Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Dari Entong Gendut, Mereka Merintis g Bisnis Pertunjukan

Fathurrozak /(M-1)
29/7/2018 04:00
Dari Entong Gendut, Mereka Merintis g Bisnis Pertunjukan
(MI/FATHURROZAK)

SEORANG petani diseret lelaki dengan pakaian hitam-hitam. Ia diminta membayar pajak kepada jenderal berseragam serba putih. Namun, karena pajak yang diterapkan terlalu tinggi, memberatkan si petani itu, ia pun meminta perlindungan pada Bang Awab, murid si jawara Condet, Entong Gendut.

Bang Awab pun dengan lincah mengeluarkan jurus silatnya untuk melawan si centeng suruhan kompeni. Sebab tak mau berlarut dengan kejadian ini, Bang Awab melapor ke gurunya untuk melakukan perlawanan. Malang, nasib Entong Gendut justru harus tumbang di depan laras panjang saat memberontak.

Peristiwa-peristiwa yang seharusnya tegang dan penuh drama ini, justru pecah oleh tawa dari deretan kursi penonton di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Rabu (25/07) sore. Kejenakaan dan humor spontan ala Lenong Betawi ini dibawakan dengan segar oleh para anak-anak muda dari klub Komedi Betawi, beradu dengan permainan harmonis dari para penabuh Gambang Kromong Pusake Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Bahkan, momen saat Entong Gendut tertembak pun, kita dibuat terpingkal, ketika si jawara yang saat itu mengenakan serba merah ini, menyampaikan pesan dengan mikrofon, yang diambilkan oleh si istri petani. Atau ketika Bang Awab yang sudah pasang kuda-kuda menghadapi centeng, ia justru seperti orang kesurupan, memparodikan program misteri reality show televisi, sedangkan si centeng berpindah posisi ke samping panggung, menutup mata dengan ikat kepalanya, memperagakan seperti sedang melukis.

Dari awal hingga akhir, Lenong berlatar cerita Entong Gendut ini pun berhasil mengocok perut penonton yang juga kebanyakan anak muda. Menjadi suatu penyegaran seni budaya Betawi di kalangan milenial.

Bisnis ala anak sastra

Tim dibalik pertunjukan seni budaya bertajuk Gantara Panggung Nusantara ini ialah mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Ini bukanlah suatu perlombaan, melainkan sebagai salah satu syarat agar mereka lulus mata kuliah Manajemen Pertunjukan, yang tergolong baru, karena baru memasuki tahun kedua.

Sebelumnya, lewat mata kuliah ini, mahasiswa dari semester sebelumnya telah menggelar petunjukan di Galeri Indonesia Kaya (GIK) dengan anggaran kisaran Rp17 juta. Kini, bertempat di GKJ dan mengusung konsep tema yang lebih kompleks, 22 mahasiswa ini menganggarkan Rp28 juta.

Dosen pengampu mata kuliah yang sekaligus berperan sebagai Produser pertunjukan, Gres Grasia Azmin, mengaku yang digagasnya ialah sebagai wujud aktualisasi mahasiswa sastra dalam industri kreatif.

"Ini konsepnya inkubator bisnis, agar mahasiswa bisa belajar mengelola suatu pertunjukan, mulai dari konsep, bagaimana kalau mau produksi, biayanya berapa? Ini juga akan menjadi bekal, suatu saat ketika mau membuat pertunjukan. Jadi modal ketika mereka lulus," ungkapnya saat ditemui Muda seusai sesi pertama pertunjukan, Rabu, (25/07).

Salah satu anggota divisi program, Ratu Nirmala Sholihatunnisa, mengaku merasa bersyukur bisa mendapat mata kuliah manajemen pertunjukan. Meski ia sempat berganti-ganti posisi dalam produksi ini. Untuk mewadahi produksi pertunjukan, dibentuk suatu Event Organizer Akcaya Grahita, yang juga memayungi produksi sebelumnya.

"Saya bisa mengerti mengenai tata cara, baik secara teori maupun secara langsung menjadi bagian dari sebuah pertunjukan, mulai dari awal sampai akhir."

Persiapan satu semester

Mempersiapkan pertunjukan bukan suatu perkara sepele. Sebanyak 22 mahasiswa yang jadi tim utama di dalam manajemen, harus menyediakan waktu mereka sekurangnya enam bulan (satu semester). Di tiga bulan paruh awal, mereka fokus pematangan konsep dan proposal, sisanya, mereka sudah harus mengatur jadwal latihan, dan reservasi gedung, termasuk promosi.

"Yang paling rumit itu manajemen konflik karena dalam suatu pertunjukan terdapat berbagai peristiwa yang enggak diduga-duga, yang bisa menguras emosi dan air mata," ungkap Kiki Andriani yang mendapat jatah divisi operasional sembari terkekeh-kekeh.

Sebagai inkubator bisnis, tentu Gres tak mau proyeknya ini dianggap sebagai suatu yang tidak menguntungkan. Para mahasiswanya harus bisa memanajemen pengeluaran dan pemasukan, serta menghitung untung dari yang mereka kerjakan. Gres pun berharap mahasiswanya punya modal penting bila kelak bekerja di industri kreatif maupun yang menuntut kemampuan manajerial pertunjukan.

Opini Muda

Ratu Nirmala Sholihatunnisa, Divisi Program Gantara

MENURUT saya yang paling sulit dalam memanajemen suatu pertunjukan ialah bagaimana memanajemen waktu atau jadwal latihan baik dari pengisi acara maupun sampai panitia sendiri yang harus melakukan rapat dan lain hal. Namun, yang bisa dibilang tidak mudah juga, bagaimana caranya menyatukan pikiran sampai semangat antara satu individu dengan individu yang lain. Yang paling saya ingat dari dosen, "Yang penting kalian menjalankan pertunjukan ini sebagai tim manajemen dengan sabar, semangat, jujur, dan juga ceria. Terpenting ini hasil kalian sendiri. Saya sangat menghargai hasil karya kalian sendiri."

Kiki Andriani, Divisi Operasional Gantara

TARGETNYA ialah yang pasti mahasiswa mampu mengelola pertunjukan, baik dari segi perencanaan, pengorganisasian, maupun pengendalian sehingga pertunjukan yang akan dipersembahkan menjadi semakin kece dan ciamik! Salah satu indikator penilaian dalam mata kuliah ini, tim mampu menjual kursi penonton, yang di GKJ berjumlah 450 kursi karena pertunjukan ada dua sesi, maka 900 kursi. Tapi itu hanya salah satu indikator karena masih banyak indikator penilaian yang lain.

Ezra Regi Pangestu, Koordinator Divisi Program Gantara

Selain menjadi tim manajemen produksi, beberapa ada yang ikut bermain. Seperti saya di divisi program, yang seharusnya hanya mengatur bagaimana konsep dan jalannya acara, tetapi pada mata kuliah ini diharuskan merangkap, sebagai penari nusantara dan penari bambu tradisional.

Bukan hal yang mudah untuk mengatur bagaimana jadwal latihan dengan merancang pertunjukan. Dalam hal ini kefokusan yang diuji. Bagaimana tidak, saya merancang acara dan dituntut tampil baik dalam penampilan tarian yang diajarkan oleh salah satu dosen kami.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya