakukan revolusi industri 4.0, ketika semua sumber daya dimaksimalkan untuk memenuhi permintaan pasar dan dilakukan secara padu, antar pemangku kepentingan, dengan dukungan optimal teknologi, terutama internet dan digital, pun diimplementasikan dalam fuel cell.

Indonesia menjadi salah satu pelaku riset yang menentukan masa depan dunia. Istimewanya, riset itu menyertakan bahan lokal yang berupa  limbah dan memberi nilai tambah pada kandungan alam negeri ini, seperti kobalt, nikel dan rutenium.

"Ada banyak alternatif energi masa depan, negara 4 musim menghadapi tantangan dengan energi surya, tapi mereka pun terus merisetnya, dan di saat yang sama, juga meneliti fuel cell yang tantangan utamanya adalah aspek ekonomis. Proses yang panjang ini wajar karena titik awal meneliti waktunya sangat jauh terpaut dengan energi fosil. Kita harus optimistis dengan banyaknya pilihan sumber daya yang kita miliki," kata Hamid sembari memperlihatkan peranti fuel cell yang semula digunakan di menara pemancar sinyal provider ponsel, namun tak dapat lagi difungsikan.

"Karena fuel cell juga bisa diaplikasikan untuk mengoperasikan peranti seperti ini. Kami sedang meneliti apa yang menjadi gangguannya, sehingga jika solusi fuel cell ditemukan, bisa menjadi solusi untuk menunjang kerja teknologi informasi."  Dari Puspitek, agenda revolusi industri 4.0 di sektor energi, yang akan mengungkit sektor-sektor lainnya, terus dirintis.    

NEOnet, integrasi data
Dari B2TKE, masih di kawasan Puspitek, aset nasional seluas 460 Ha dengan sedikitnya 47 pusat atau balai penelitian, diawaki sekitar 2.451 orang, sebagian besar peneliti dan tim pendukungnya, Media Indonesia beralih ke Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (IPTEKnet), yang seperti bangunan lainnya, berada diantara kawasan hijau.

Taufik Yuniantoro, Kepala IPTEKnet memperlihatkan Government Data Center, berkapasitas sedikitnya 400 terabyte, ruangan server di lantai satu gedung tiga lantai itu. Di area sekitar 500 meter persegi yang hanya bisa diakses dengan pindai sidik jari di pintunya itu, terdapat sedikitnya delapan rak server yang menyimpan data, termasuk dari sistem komputasi awan atau cloud, milik internal lembaga di Puspitek serta instansi-instansi yang juga terhubung dengan IPTEKnet.

"Termasuk, data-data Nusantara Earth Observation Network (NEOnet) yang dikembangkan Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA). Mereka mengembangkan aspek peranti lunaknya, sementara kami perangkat kerasnya. Selain itu ada pula data dari puskesmas seluruh Kota Tangerang Selatan dan Kota Bogor yang mengimplementasikan Simpuskesmas atau Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, salah satu produk yang kami kembangkan,"ujar Taufik.

Lebih lanjut, Taufik menjelaskan, Government Data Center, salah satu layanan unggulan IPTEKnet, diproyeksikan sebagai motor pembangunan pitalebar, mempercepat implementasi sistem pemerintahan elektronik, serta memiliki sistem keamanan terjamin.

"Salah satu keunggulan utama kami, berada di lingkungan Puspitek, yang eksklusif dan jauh dari lokasi yang berpotensi huru-hara dan sistem backbone dan internet uplink 3 negara," ujar Taufik.

NEOnet yang kesuksesannya ditunjang IPTEKnet, menurut Hamam, kepada Media Indonesia, Kamis (9/11), merupakan upaya mengimplementasikan strategi industri 4.0, dengan konsep Bumi 4.0.

"Kita bicara tentang penerapan teknologi informasi terkini, seperti big data, internet of things, cloud computing dan bahkan kecerdasan buatan di bidang industri manufaktur. NEOnet merupakan sarana teknologi informasi komputasi terintegrasi yang fokus pada jaringan dan interoperabilitas data teknologi observasi kebumian dan sumberdaya alam antara BPPT, lembaga dan kementerian, perusahaan, perguruan tinggi, serta masyarakat. Data-data ini seharusnya dapat diintegrasikan sehingga menjadi kekuatan industri kita," kata Hamam.
 
Bahagiakan pasien
Sementara, Simpuskesmas, kata Arief Sartono, Analis Sistem, Programer, IT Auditor dan Manajemen Resiko IPTEKnet yang mengawal peranti ini, dirintis mulai 2014. Sistem ini sukses memangkas waktu pendaftaran pasien dari semula tiga hingga lima menit hingga menjadi tiga detik, dengan data yang dikorelasikan dengan sistem Nomor Induk Kependudukan (NIK) Kementrian Dalam Negeri dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Kolaborasi selanjutnya, dengan Kementrian Kesehatan, yang sejak 2017, memproyeksikan Simpuskesmas diterapkan di wilayah-wilayah 3T, terluar, tertinggal dan terdepan.   

Pencapaian lainnya dari para peneliti dan pengembang di IPTEKnet, kata Taufik, iOTENTIK Government Certification Authority yang telah diterapkan pada penyerahan data hasil suara Pilkada 2018 dari Kelompok Penyelenggara Pemunggutan Suara (KPPS) serta sistem pembuatan Akte Kelahiran di Tangerang Selatan.

"Di sini ada sistem tandatangan digital, enkripsi pengamanan data hingga sistem Integrity, untuk melindungi integritas isi dokumen," ujar Taufik.

Dari Serpong, IPTEKnet memastikan digitalisasi mendongrak roda eonomi dan kerja industri, dan denyutnya terasa hingga ke penjuru negeri. (M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya