Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
Suasana temaram dengan seorang pria duduk di kursi, drum di bagian belakang. Ada dua lampu tergantung menjadi suasana dari lagu terbaru Pee Wee Gaskins. Pemandangan itu mengingatkan kita ke lagu Dan yang dibawakan Shiela on 7 (So7).
Ya tidak salah lagi, Pee Wee Gaskins me-remake lagu So7. Dalam video yang diunggah di kanal Youtube 19 Juli lalu membawakan tiga lagu, Dan, Salah milik Potret, dan Kangen dari Dewa 19. Semua itu bagian dari album terbaru mereka Salute to 90.
Mendaur ulang lagu juga dilakukan oleh band Rocket Rockers. Band ini mendaur ulang lagu Pilihanku milik Maliq & D’Essentials.
Me-remake lagu belakangan memang tidak asing lagi. Sebelumnya juga dilakukan RAN yang menyanyikan lagu Kulakukan Semua Untukmu (2011) , Tentang Kita (1989) yang dinyanyikan Kla Project dan Andai Dia Tahu yang pertama kali dinyanyikan Kahitna pada 1996.
Menurut Rayi Putra Rahardjo atau dikenal Rayi, banyak lagu Indonesia zaman dulu yang menarik dan bagus. Bahkan, kalau didengar sekarang pun masih enak. “Ada kesenangan tersendiri ketika menyanyikan lagu-lagu lama tersebut di depan generasi sekarang,” kata dia. Ia pun berharap, suatu saat lagu-lagu RAN juga bisa dinyanyikan lagi oleh generasi yang akan datang.
Rayi mengatakan, RAN menyanyikan lagu-lagu lawas bukan karena kekurangan materi. Buktinya, RAN tetap produktif dengan lagu-lagu baru. Dalam satu album, misalnya, kalaupun ada lagu lama yang dinyanyikan ulang, biasanya hanya satu lagu.
RAN punya kriteria tertentu ketika memilih lagu yang akan dinyanyikan ulang. Salah satunya lagu tersebut sudah jarang didengar. “Kita me-remake lagu berdasarkan lagu yang kita suka. Biasanya kriterianya adalah sudah kurang beredar,” kata dia. Tapi, tidak semua lagu sukses di-remake.”
Musisi lain yang melakukan remake ialah Endah dan Rhesa, seperti Untuk Dikenang dan Tentang Seseorang. Menurut Rhesa, setiap era memiliki jenis musik yang menarik. Mengaransemen ulang dan menyanyikan lagu lama pun punya keunikan tersendiri.
“Kami selama ini menyanyikan lagu-lagu lama masih by request, by project. Bukan karena kehabisan materi lagu baru. Pemilihan lagunya pun harus cocok dengan karakter suara Endah,” kata Rhesa. Misalnya, lagu Untuk Dikenang berdasarkan proyek dengan Pongki Barata, sedangkan lagu Tentang Seseorang dinyanyikan atas permintaan dari stasiun televisi.
Remake bukan berarti pasangan ini kekurangan lagu. Akhir bulan ini mereka berencana meluncurkan single atau album kelima. Menciptakan lagu baru, kata Endah, sebagai cara musisi mengasah ketajaman insting bermusik yang harus dilatih.
Industri terpuruk
Musisi sekaligus pencipta lagu, Anto Hoed, menilai, banyaknya lagu lama yang dinyanyikan kembali menunjukkan industri musik mainstream sedang tidak baik. Banyak musisi yang menyanyikan lagu-lagu lama karena tidak mendapatkan sensasi dari lagu-lagu baru yang dihadirkan label-label mayor. Alhasil, mereka pun membuat musik mereka sendiri, termasuk mengaransemen kembali lagu-lagu lama.
“Sekitar empat tahun terakhir industri musik (major label) tidak baik. Orang-orang yang mengelola industri musik (label-label mayor) tidak mau berkembang. Mereka tidak mau melihat (musik) yang tumbuh,” kata suami Melly Goeslaw ini. Alhasil, jenis-jenis lagu yang dikeluarkan pun tidak berubah atau itu-itu saja.
Di sisi lain, industri musik independen semakin berkembang. Musisi-musisi muda sekarang sudah bisa memproduksi musik sesuai dengan selera mereka, tidak mengikuti selera industri mainstream. Mereka tidak harus merekam musik mereka di label mayor karena sudah semakin banyak studio rekaman independen saat ini. Perkembangan itu tidak lepas dari perkembangan dunia digital dan media sosial.
Pencinta musik sekarang dapat dengan mudah mencari jenis musik yang cocok buat mereka, tidak tergantung musik yang dikeluarkan label mayor. Musisi independen maupun pencinta musik kemudian membangun industri musik mereka (industri musik independen).
Industri musik independen di Indonesia, nilai pria yang juga menjabat Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta, kini semakin berkembang, sedangkan industri musik label mayor kian meredup.
Selain tidak mau membuka diri dengan perkembangan musik saat ini, industri musik mayor label masih menggunakan cara-cara lama untuk menjual karya-karya mereka, misalnya, lewat televisi. Padahal, cara-cara dulu sudah tidak efektif lagi karena terlalu mahal, sedangkan uang yang dimiliki label mayor juga semakin sedikit.
Ia pun berharap, pengelola industri musik label mayor bisa membuka diri menangkap perkembangan musik yang terjadi saat ini dan membuat cara-cara baru memasarkan musik yang dijual. “Mereka harus legawa menerima perkembangan musik,” pungkas dia. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved