Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PAMERAN seni koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia bertajuk Indonesia Semangat Dunia di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, yang dihelat hingga 31 Agustus 2018, memamerkan 45 karya lukis, patung, kriya dan kristal. Beberapa di antaranya didapatkan Indonesia sebagai pemberian atau hadiah.
Salah satu yang paling membetot perhatian ialah lukisan maestro pelukis asal Indonesia, Raden Saleh Syarif Bustaman. Lukisan berjudul Perkelahian dengan Singa itu dihadiahi Ratu Belanda Juliana kepada Indonesia.
Lukisan yang dibuat pada 1870 silam itu terbilang besar dalam dimensi 194x271 cm. Goresan cat minyak di atas kanvas memperlihatkan seekor kuda hitam berguling di tanah dengan sorot mata panik dan ngeri. Ototnya tampak menegang karena punggungnya diterkam seekor singa. Penunggangnya, seorang Badawi asal Aljazair ikut terjatuh ikut terjatuh. Namun, berusaha menembakkan senjata api dari jarak dekat ke arah singa. Kemungkinan antara hidup dan mati yang tercipta dari adegan dramatis inilah yang menjadikan karya Raden Saleh istimewa.
Lukisan tersebut diberikan Raden Saleh pada Raja Willem III sebelum dirinya pulang ke Jawa pada 1851. Seratus dua puluh tahun kemudian, Ratu Belanda Juliana menghadiahkan lukisan itu ke Pemerintah Indonesia saat Presiden Soeharto berkunjung 1970. Harga lukisan itu kini ditaksir sedikitnya Rp100 miliar.
Dikutip dari laman wikipedia, Raden Saleh Syarif Bustaman adalah pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa yang mempionirkan seni modern Indonesia (saat itu Hindia Belanda). Lukisannya merupakan perpaduan Romantisisme yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis.
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris. Dari Prancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan pada 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved